Tafsir

Dakwah Nabi Nuh (2): Banjir Besar dan Tenggelamnya Anak-Istri Nabi Nuh

4 Mins read

Dalam berbagai literatur disebutkan, Nabi Nuh AS hidup sekitar tahun 4.000 SM atau sekitar 6.000 tahun yang lalu. Nabi Adam AS diperkirakan hidup sekitar tahun  6.000  SM atau sekitar 8.000 tahun lalu. Peristiwa banjir besar era Nabi Nuh itu diperkirakan sekitar tahun 5.400 tahun yang lalu atau sekitar tahun 3.400 SM.  Banjir besar itu terjadi pada hari Jumat dan berlangsung selama enam bulan. Berikut kisah dakwah Nabi Nuh, banjir besar, dan istri Nabi Nuh selengkapnya.

Dakwah Nabi Nuh AS dan Banjir Besar

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّورُ قُلْنَا احْمِلْ فِيهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ وَمَنْ آمَنَ وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلا قَلِيلٌ (40)

Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah meman­carkan air, Kami berfirman, “Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya, dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman.” Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. (QS. Hud:40)

Sumber air banjir adalah dari tannur. Kita diartikan tannur dengan tanah, menurut tafsir dari Ibnu Abbas; yang berarti permukaan bumi. Maka jadilah seluruh permukaan bumi menjadi mata air, sehingga air itu pun keluar dari tannur yang menurut setengah ahli bahasa berarti tempat yang berapi, yaitu tungku tempat memasak atau dapur.

Setelah kapal selesai dibuat dan muncul tanda-tanda akan turun hujan, maka atas perintah Allah naiklah nabi Nuh bersama keluarga dan orang-orang yang beriman ini naik ke dalam bahtera hingga penuh sesak. Bacalah Bismillahi majraahaa wa mursaha (Ingatlah nama Tuhan seketika bahtera mulai belayar dan ingatlah pula kelak nama Allah ketika bahtera akan berlabuh di tempat yang kelak akan ditentukan oleh Allah). (QS. Hud: 41)

Baca Juga  Baginilah Kaidah Penulisan Rasm Utsmaniy

Doa Nabi Nuh Dalam Kapal

فَإِذَا اسْتَوَيْتَ أَنْتَ وَمَنْ مَعَكَ عَلَى الْفُلْكِ فَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي نَجَّانَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (28) وَقُلْ رَبِّ أَنزلْنِي مُنزلا مُبَارَكًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْمُنزلِينَ (29)

28. Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah: “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim.”
29. Dan berdoalah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat.” (Qs.Almukminun: 28-29)

Bahtera itu telah mulai terapung-apung, timbul tenggelam di atas permukaan air, gunung pun satu persatu Bumi terendam. Kapal terus belayar dalam ombak yang tinggi di atas gunung. Lembah dan bukit telah tertutup air. (QS. Al-Mukminun: 28-29)

Termasuklah di sana Nuh dan ketiga puteranya laki-laki yaitu Sam, Ham dan Yafits dengan isterinya masing-masing. Anak yang keempat yang bernama Yam, tenggelam. Termasuk juga yang tenggelam itu istri Nuh sendiri,

Nasib Anak-Istri Nabi Nuh

Nabi Nuh mempunyai empat anak laki-laki yaitu Sam, Ham, Yafits, dan Yam masing-masing dengan isterinya. Anak yang keempat itulah yang tenggelam. Termasuk juga dalam yang tenggelam itu isteri Nuh sendiri,

Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedangkan anak itu berada di tempat yang jauh terpencil, “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Anaknya menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata, ” Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang.” Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (Qs,Hud: 42-43)

Karena kecewa nabi Nuh mengadu kepada Allah, “Tuhanku! Sesungguhnya anakku adalah termasuk ahliku, dan sesungguhnya janjiMu adalah benar.” Lalu. Allah berfirman, “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik Sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat)nya.” (Qs,Hud: 45-46).

Putra Nabi Nuh itu ditenggelamkan karena perbuatannya yang tidak baik, yaitu kafir dan menentang perintah ayahnya sebagai Nabi Allah. Putra nabi Nuh itu (bukan keluargamu) adalah anak ibunya yaitu anak yang selalu ikut dan taat kepada ibunya meskipun ibunya melakukan perbuatan tidak baik, menghianati suaminya sebagai nabi yang shalih. Kata setengah dia itu adalah anak tiri. Kata Al-Hasan; bahwa anak tersebut dinisbatkan kepada Nuh a.s. secara majaz, karena anak tersebut dipelihara di rumah Nuh a.s. (Tafsir Ibnu Katsier)

Baca Juga  Fitrah Manusia itu Adalah Citra Ilahi!

Nabi Allah Nuh menyerukan amalan yang shalih, sebagai hasil dari akidah yang benar, yaitu akidah Tauhid. Tetapi puteranya tidak menuruti yang digariskan ayahnya itu. Dengan demikian, hubungan batin putus, meskipun hubungan darah masih ada.

Firman Allah Mengakhiri Banjir Nabi Nuh

Akhirnya Allah menghentikan hujan, dengan firman-Nya:

Dan difirmankan, “Hai bumi, telanlah airmu; dan hai langit (hujan), berhentilah, dan air pun disurutkan, perintah pun diselesai­kan, dan bahtera itu pun berlabuh di atas Bukit Judi, dan dikata­kan, “Binasalah orang-orang yang zalim.” (Qs.Hud: 44)

Setelah terapung-apung dalam air bah selama enam bulan, kapal itu mendarat di bukit Judi. Maulana Yusuf Ali dalam Tafsir Alquran menyatakan, bahwa gunung atau bukit Judi berada di wilayah distrik Bohtan di Turki dekat perbatasan negara Turki, Irak dan Suriah sekarang ini. Dataran tinggi dari rangkaian pegunungan Ararat yang besar mendominasi wilayah ini.  

Ats-Tsa’labi mengatakan bahwa bahtera Nabi Nuh mendarat pada hari Asyura, hari ke-10 bulan Muharam. Pada hari itu, Nabi Nuh AS berpuasa dalam rangka bersyukur kepada Allah. Kemudian, mereka membangun perkampungan baru dan bermukim di sana. Anak-cucu pengikut Nabi Nuh hidup bahagia bersama anak dan istri mereka yang salih dan salihah.

Menurut Qatadah pula, bahtera mulai terapung lepas dari bumi pada 10 Rajab dan setelah terkatung-katung 150 hari, lalu terdampar. Maka keluarlah mereka dari dalamnya pada 10 Muharram, yang dikenal dengan sebutan ‘Asyura.

Mengutus Burung Gagak dan Burung Merpati

Satu tafsiran dari lkrimah yang diterimanya dari Ibnu Abbas, yaitu setelah 150 hari belayar dan hujan telah berhenti, dan air sudah terasa surut, Nabi Nuh menyuruh burung gagak untuk menyelidiki keadaan bumi. Gagak pun segera terbang melaksanakan perintah itu. Bertemulah dia tanah yang telah kering, dan di sana berjumpa banyak bangkai. Berhentilah dia di sana untuk mengenyangkan perutnya, sehingga lupa pulang.

Baca Juga  Tafsir Al Azhar: Perempuan Berbenteng Surga

Lalu diutuslah oleh Nabi Nuh burung merpati. Setelah dia berkeliling menyediliki, dibawanyalah setangkai ranting pohon zaitun. Pada kaki burung merpati itu pun terdapat tanah. Maka mafhumlah Nabi Nuh bahwa tanah yang kering sudah ada, dan masa berlabuh sudah dekat.

Demikian kisah dakwah Nabi Nuh, istri Nabi Nuh, dan banjir besar yang melanda kala itu.

Editor: Nabhan

Avatar
77 posts

About author
Majelis Pustaka PCM Semin
Articles
Related posts
Tafsir

Tafsir at-Tanwir: Relasi Antar Umat Beragama

4 Mins read
Relasi antar umat beragama merupakan diskursus yang selalu menarik untuk dikaji. Khususnya di negara kita, hubungan antar umat beragama mengalami pasang surut….
Tafsir

Puasa itu Alamiah bagi Manusia: Menilik Kembali Kata Kutiba pada Surah Al-Baqarah 183

3 Mins read
Salah satu ayat yang amat ikonik tatkala Ramadhan tiba adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Kendati pernyataan itu terbilang asumtif, sebab saya pribadi…
Tafsir

Surah Al-Alaq Ayat 1-5: Perintah Tuhan untuk Membaca

2 Mins read
Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tampaknya memiliki minat baca yang sangat rendah. Tidak mengherankan jika banyak orang terpengaruh oleh banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *