Tarikh

Dinasti Ottoman (5): Sultan Bayezid Yıldırım, Wafat dalam Tawanan

6 Mins read

Sultan Bayezid I adalah Sultan Ottoman yang dikenal dengan julukan Yıldırım, atau Si Kilat. Sultan Bayezid I lahir di Edirne pada tahun 1354, putra dari Sultan Murad I (memerintah 1362–89) dan Gulcicek Hatun. Masa pemerintahan Bayezid ditandai dengan berbagai pertempuran di Anatolia dan Balkan. Bayezid juga berhasil memperluas wilayah Dinasti Ottoman hingga ke Sungai Danube di barat laut dan ke Sungai Efrat di timur.

Sultan Bayezid pada akhir kekuasaanya ditawan oleh Timur, penguasa Mongol dari Transoxania di Asia Tengah, selepas kekalahan pasukan Utsmani di Pertempuran Ankara (28 Juli 1402). Bayezid meninggal saat ditawan oleh Timur. Kematiannya berdampak pada menyusutnya kekuasaan Dinasti Ottoman hingga menjadi seperti semula pada awal pemerintahan Sultan Murad I.

Namun, penaklukan yang dikampanyekan oleh Sultan Bayezid menjadi inspirasi bagi para penerusnya, yang kemudian berhasil membangun kembali kekaisaran. Pada setengah abad kemudian, tentara Dinasti Ottoman di bawah Sultan Mehmed II (berkuasa 1444–46 dan 1451–81) berhasil menaklukkan Konstantinopel, tempat kedudukannya Kekaisaran Bizantium. Penaklukkan tersebut membuat Dinasti Ottoman muncul sebagai kekuatan dominan di Eropa Tenggara dan Asia Kecil.

Manuver Sultan Bayezid di Dinasti Ottoman

Bayezid memulai manuver politiknya sekitar tahun 1381. Manuvernya dimulai ketika ia menikahi putri emir Emirat Germiyanoğulları, sebuah kerajaan maritim Turkoman di Asia Kecil bagian barat. Dengan mahar dari pernikahan ini, Dinasti Ottoman memperoleh sebagian dari tanah Germiyanid. Bayezid diangkat sebagai pangeran-gubernur Kutahya, bekas pusat emirat Anatolia, dan dipercayakan dengan tugas menjaga kekuasaan Dinasti Ottoman dari timur.

Pernikahan ini mengerukutkan saingan Dinasti Ottoman kepada Emirat Karaman, emirat Turkoman Anatolia terkuat. Karaman menganggap diri mereka sebagai pewaris Dinasti Seljuk dari Rum, Penguasa Asia Kecil sebelum era Ottoman. Dan dengan demikian, Karaman telah menolak untuk mengakui kekuasaan Dinasti Ottoman.

Sikap tegas Emirat Karaman terhadap ekspansi Dinasti Ottoman di Asia Kecil juga menunjukkan bahwa pernikahan dinasti, yang digunakan secara luas oleh Utsmaniyah untuk memenangkan persaingan politk musuh Utsmani dan untuk menundukkan penguasa Kristen Balkan, tidak selalu berhasil. Contohnya adalah di Era Sultan Bayezid I, bahwa Alaeddin Bey (1361–98) dari Karaman telah menikahi saudara perempuan Bayezid. Pernikahan itu tidak membuatnya menjadi pengikut Dinasti Ottoman sebagaimana diharapkan.

Julukan Yildirim, Si Kilat

Pada 1386 M, Alaeddin Bey merebut wilayah yang lebih dahulu telah diklaim Dinasti Ottoman sebagai milik mereka. Sultan Murad I memutuskan untuk mengambil tindakan militer terhadap insiden ini. Dalam pertempuran yang terjadi pada akhir tahun 1386 di Frenk Yazısı dekat Ankara, Sultan Bayezid mendapatkan julukan Yıldırım atau “Petir” karena keberaniannya sebagai seorang pejuang dan kemampuan mobilisasi yang luar biasa.

Baca Juga  Memilih Pemimpin yang Pro Rakyat: Belajar dari Sosok Abu Bakar

Berkat istrinya yang berdarah Ottoman, Alaeddin Bey sebagai pihak yang kalah lolos dari kehancuran total dan kehilangan wilayah yang minimal. Tetapi tantangan dan ancaman dari emirat Karaman tidak hilang sampai akhir abad ke-15, ketika wilayah mereka akhirnya dimasukkan ke dalam kekuasaan Dinasti Ottoman.

Naik Tahta dan Kampanye Militer Anatalya

Setelah kematian Sultan Murad dalam Pertempuran Kosovo (15 Juni 1389), Bayezid diakui sebagai pewaris sah tunggal. Hal ini terjadi lantaran ia membunuh satu-satunya saudara laki-lakinya yang masih hidup, Yakub Celebi, untuk mencegah kemungkinan perebutan takhta.

Pertempuran Kosovo telah memperkuat posisi Dinasti Ottoman di Balkan. Ketika pangeran Serbia, Lazar, tewas dalam pertempuran, putra Lazar, Stephen Lazarević, menjadi pengikut Ottoman dan dipaksa untuk menikahkan saudara perempuannya, Olivera, dengan Sultan Bayezid. Namun, bersamaan dengan kemenangan Ottoman ini membuat Hungaria waspada karena kemenangan di Kosovo berarti bahwa kekuatan regional terpenting telah hancur. Mereka harus selalu bersiap sewaktu waktu dengan ancaman Utsmani.

Pertempuran tersebut juga membuka kesempatan bagi para Emirat Turki Anatolia yang lain untuk menggunakan ketiadaan pasukan Utsmaniyah di Anatolia untuk merebut kembali beberapa bekas wilayah mereka. Untuk mencegah hal ini, Sultan Bayezid melakukan kampanye militer kilat.

Selama kampanye cepatnya pada musim dingin tahun 1389–1990, Sultan Bayezid menganeksasi Emirat Anatolia Barat di Aydın, Saruhan, Germiyan, Menteşe, dan Hamid. Dia kemudian berbalik melawan Karaman dan mengepung Konya, ibu kota Karaman. Namun, mantan sekutu Sultan Bayezid, Candaroğlu Suleyman Bey dari emirat Laut Hitam Kastamonu, membuat kesepakatan dengan Kadı Burhaneddin Ahmed dari Sivas untuk melawan Sultan Bayezid. Dengan demikian, Sultan Bayezid terpaksa menghentikan pengepungan Konya dan berbalik melawan mereka.

Pada 1392, Bayezid mengalahkan dan membunuh Suleyman Bey dan mencaplok wilayahnya. Penguasa yang lebih kecil di wilayah itu, termasuk penguasa Amasya (barat daya kota pesisir Laut Hitam Samsun), juga menerima kekuasaan Dinasti Ottoman. Namun, perselisihan dengan Kadı Burhaneddin tidak terselesaikan sampai tahun 1398.

­Blokade Ottoman Terhadap Bizantium

Kampanye Dinasti Ottoman di Anatolia memberikan kesempatan bagi Kerajaan Romawi Timur. Bizantium, yang baru-baru ini menjadi pengikut dan dipaksa untuk bertarung di bawah bendera Bayezid di Anatolia, mencoba menyelesaikan perpecahan internal mereka. Mereka berharap jika mereka bersatu dan mendapat bantuan dari negara-negara Kristen barat, mereka dapat menghentikan pencaplokan Dinasti Ottoman ke wilayah mereka.

Namun, kebijakan ini memicu pengepungan dan blokade Ottoman yang berkepanjangan terhadap ibu kota Bizantium, Konstantinopel (1394– 1402). Untuk mengontrol navigasi di sepanjang Bosporus, Sultan Bayezid memerintahkan pembangunan sebuah kastil di titik tersempit di selat itu, kurang dari tiga mil sebelah utara Konstantinopel di pantai Asia.

Baca Juga  Badiuzzaman Said Nursi (1): Latar Belakang Anak Ajaib dari Turki

Dikenal hari ini sebagai Anadolu Hisarı atau Kastil Asia, benteng tersebut memainkan peran penting selama penaklukan Dinasti Ottoman atas Konstantinopel pada tahun 1453. Meskipun demikian, Sultan Bayezid tidak berhasil merebut Konstantinopel, karena ia harus meninggalkan pengepungan untuk bertempur di garis depan, yaitu di Eropa dan Asia Kecil.

Pertempuran Nikopolis, Koalisi Salib Melawan Ottoman

Sementara Bayezid berperang melawan saingan muslim mereka (para Emirat Turki) dan Anatolia, para gubernurnya di perbatasan melanjutkan serangan mereka di Balkan, yang pada gilirannya memprovokasi Hungaria untuk mengambil tindakan balasan. Utsmaniyah menyerang Hungaria Selatan secara berkala dari 1390 dan seterusnya.

Pasukan Utsmaniyah dan Hungaria bentrok pada 1392, ketika Hungaria menyeberangi Sungai Danube, perbatasan alam selatan negara itu. Pada 1393, Sultan Bayezid menaklukkan Turnovo, mencaplok Czar (baca: Tsar). Ivan Shishman (berkuasa 1371–1995), penguasa Bulgaria Danubian mengirim Shishman ke Nikopol di sungai Donau sebagai pengikutnya.

Khawatir oleh kemenangan Sultan Bayezid, Raja Sigismund dari Luksemburg (berkuasa 1387–1437) memperluas pengaruh Hongaria ke Serbia utara, sebagian Bosnia, dan kerajaan Rumania di Wallachia dan Moldavia. Tindakan ini adalah bagian dari kebijakan pertahanan baru melawan Dinasti Ottoman yang bertujuan untuk menciptakan negara vasal Hungaria antara Hungaria dan Dinasti Ottoman.

Pada musim gugur 1394, Sultan Bayezid memasuki Wallachia dan menggulingkan penguasanya yang pro-Hungaria, Mircea (berkuasa 1386–1418). Sultan Bayezid menggantikannya dengan bawahannya sendiri, Vlad (memerintah 1394–97). Pada musim semi 1395, Dinasti Ottoman menyerang Hongaria selatan lagi. Dan pada Juni, mereka menguasai Nikopol dan mengeksekusi Czar Shishman. Raja Sigismund, melakukan ekspedisi militer ke Wallachia untuk mengembalikan tahta anak didiknya, Mircea (Juli – Agustus 1395).

Pada musim panas 1396, Raja Sigismund, yang telah merencanakan Perang Salib sejak 1392, telah mengumpulkan pasukan gabungan antar negara Salib untuk bergerak melawan Ottoman. Perang Salib dipromosikan oleh Raja Sigismund, Paus, Adipati Burgundia, dan beberapa bangsawan Prancis.

Tentang Perang Salib

Perang Salib yang direncanakan Raja Sigismund telah didesak sekian lama oleh Kaisar Bizantium, Manuel II Palaiologos (memerintah 1391– 1425), yang ibukotanya berada di bawah blokade Dinasti Ottoman. Utusan Palailogos mengunjungi Hungaria pada Januari 1396, mencari bantuan melawan Ottoman. Sekitar 30.000–35.000 tentara salib dari Hungaria, Wallachia, Prancis, dan Burgundia mencapai Nikopol pada bulan September dan mengepungnya.

Namun, tentara salib kekurangan artileri pengepungan dan segera dikejutkan oleh pasukan bantuan Sultan Bayezid yang terdiri dari 40–45.000 orang. Dalam pertempuran berikutnya pada tanggal 25 September (menurut beberapa sumber Eropa, 28 September) di Nikopol, Sultan Bayazid mengalahkan tentara salib.

Raja Sigismund nyaris lolos dari pertempuran, mencapai Konstantinopel dengan perahu melalui Danube dan Laut Hitam. Di Konstantinopel dia bertemu Penguasa Bizantium, Kaisar Manuel, dan kemudian kembali ke rumah melalui Laut Adriatik di atas kapal Venesia. Setelah pertempuran, Bayezid mengambil Vidin dari Czar Ivan Stratsimir (memerintah 1365–96), yang telah bersekutu dengan tentara salib, mengakhiri Tzar terakhir Bulgaria.

Baca Juga  Menterengnya Kulliyatul Muballighin Padang Panjang

Dua tahun berikutnya di Anatolia, Bayezid mengalahkan dan membunuh dua musuh terkuatnya, Alaeddin Bey dari Karaman dan Kadı Burhaneddin dari Sivas. Bayezid kemudian memasukkan tanah mereka ke wilayah kekuasaannya.

Dukungan Bizantium terhadap Perang Salib melawan Dinasti Ottoman memprovokasi pengetatan blokade Dinasti Ottoman terhadap Konstantinopel. Pasukan bantuan kecil Perang Salib yang dipimpin oleh Jean Boucicaut, marsekal Prancis, tidak cukup untuk menyelamatkan kota. Kaisar Manuel memutuskan untuk melakukan perjalanan secara pribadi ke Eropa Barat untuk mencari bantuan militer dan keuangan. Pada saat ia kembali ke rumah pada 1403, kotanya terselamatkan dari ancaman Ottoman. Tapi keselamatannya bukan karena bantuan barat, melainkan karena kemenangan Timur Lenk atas Bayezid.

Menantang Keturunan Gengis Khan

Timur mengklaim kedaulatan atas semua amir Anatolia karena prestisnya sebagai keturunan Genghis Khan, memerintah Asia Kecil pada abad ke-13. Bayezid, di sisi lain, menganggap dirinya sebagai pewaris sah Dinasti Turki Seljuk, penguasa Anatolia dari akhir abad ke-11 hingga awal abad ke-14.

Dari ibukotanya di Samarkand, pasukan Timur menguasai wilayah Golden Horde meliputi Rusia Selatan, India Utara, Persia, Suriah, dan Anatolia Timur. Ketika Sultan Bayezid hendak memperluas wilayah kekuasaanya pada akhir 1390-an, bentrokan antara kedua penguasa itu menjadi tidak terhindarkan.

Sultan Wafat dalam Tawanan Timur Lenk

Perang antara Timur dan Sultan Bayezid berlangsung pada tanggal 28 Juli 1402 di dekat Ankara, dan diakhiri dengan kemenangan Timur. Dengan Sultan Bayezid ditangkap; Timur memulihkan wilayah Gengis Khan di Anatolia timur yang baru-baru ini direbut oleh Bayezid.

Kemudian perkelahian sengit dimulai di antara putra Bayezid atas sisa kerajaan Ottoman. Menurut seorang saksi mata Eropa, Ruy Gonzales de Clavijo, “Bayezid meninggal dengan mengenaskan pada Maret 1403. Dan Konstantinopel selama setengah abad berikutnya dibebaskan dari Susunan Kristen.”

Namun sebagian menyatakan bahwa Sultan Bayezid diperlakukan dengan baik, bahkan dikatakan bahwa Timur juga turut bersedih atas kematiannya. Salah satu putranya, Mustafa, juga turut ditahan bersamanya dan ditahan di Samarkand sampai 1405.

Untungnya bagi Dinasti Ottoman, bagaimanapun, institusi dasar negara (termasuk sistem pajak, administrasi pusat dan provinsi, dan tentara) telah mengakar. Sebagian besar masyarakat Dinasti Ottoman saling bahu membahu untuk memulihkan kekuatan Wangsa Osman.

Editor: Shidqi Mukhtasor/Nabhan

Avatar
35 posts

About author
Penulis merupakan mahasiswa Ilmu Hadits Fakultas Ushuluddin Adab & Dakwah, UIN Sayyid Ali Rahmatullah. Dapat disapa melalui akun Instagram @lhu_pin
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *