Hari-hari ini umat Islam di berbagai belahan dunia diingatkan oleh salah satu peristiwa penting dunia. Sebuah peristiwa yang membawa goncangan dan perubahan dahsyat secara global. Itulah kelahiran manusia terbaik (khairul anaam), sekaligus penutup (khaatim) dan penghulu (sayyid) para nabi dan rasul, Nabi Muhammad saw.
Nabi Muhammad dan Kemuliaan Akhlaknya
Nabi Muhammad saw. terlahir di bulan Rabiulawal. Bulan Rabiulawal mengingatkan akan kehadiran sosok pembaharu (reformer) dan agen perubahan ke arah yang lebih baik (al-muslih). Tapi yang terpenting, beliau hadir sebagai penyampai risalah terakhir Allah sekaligus menjadi teladan (uswah) untuk seluruh manusia.
Tentu menuliskan mengenai Nabi Muhammad saw. serasa melempar segenggam garam ke lautan samudra. Telah banyak yang telah menulis tentang beliau dalam segala aspek hidupnya, baik dari kalangan believer maupun unbeliever. Menulis tentang beliau tidak akan pernah menemukan akhir dari keindahan cerita perjalanan hidupnya.
“Muhammad saw. adalah memang manusia. Tapi beliau tidak seperti manusia lainnya. Akan tetapi beliau adalah mutiara di tengah bebatuan. Kesempurnaannya mencapai puncak ketinggian. Keindahannya dirinya menyingkap gulita. Segala lini hidupnya begitu indah nan menawan.”
Ungkapan di atas adalah puji-pujian yang populer dan sering dibacakan oleh kalangan Muslim IPB (India Pakistan Bangladesh). Sebuah pujian yang memang menggambarkan realita kesempurnaan sosok Nabi Muhammad saw.
Pujian yang terpenting tentunya bukan pujian manusia. Tapi yang terpenting adalah pujian dan pemuliaan Penciptanya sendiri. Berkali-kali beliau dipuji dalam Al-quran. Salah satunya, “Sungguh engkau (Muhammad) memiliki akhlak yang sangat agung.”
Keimanan dan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad saw. menjadi bagian integral dari keimanan kita kepada Rabb itu sendiri. Kalimat laa ilaaha illa Allah tidak akan bisa terpisahkan dari kalimat Muhammad Rasululullah. Hanya melalui ajaran Nabi Muhammad saw. kita akan mencapai keimanan yang benar dan hakiki kepada Allah Swt.
Suasana iman seperti di atas harus menjadi bagian dari detak jantung para mukmin. Tetapi di momen Rabiulawal inilah kita kembali membangun komitmen dalam iman dan cinta kepada beliau. Kita recharge atau mengisi lagi dada kita dengan gelora iman dan cinta, sehingga komitmen ketaatan kepadanya semakin membara.
Dunia Merindukan Sosok Muhammad Saw.
Dalam dunia yang penuh goncangan cobaan dan fitnah saat ini, sosok Nabi Muhammad saw. sangat dirindukan oleh manusia untuk hadir kembali. Sesosok yang tidak akan tenang dengan berbagai penyelewengan kehidupan manusia.
Kita diingatkan kembali tentang keadaan Kota Mekah sebelum lahirnya sosok Muhammad saw. Kejahiliyaan, kezholiman, rasisme, diskriminasi gender dan ras, dan tentunya kekerasan (peperangan) antar suku menjadi pandangan lumrah. Dan tentunya penyelewengan akidah (kesyirikan) menjadi ideologi masyarakat saat itu. Hal itulah yang menjadikan Muhammad saw. resah, bahkan sedih. Beliau tidak merasakan ketenangan batin dengan suasana kehidupan yang bobrok secara sosial pada lingkup publik. Dan karenanya beliau kerap mengadakan takhannuts di atas ‘Gunung Cahaya’ (Jabal Nur).
Sesungguhnya keresahan batin akibat berbagai penyelewengan sosial lah yang mengantar kepada diangkatnya Nabi Muhammad saw. sebagai Rasul dan nabi terakhir (khaatam an-nabiyyin wal mursaliin). Dan dengan tujuan itu pula beliau melakukan perjuangan (jihad) hingga terjadi perubahan mendasar di semenanjung Arabia dalam masa kurang dari 23 tahun.
Maka di tengah ketidakpastian dunia di mana kebenaran kerap dianggap salah dan kesalahan kerap dianggap benar, orang baik dianggap berbahaya dan orang jahat justru dianggap orang baik. Di saat seperti inilah kerinduan akan kehadiran Nabi Muhammad saw. itu sangat terasa.
Kebaikan dan Keburukan yang Tertukar
Di tengah dunia yang penuh keanehan saat ini, agama justru kerap dipandang ancaman. Sebaliknya, ideologi dan perilaku ‘anti agama’ dipandang sebagai nilai positif. Di saat orang-orang yang beragama dipersekusi, sementara mereka yang anti dan kerap merendahkan agama seolah mendapat perlakuan istimewa.
Berbagai perilaku imoralitas seolah dilindungi sehingga semakin merajalela dan berani. Akibatnya, ancaman kepada integritas (akhlak) kehidupan manusia semakin besar. Agama dan moralitas dianggap ancaman, saat sebaliknya pelanggaran dan dosa-dosa dianggap sebagai modernitas dan kemajuan.
Di dunia Barat juga, seperti yang terjadi di Prancis saat ini, nilai-nilai kebaikan universal (kebebasan, misalnya) digunakan seenak udel manusia. Pelecehan kepada nilai-nilai keagamaan, kitab suci, dan mereka yang dihormati dan dimuliakan (para rasul dan nabi) menjadi biasa atas nama kebebasan.
Saya khawatir ketika isteri dan anak Macron dan konconya yang dicintai itu dilecehkan, mereka akan menyikapinya secara biasa. Akan kah dia sekedar sikapi sebagai sekedar ekspresi kebebasan? Atau ketika Prancis yang dia cintai dengan semangat nasionalisme itu dihinakan atau direndahkan, akankah dia anggap hal itu sebagai sekedar ekspresi kebebasan?
Di tengah dunia yang merasa berperadaban (civilized) dan maju dalam pemikiran intelektual, manusia semakin menampakkan kebodohannya (jahiliyah) yang nyata. Perilaku paradoks semakin nyata, bahkan kemunafikan dipertontonkan tanpa malu-malu lagi. Di tengah dunia yang bobrok (jahil) dan gelap inilah Nabi Muhammad saw. dirindukan kehadirannya. Sosok yang kembali hadir sebagai nur (cahaya), rahmah (kasih sayang), dan sekaligus uswah (teladan) bagi seluruh alam.
Tentu harapan kehadiran beliau tidak mungkin lagi kehadiran secara fisik. Beliau adalah basyar (manusia biasa) yang masa dunianya telah berakhir. Tapi nilai-nilai (values), ajaran, hingga keteladanan beliau hidup hingga akhir zaman.
***
Dan semua itu telah diamanahkan di atas pundak umatnya. Maka kerinduan akan hadirnya Muhammad saw. di dunia ini merupakan tantangan langsung kepada umatnya. Mampukah umat ini menjadi representasi Muhammad saw. kepada dunia? Mampukah umat ini menghadirkan kembali cahaya, nilai-nilai (values) dan keteladanan baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam?
Dan di sini pula lah makna peringatan Maulid Nabi. Bahwa tujuan Maulid Nabi bukan pada bentuk acaranya, tapi lebih kepada memahami, menghayati, mengamalkan dan menyampaikan apa yang menjadi amanah kepada kita dari baginda Nabiyullah saw, yaitu membawa agen-agen perubahan dunia. Maulid Nabi semestinya menghadirkan kembali cahaya itu di tengah kegelapan yang melanda dunia saat ini.
Kita cinta Rasulullah, kita rindu Rasulullah. Semoga kita disatukan bersama Rasulullah saw. di dalam surga-Nya Allah Swt. Amin!