Opini

Di Sumatera Barat: Harapan Lama Sekolah Tinggi, Tapi Beasiswa Kuliah Masih Minim

3 Mins read

Pada tahun ajaran baru kemarin, kita disuguhkan dengan berita viral yang menggugah nurani. Devit Febriansyah, siswa SMA N 1 Bukittinggi, Sumatera Barat berhasil lolos masuk Institut Teknologi Bandung (ITB) lewat jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Devit berasal dari keluarga yang kurang mampu dan satu – satunya anak yang berhasil lolos kuliah di ITB dari kampung halamannya.

Melihat kenyataan ini, para tetangga dan warga kampung halaman Devit berinisiatif mengumpulkan donasi untuk keberangkatannya ke Kota Lautan Api tersebut. Bahkan, Rektor ITB, Tatacipta Dirgantara mendatangi Devit langsung ke kediamannya di Malalak Timur, Kabupaten Agam.

Cerita Devit ini tentu sangat menggugah nurani. Kita bisa melihat bagaimana keterbatasan ekonomi tidak bisa menghalangi jalan seseorang untuk melanjutkan studi ke pendidikan tinggi. Selain itu, loyalitas dan gotong royong masyarakat untuk berdonasi tentu adalah bentuk kepeduliah terhadap lingkungan sekitar. Khususnya, perhatian masyarakat akan pentingnya pendidikan dalam melahirkan sumber daya manusia unggul.

Meskipun ini adalah cerita yang baik, tapi ada pesan tersembunyi di dalamnya yang dapat dijadikan bahan evaluasi bagi pemerintah setempat. Kendatipun jenjang pendidikan tinggi dalam sistem pendidikan nasional diatur dan dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah tidak bisa juga untuk lepas tangan begitu saja.

Peran pemerintah daerah dalam memberikan akses pendidikan yang mudah diperoleh oleh masyarakat juga harus ditingkatkan. Menurut James S. Coleman (1966) dalam bukunya Equality of Educational Opportunity, bahwa pemerintah wajib memberikan akses yang mudah bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dan wajib menghadirkan pendidikan yang berkualitas. Hal ini dilakukan agar terwujudnya pendidikan yang berkeadilan.

Harapan Lama Sekolah di Sumatera Barat Masuk Kategori Tinggi

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2025, menyebutkan bahwa harapan lama sekolah di Sumatera Barat cukup tinggi, yaitu di rata – rata 14 tahun dan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2021 (14,09), tahun 2022 (14,10), tahun 2023 (14,11), dan tahun 2024 (14,30). Artinya, masyarakat Sumatera Barat memiliki potensi sumber daya manusia unggul di masa yang akan datang dengan minimal jenjang pendidikan sampai tahun ke 2 atau semester 4 stata satu (S – 1).

Baca Juga  Tradisi Lebaran, dari Sowan Kiai hingga Berbagi Angpao

Data ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah perlu menyiapkan strategi dan kebijakan pemerintah yang pro terhadap pelayanan pendidikan. Salah satunya dengan meningkatkan kuantitas investasi dan atau pengelolaan dana pendidikan pemerintah dengan pemberian dana beasiswa daerah. Apalagi, jika kita melihat angka rata – rata lama sekolah yang berkisar pada 9 tahun. Artinya, rata – rata masyarakat Sumatera Barat yang berumur 25 tahun ke atas hanya menempuh pendidikan hingga jenjang SMP/Sederajat kelas 3.

Selama ini, pemerintah Provinsi Sumatera Barat sudah menunjukkan komitmennya untuk mendukung program pendidikan tinggi. Mahyeldi, Gubernur Sumatera Barat mengungkapkan bahwa alokasi dana untuk pendidikan mencapai 2,5 triliun atau setara dengan 36,72 persen dari total APBD. Kemudian, ada juga beberapa beasiswa yang bisa diperoleh di Sumatera Barat misalnya adalah beasiswa Hibah PT. Rajawali dan Beasiswa Baznas Sumatera Barat.

***

Selain itu, masyarakat Sumatera Barat juga terbantu oleh beasiswa yang disediakan oleh pemerintah pusat, seperti KIP Kuliah, LPDP, Beasiswa Indonesia Bangkit, Beasiswa Unggulan, dan lainnya. Tahun 2025, panitia SNPMB mencatat bahwa anak – anak Sumatera Barat adalah provinsi ke – 6 paling banyak yang lulus beasiswa KIP – Kuliah. Capaian ini tentu saja harus diapresiasi, akan tetapi langkah perbenahan harus terus dilakukan.

Badan Pusat Statistik Sumatera Barat tahun 2025 juga mencatat bahwa masyarakat Sumatera Barat yang pernah menyelesaikan S 1 berada di angka 8,71 pada tahun 2023 dan 8,12 pada tahun 2024. Data ini cukup berjarak jauh dengan rata – rata lulusan SMA/sederajat yang mencapai angka 29,37 pada tahun 2023 dan 30,60 tahun 2024. Artinya, lebih dari 50% anak – anak di Sumatera Barat tidak mampu melanjutkan atau menyelesaikan studi jenjang pendidikan tinggi.

Baca Juga  Quraisy Shihab: Tafsir Pendidikan Surat Al-‘Alaq

Pemerintah dan Masyarakat Perlu Tingkatkan Investasi Pendidikan

Tahun 2022, Tim Jurnalisme Data Harian Kompas menyebutkan bahwa tidak semua keluarga dapat menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi atau menyelesaikan kuliah anak hingga lulus meskipun sudah menabung sejak dini. Laporan ini dibuat oleh Harian Kompas setelah menganalisis dan mengombinasikan data upah lulusan SMA dan Universitas yang disajikan oleh Badan Pusat Statistik Nasional dengan data biaya studi dari 30 perguruan tinggi dan swasta di Indonesia.

Merespon laporan ini, pemerintah nasional terus berupaya untuk menyediakan beasiswa bagi putra putri Indonesia yang kurang mampu untuk dapat mendapatkan beasiswa. Beasiswa yang diberikan oleh pemerintah pusat tentu saja memiliki keterbasan, baik kuota ataupun pemerataan penerima beasiswa di seluruh wilayah. Dalam hal ini, peran pemerintah daerah sangat diperlukan.

Dashboard Pembangunan Pemerintah Sumatera Barat mencatat jumlah masyarakat yang dibiayai oleh pemerintah untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi. Hal ini adalah bentuk implementasi Program Ungulan Sumbar Sehat dan Cerdas, yaitu Seribu Beasiswa Kuliah di Perguruan Tinggi terbaik di dalam dan luar negeri.

Akan tetapi, pemerintah Provinsi Sumatera Barat perlu meningkatkan komitmen dan dukungan dalam masalah pendidikan. Bentuk komitmen dan dukungan itu adalah dengan memberikan investasi dalam pembangunan pendidikan dan sumber daya manusia unggul. Program beasiswa yang sudah ada perlu diteruskan dan ditingkatkan kuantitas penerimanya. Selain itu, pemerintah Sumatera Barat harus terus menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk menyediakan beasiswa daerah.

Para dermawan, aghniya’, organisasi masyarakat, dan lembaga amil zakat infad dan sadaqah yang ada di Sumatera Barat perlu juga berkolaborasi untuk melahirkan para sarjana yang akan memimpin Sumatera Barat nantinya. Setidaknya, untuk mencetak sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas tinggi. Hal ini menjadi sebuah keniscayaan dalam menyambut tingginya harapan lama sekolah dan tingginya angka lulusan SMA/Sederajat di Sumatera Barat setiap tahunnya.

Baca Juga  Tujuh Langkah Mengintegrasikan Sains Modern dan Agama di Sekolah

Editor: Soleh

Ramadhanur Putra
13 posts

About author
Ramadhanur Putra, lahir di Matur, Kab.Agam, Sumatera Barat pada 14 November 2001. Rama menempuh pendidikan dasar di kampung halaman, kemudian mondok di Ponpes Tahfidzul Quran Muallimin Muhammadiyah Sawah Dangka. Selama sekolah, Rama aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan mengakhiri pengabdiannya pada tahun 2020 sebagai Ketua Umum PD IPM Bukittinggi. Sekarang Rama kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Program Studi PAI. Ia juga aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, menjadi bagian dari forum diskusi ‘Komunal_YK’, alumni SILAM Angkatan II (Sekolah Pemikiran Islam) dan juga forum Baret Merah Angkatan XX di Sukoharjo, Jawa Tengah.
Articles
Related posts
Opini

Merancang Generasi Pemberontak ala Ahmad Dahlan

3 Mins read
Anak muda bukan sekadar “matahari terbit”. Mereka adalah energi potensial yang perlu diarahkan menjadi kekuatan pembaru. Di sini, Ahmad Dahlan bukan sekadar…
Opini

Melukai Hati Masyarakat: Saat Musibah Diukur Dengan Viralitas, Bukan Fakta di Lapangan

3 Mins read
Pernyataan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto bahwa banjir yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tidak perlu didiskusikan panjang lebar terkait…
Opini

Agus Salim: Sintesis Islam–Nasionalisme dalam Model Diplomasi Profetik Indonesia

3 Mins read
Pendahuluan Di antara tokoh-tokoh perintis Republik, nama KH. Agus Salim (1884–1954) berdiri sebagai figur yang tidak hanya cemerlang dalam kecerdasan linguistik dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *