Report

Sama-Sama Sunnah, Dana Kurban Boleh Dialihkan untuk Sedekah Covid-19

1 Mins read

IBTimes.ID – Ustadz Hamim Ilyas menyebut bahwa ibadah kurban dihukumi sunnah muakkadah. Penyembelihan dan pembagian daging boleh dilaksanakan sendiri oleh mukallaf. Ia menyebut bahwa dalam keadaan tertentu, dana untuk kurban dapat dialihkan menjadi sedekah yang juga merupakan sunnah muakkadah. Bagi masyarakat yang mampu membayar kurban sekaligus bersedekah untuk penanganan covid-19, bisa menunaikan keduanya.

Sementara bagi masyarakat yang tidak mampu melaksanakan keduanya, yang tidak memiliki dana untuk kurban dan sedekah sekaligus, maka Ustadz Hamim menyarankan agar yang diutamakan adalah sedekah atau infaq untuk penanggulangan covid-19.

Adapun pembagian kepada mustahik harus dilakukan dengan mengutamakan yang prioritas. Waktu pembagiannya adalah waktu penyembelihan (10 Dzulhijjah), Ayyamu Tasyrik (11-13 Dzulhijjah), dan untuk kemaslahatan ketahanan pangan.

Pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah tersebut menyebutkan bahwa waktu pembagian untuk kemaslahatan ketahanan pangan bisa dilaksanakan sepanjang tahun dengan pengalengan, seperti Rendangmu yang dilakukan oleh Lazismu.

“Sekarang program pengalengan daging qurban ini sangat mendesak, karena sedang dalam kondisi pandemi. Kalau dulu, sebabnya adalah Indonesia merupakan negara bencana. Ketika belum ada pengalengan, daging qurban tidak bisa diberikan kepada korban bencana. Tapi sekarang, ketika ada bencana, Muhammadiyah siap memberi pangan melalui Kaleng Rendangmu,” ujar Ustadz Hamim. Hal tersebut disampaikan dalam Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jumat (9/7).

Hakikat shalat Iduladha dan qurban adalah ketundukan kepada Allah yang mengungkapkan kehendak-Nya dalam tiga ayat, yaitu ayat qauiyah, kauniyah, dan tarikhiyah. Hal ini bertujuan untuk membebaskan manusia dari khusr (hidup tidak sejahtera, tidak damai, dan tidak bahagia di dunia dan di akhirat).

Menurut Ustadz Hamim, shalat Iduladha bertujuan untuk mencegah keji dan munkar, menebarkan perdamaian, kesejahteraan, dan kebaikan yang ada pada segala sesuatu. Sedangkan ibadah qurban bertujuan untuk meningkatkan taqwa, dan mewujudkan kesejahteraan sosial.

Baca Juga  Menyikapi Covid-19: antara Jabariyah dan Qadariyah

Kedua ibadah ini juga memiliki makna fungsi pendidikan, untuk membentuk pribadi al-mukhbitin. Al-mukhbitin berarti orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam mengabdi kepada Allah sehingga rela mengorbankan harta, pikiran, tenaga, dan nyawa.

Al-mukhbitin berarti militan spiritual, bergetar ketika mendengar nama Allah. Militan sosial, menyebarkan perdamaian, kesejahteraan, dan kebaikan, berkemampuan menghasilkan barang dan jasa, untuk mewujudkan kesejahteraan sosial,” tutupnya.

Reporter : Yusuf

Related posts
Report

Muktamar JIMM 2023: Mendorong Pembaharuan Pemikiran, Pengetahuan, dan Gerakan Muhammadiyah

7 Mins read
IBTimes.ID – Para kader Muhammadiyah yang tergabung dalam Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) kembali menyelenggarakan sebuah agenda yang bernama Muktamar Pemikiran Islam…
Report

Haedar Nashir: Moderasi adalah Solusi Menangani Radikalisme dan Ekstremisme

1 Mins read
IBTimes.ID – Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan, bahwa pendekatan moderasi adalah solusi dalam menangani radikalisme dan ekstremisme. Hal ini…
Report

Riset: Pesantren, Politik Dinasti, dan Oligarki Kekuasaan

5 Mins read
IBTimes.ID – Oligarki kekuasaan dan politik dinasti adalah dua fenomena pemilihan kepala daerah dan pemilihan anggota legislatif secara langsung yang terjadi pasca…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *