Inspiring

Daniel: Dari Mimpi Yang Ditertawakan Hingga Membanggakan

3 Mins read
Oleh: Azwar Anas

Daniel Lahir pada tahun 1885, dua puluh tujuh tahun sebelum Muhammadiyah berdiri, Daniel, sosok laki-laki putra dari ayah seorang Abdi Dalem Pemetaan Keraton Yogyakarta pada masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono VII.

Ia kemudian tumbuh menjadi salah seorang tokoh penting pada masa awal Muhammadiyah. Bagi Penulis, mengangkat sosok Daniel dalam tulisan ini adalah sebuah kebanggaan, karena perjuangan Daniel adalah salah satu inspirasi besar bagi Penulis sendiri maupun banyak orang lainnya.

Hidup di lingkungan sosial dan Keislaman keraton, ia sejak kecil mempunyai jiwa pembelajar khususnya dalam bidang Keislaman. Salah satu perjalanan hidup yang kemudian mengubah sosok Daniel dalam cara memahami Islam adalah ketika menjadi murid tokoh besar bernama K.H. Ahmad Dahlan. Selain menjadi murid militan Kyai Dahlan, Daniel juga berkontribusi besar atas lahirnya organisasi Muhammadiyah di tahun 1912 di kemudian hari.

Banyak yang tidak mengenal sosok Daniel ini, memang tidak sepopuler nama-nama besar dalam sejarah Muhammadiyah di Yogyakarta seperti AR.Fahrudin, Haji Fachrodin, Prof. Amien Rais, ataupun Ki Bagus Hadikusumo, namun karena buah karya Daniel-lah hingga saat ini bisa dirasakan manfaat besar bagi masyarakat sehingga sudah sepantasnya bangsa ini berterima kasih kepada beliau, Daniel, pemuda dengan mimpi besarnya.

Sebagai murid mengajinya Kyai Dahlan di Langgar Kidul Kauman Yogyakarta, Daniel muda diajarkan untuk bersikap kritis dan terbuka dalam belajar. Hingga suatu hari seperti biasanya Kyai Dahlan memberikan pengajaran kepada murid-muridnya di langgar, tidak disangka oleh para murid, Kyai Dahlan masih mengulangi mengajarkan salah satu surat dalam Al Quran yaitu Surat Al Ma’un.

***

Daniel sebagai salah seorang murid Kyai Dahlan mempertanyakan kepada gurunya ihwal pengulangan kajian Surat Al Ma’un tersebut dan kenapa tidak dilanjutkan ngaji-nya ke surat Al Qur’an berikutnya. “Saya sudah hafal dan paham bahkan saya sudah mengamalkan dengan membacanya setiap saya sholat, Kyai.”

Baca Juga  Sa'id bin 'Amir: Sang Gubernur Sederhana

Mendengar protes Daniel, Kyai Dahlan menjawab, “Benar, tetapi bukan amal yang seperti itu,” ungkap Kyai Dahlan pada seluruh murid-muridnya dengan penuh wibawa. Kyai Dahlan kemudian menyuruh murid-murid beliau agar pada pertemuan selanjutnya supaya membawa pakaian bekas yang masih bagus, makanan dan uang. Selanjutnya semua muridnya diperintahkan juga untuk mengundang anak-anak yatim, gelandangan, fakir miskin dan orang-orang pinggiran disekitar Kauman.

Tiba pada pertemuan dimana ia dan murid-murid Kyai Dahlan lainnya membawa apa yang diperintahkan Kyai Dahlan termasuk para undangan pun telah hadir dan disambut ramah oleh Kyai Dahlan. Segera memulai, Kyai Dahlan memerintahkan para tamu undangan untuk mandi dan khusus anak-anak kecil dimandikan oleh Daniel beserta murid lainnya, kemudian semua undangan diberi pakaian yang bagus untuk dipakai setelahnya dan diakhiri dengan makan bersama Kyai Dahlan beserta para muridnya sembari mereka diberikan santunan sebelum kembali ke tempat asal masing-masing.

Seperti itulah metode Kyai Dahlan dalam mengajarkan kepada Daniel dalam memahami Islam. Seakan membekas sangat dalam di lubuk hati Daniel, pengajaran surat Al Ma’un oleh Kyai Dahlan tersebut semakin mengubah cara pandang tentang ber-Islam hingga pada masa dewasanya ketika Daniel diberi amanah di Muhammadiyah pada Juni 1920 dalam rapat Anggota Istimewa yang dipimpin langsung oleh Kyai Dahlan, Daniel diminta memaparkan gagasannya sebagai salah seorang ketua bagian. Salah satu ide Daniel dianggap hanya sebuah mimpi yang tidak realistis pada saat itu, yaitu mendirikan rumah sakit yang sontak disambut tawa para peserta rapat. 

***

Tidak dapat dipungkiri, pada saat itu organisasi Islam di bawah pemerintahan Belanda hampir mustahil seperti mendirikan rumah sakit karena bermacam-macam kendala seperti perijinan, infrastruktur hingga tenaga dokternya. Khusus untuk penyediaan tenaga dokter ini Muhammadiyah memang tidak memiliki kader sama sekali yang berprofesi sebagai dokter kala itu, hal ini yang pada akhirnya dipertanyakan oleh Pemerintah Belanda, sehingga Daniel pun ditanya oleh Pemerintah Belanda di Yogyakarta, “Tuan ingin mendirikan rumah sakit dokternya dari mana?” Kemudian Daniel menjawab pertanyaan tersebut sekaligus sebagai bentuk lobi kepada Pemerintah Belanda, “Dokternya Tuan yang menyediakan, Rumah Sakit Onder de Bogen (saat ini Rumah Sakit Panti Rapih) yang didirikan yayasan Katolik juga Tuan yang menyediakan, tidak ada salahnya yayasan Islam seperti kami juga dibantu disediakan tenaga dokternya, sedangkan keperluan lainnya biar kami yang menyiapkan.”

Baca Juga  Mengenal Fethullah Gulen; Lawan Politik Erdogan dan Muhammadiyah ala Turki

Kegigihan Daniel yang didukung penuh Kyai Dahlan akhirnya diberi lampu hijau oleh Pemerintah Belanda untuk menjalankan operasional pelayanan kesehatan oleh Muhammadiyah. Tiba saatnya sebuah mimpi besar terwujud, sebuah poliklinik kesehatan berdiri pada 15 Februari 1923 bernama Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO), walaupun sederhana, pelayanan kesehatan bagi kaum dhuafa ini telah menjadi tonggak bagi tumbuh kembangnya amal usaha Muhammadiyah yang saat ini bernama Pembina Kesejahteraan Umat (PKU) yang telah memiliki lebih dari tiga ratus tempat pelayanan, baik berbentuk rumah sakit maupun klinik kesehatan yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Itulah salah satu kiprah Daniel yang kini lebih dikenal dengan nama Haji Sudja’, bernama lengkap Muhammad Sudja’, nama yang menggantikan nama Daniel setelah pulang dari menunaikan ibadah haji di masa mudanya. Salah satu inspirator besar yang patut diteladani, khususnya bagi warga persyarikatan dan umat Islam pada umumnya dalam bidang sosial, kesehatan dan kemanusiaan yang turut berkontribusi dalam kemajuan kehidupan bangsa.

Haji Sudja’ adalah nama yang menurut penulis patut diperhitungkan sebagai tokoh besar bagi bangsa ini khususnya di Muhammadiyah yang tidak kalah perannya sebagaimana tokoh lain sekaligus adik-adik kandungnya seperti Haji Fachrodin dan Ki Bagus Hadikusumo.

Avatar
1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *