Dalam ajaran Islam, Eco-Jihad mengajarkan bahwa Allah tidak menciptakan sesuatu tanpa manfaat. Air menjadi sumber kehidupan bagi manusia, hewan, tumbuhan, dan organisme lainnya. Pohon menghasilkan oksigen, memungkinkan makhluk hidup bernapas dengan udara bersih. Tanah menjadi rumah bagi berbagai organisme pengurai yang menjaga keseimbangan ekosistem. Manusia, sebagai khalifah di bumi, diciptakan untuk beribadah kepada Allah dan menjalankan amanah Eco-Jihad dengan menjaga keseimbangan alam. Namun, sering kali manusia lupa bahwa mereka hanyalah bagian kecil dari penghuni bumi yang diciptakan Allah.
Krisis Iklim: Ancaman Nyata bagi Umat Manusia
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
Ayat ini semakin relevan dengan kondisi bumi saat ini. Menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2023), suhu bumi telah meningkat 1,1°C dibandingkan era pra-industri. Kenaikan suhu global ini memicu berbagai bencana ekologis, seperti naiknya permukaan laut, banjir, kekeringan, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Di Indonesia, dampak krisis iklim terasa nyata. Pulau-pulau kecil berpenghuni terancam tenggelam, meskipun penduduknya mungkin tidak berkontribusi besar terhadap kerusakan lingkungan. Di Desa Timbulsloko, Demak, Jawa Tengah, daratan telah hilang, menyisakan kenangan akan rumah dan kehidupan yang pernah ada.
Allah menciptakan bumi dan seisinya untuk kenyamanan manusia, seperti sebuah rumah lengkap dengan segala fasilitasnya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah (2:29):
“Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu…”
Namun, manusia tidak diberi hak untuk mengeksploitasi alam tanpa batas. Sebagai khalifah, umat manusia memiliki tanggung jawab menjaga keseimbangan alam. Dengan jumlah umat Muslim di Indonesia mencapai 229,62 juta jiwa (87,2% dari total penduduk, Kemenag 2020), umat Islam memiliki peran besar dalam menjalankan amanah ini melalui jihad ekologis, atau Eco-Jihad.
Apa Itu Eco-Jihad?
Eco-Jihad adalah perjuangan umat Islam untuk menjaga kelestarian bumi, bukan dalam arti perang, melainkan usaha sungguh-sungguh untuk menghentikan kerusakan lingkungan demi kemaslahatan seluruh makhluk Allah. Gerakan ini sejalan dengan tujuan syariat Islam, hifz al-bi’ah (menjaga lingkungan), untuk memastikan generasi mendatang tetap dapat menikmati karunia Allah. Eco-Jihad adalah wujud nyata dari nilai Islam rahmatan lil ‘alamin—rahmat bagi seluruh alam.
Gerakan ini telah digaungkan oleh organisasi seperti Eco Bhinneka Muhammadiyah dan Greenfaith Indonesia, mengajak umat untuk aktif menjaga lingkungan.
Aktivitas Eco-Jihad
Eco-Jihad dapat dilakukan dalam skala kecil maupun besar, secara individu atau kelompok. Berikut beberapa aktivitas yang dapat dijalankan:
- Mengurangi Konsumsi Berlebihan
Rasulullah SAW mengajarkan untuk tidak berlebihan, bahkan dalam menggunakan air wudhu meski air melimpah. Praktik ini dapat diterapkan dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menghemat listrik, dan memilih transportasi ramah lingkungan. - Mengelola Sampah dengan Benar
Sedekah sampah, daur ulang, dan pemilahan sampah rumah tangga adalah langkah kecil yang berdampak besar. Gerakan Shadaqah Sampah (GSS) menjadi contoh komunitas yang mengajak umat Muslim untuk memilah dan menyedekahkan sampah. - Menghijaukan Bumi dengan Menanam Pohon
Rasulullah SAW bersabda bahwa menanam pohon adalah sedekah, bahkan jika pohon itu dimanfaatkan oleh burung. - Mendorong Kebijakan Hijau
Aktif menyuarakan dan memperjuangkan kebijakan publik yang mendukung kelestarian lingkungan. - Mengedukasi Masyarakat
Menyebarkan kesadaran lingkungan melalui masjid, sekolah, atau media sosial untuk mengajak lebih banyak umat peduli terhadap alam.
Mengapa Gerakan Ini Dimulai dari Umat Muslim?
Dengan populasi umat Islam mencapai 2,2 miliar jiwa (23% populasi dunia pada 2030), umat Muslim memiliki potensi besar untuk menciptakan dampak signifikan. Eco-Jihad dapat menjadi teladan bahwa ajaran Islam tidak hanya terbatas pada ibadah ritual seperti sholat, puasa, zakat, dan haji, tetapi juga mencakup ibadah sosial dan ekologis yang berfokus pada hubungan harmonis dengan alam.
Krisis iklim bukan sekadar masalah lingkungan, tetapi juga ujian spiritual. Sebagai khalifah, kita bertanggung jawab untuk menjaga, merawat, dan memastikan bumi tetap menjadi sumber kehidupan. Eco-Jihad adalah panggilan iman yang dimulai dari langkah kecil, dilakukan bersama-sama, untuk mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Editor: Assalimi

