IBTimes.ID – Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab dr. M. Imran menyampaikan jemaah haji asal Indonesia harus mewaspadai suhu panas di Madinah. Jemaah haji harus menyiapkan perlindungan tambahan agar tetap bisa beribadah dengan sempurna di tengah cuaca panas di Madinah.
Hal ini disampaikan oleh dr. Muhammad Imran pada Senin (29/5/23).
Diketahui bahwa di akhir bulan Mei, Madinah akan memasuki musim panas. Temperatur suhu di siang hari bisa mencapai 40 derajat celcius bahkan daripada hari-hari biasa. Ditambah kelembaban udara di Madinah sangat rendah dibanding di Tanah Air. Sehingga panas begitu menyengat tubuh tapi tidak mengeluarkan keringat.
“Jemaah harus waspadai cuaca panas di Madinah. Panas di Madinah akan terasa lebih menyengat namun tubuh tidak berkeringat. Hal ini bisa menyebabkan masalah kesehatan yang bisa menghambat jemaah untuk menjalankan ibadah,” tutur dr. Imran.
Menurut dr. Imran, ada lima penyakit yang muncul akibat dampak dari cuaca panas di Madinah yang perlu dipahami dan diperhatikan oleh jemaah haji;
Pertama, infeksi saluran pernapasan atas (ispa). Gejala ini ditandai dengan adanya batuk berlebihan atau keseringan. Dampak dari udara kering Madinah menyebabkan lapisan didalam mulut dan hidung kita menjadi kering sehingga memicu terjadinya batuk.
Kedua, dehidrasi yang cukup serius. Kelembaban udara Madinah yang rendah, sering kali membuat jemaah haji tidak merasa langsung haus saat beraktifitas di luar ruangan. Gejala yang sering dialami jemaah haji yang mengalami dehidrasi yaitu pusing.
Sebagai upaya pencegahan, para jemaah haji disarankan minum air mineral 250 ml setiap satu jam sekali. Minum dengan dua sampai tiga tekuk air secara perlahan. Sebab dengan minum, bisa mencegah tenggorokan kering penyebab batuk dan dihidrasi berat.
Terutama bagi jemaah lansia, yang sering mengalami gangguan persepsi haus. Dimana lansia mengalami sensasi haus lebih lambat ketimbang jemaah non lansia.
Ketiga, heat exhaustion atau kelelahan karena panas. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa aktivitas jemaah haji di Madinah adalah aktifitas fisik. Sebagian besar harus berjalan kaki dari hotel menuju Masjid Nabawi untuk menjalankan shalat arbain. Gejala yang sering muncul dari kondisi ini yakni : pusing, kram otot, dan keringat dingin hingga pingsan.
Maka dari itu, untuk mencegah terjadinya heat exhaustion, jemaah haji disarankan untuk menggunakan payung, membawa botol penyemprot air, dan memakai masker terutama saat berkegiatan di luar hotel. Jemaah juga disarankan untuk menggunakan baju lengan panjang.
Keempat, heat Stroke. Heat stroke adalah gangguan organ baik otak, jantung hingga ginjal karena suhu sehingga membuat seseorang mengalami kondisi seperti pasien stroke. heat stroke yang merupakan tingkat lanjut dari heat exhaustion jika tidak segera ditangani.
Cara pencegahannya adalah jika terjadi gejala, segeralah menuju tempat yang teduh, kemudian basahi kepala dan badan dengan air.
Kelima, kaki melepuh. Banyak jemaah haji Indonesia yang kehilangan alas kaki saat di Masjid Nabawi. Akhirnya mereka balik ke hotel tanpa menggunakan alas kaki.
Mengingat cuaca panas Madinah saat ini, berjalan 10 meter saja bisa menyebabkan kaki melepuh. Kondisi kaki melepuh ini memerlukan penanganan lebih lanjut dan bisa membuat ibadah terhambat.
Untuk mengatasi kaki melepuh, jemaah haji dihimbau agar membawa kantung sendiri-sendiri untuk tempat sandal saat hendak salat di Masjid Nabawi. Selama di dalam masjid sandal bisa disimpan di kantung dan dibawa sendiri-sendiri. Sebab tak jarang jemaah tanah air yang juga kehilangan sandal.
Namun jika cuaca begitu panas, maka jemaah haji disarankan untuk berdiam diri di Masjid Nabawi.
Maka dengan melakukan pencegahan yang cukup, diharapkan jemaah haji dapat terhindar dari masalah kesehatan karena suhu panas dan dapat beribadah dengan lancar. Namun jika jemaah haji memiliki masalah kesehatan, diimbau untuk segera berkonsultasi dengan tenaga Kesehatan di kloter masing-masing.
(Soleh)