Inspiring

Empat Karakter Nabi Muhammad yang Harus Diamalkan

3 Mins read

Sebagai Nabi pembawa risalah terakhir bagi umat manusia. Nabi Muhammad memiliki tugas utama untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Degradasi akhlak yang terjadi sebelum Islam datang cukup menjadi catatan besar jika umat manusia pernah menapaki sejarahnya yang kelam. Namun masa kelam itu telah diubah oleh kehadiran sosok yang menjadi panutan manusia sepanjang masa.

Dakwah Rasulullah Saw

Tak semudah membalikan telapak tangan, periode dakwah untuk mengubah tabiat buruk manusia harus melewati jalan terjal nan penuh tantangan.

Dalam sebuah hadis termaktub “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia” menjadi ikrar dalam menjalankan tugas yang mulia.

Beliau berhasil menunaikan amanah besar dari Allah SWT untuk mengubah tabiat jahiliyah menjadi masyarakat beradab sekaligus melahirkan generasi yang berkarakter. Walaupun sifat jahiliyah tak sepenuhnya bisa dihilangkan dari manusia. Satu atau dua orang saja yang bersifat jahiliyah pasti akan sangat berdampak bagi tatanan kehidupan sosial.

Masyarakat ibarat sebuah kapal sedang berlayar, yang di dalamnya terdapat ruang-ruang. Jika ada salah satu orang yang melubangi lambung kapal dapat dipastikan air akan masuk ke dalam kapal dan menenggelamkan seluruhnya.

Sekiranya hal tersebut menjadi perumpamaan jika dalam masyarakat terdapat segelintir orang yang bertabiat buruk pasti mayarakat di sekelilingnya akan merasakan dampak akibat perbuatannya. Dakwah Nabi Muhammad SAW bersifat universal memperbaiki seluruh tindak-tanduk umat manusia.

4 Karakter Muhammad SAW

Beliau telah mewariskan 4 karakter utama yaitu shidiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), fathonah (cerdas), dan tabligh (menyampaikan) yang dimaknai sebagai nilai budi pekerti untuk membedakan baik-buruk dan mewujudkan kabaikan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun menjadi pertanyaan besar, apakah sebagai umatnya kita sudah menjaga apa yang telah diwariskan oleh kanjeng Nabi Muhammad?

Baca Juga  Benarkah Al-Qur'an Zaman Sekarang Tidak Otentik?

Membicarakan persoalan ini tampaknya kita harus menarik nafas panjang ketika menyaksikan seorang pembohong diberikan amanah lalu menyelewengkan amanah tersebut. Belum lagi, ketika ada orang kurang kompeten didaulat untuk mengurusi permasalahan yang bukan bidangnya.

Yang terjadi justru menambah runyam permasalahan yang seharusnya segera terselesaikan. 2 contoh besar tadi adalah bagian dari semakin suburnya krisis moral yang menyasar semua golongan terlebih kondisi yang menimpa kenegaraan kita saat ini.

Dari dinamika tersebut, sekiranya menggambarkan jika 4 karakter yang telah diwariskan Kanjeng Nabi tidak dilestarikan dengan baik. Padahal warisan 4 karakter tadi adalah hal paten yang saling berkaitan yang harus diamalkan secara berurutan. Adanya 2 contoh kasus tadi mungkin menjadi bukti jika karakter tadi tidak diamalkan secara beurutan.

Karakter Shiddiq & Amanah 

Sifat shiddiq atau kejujuran menempati posisi pertama yang harus di laksanakan. Kejujuran merupakan fondasi yang memiliki posisi sentral untuk menjalani proses kehidupan. Jika itu tidak dimiliki masyarakat akan berpikir dua kali untuk mempercayakan sesuatu atau sekedar untuk mengobrol.

Jika seseorang sudah terbiasa mengamalkan kejujuran dalam hal apapun di kehidupan sehari-hari tahapan berikutnya merupakan amanah. Hal tersebut merupakan sikap agar senantiasa selalu dipercaya.

Ia akan menjaga amanah yang diberikan dengan sepenuh hati dan berani menanggung resiko yang akan dihadapi. Pada tahap ini masyarakat dengan mudah memberikan kepercayaan kepada orang yang beramanah. Namun apabila kita tarik dalam konteks kekinian, hal demikian sudah sangat jarang ditemui bahkan menjadi barang langka dalam kehidupan sehari-hari.

Mengutip pendapat Jack Snyder (2000) beliau mengatakan jika erosi amanah saat ini menjadi semakin mengkristal saat kehidupan memasuki dunia digital.

Ada semacam penyakit saling tidak mempercayai. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya penipuan yang dilakukan lewat media sosial. Sehingga menggiring opini masyarakat jika penyelewengan amanah sudah terdigitalisasi secara masif.

Baca Juga  Tidak Semua Hal yang Tidak Dilakukan Nabi itu Terlarang

Di lain sisi akun media sosial yang sejatinya difungsikan untuk menebar pesan kebaikan justru semakin jauh dari kata layak. Dari situlah cacian dan makian semakin meluber memadati beranda-beranda medsos, bahkan di situlah kita tak menemui kebaikan yang menjadi buah dari shiddiq berkata benar.

Karakter Fathonah & Tabligh Nabi Muhammad

Setelah manusia mampu diberi dan menjalankan amanah dengan baik bukan berarti orang tersebut langsung bisa menjadi “penyampai” (tabligh). Agar tak melahirkan pemahaman yang salah kaprah di kalangan masyarakat, cerdas menjadi langkah yang harus dilakukan sebelum menjadi penyampai.

Ketika orang tersebut memiliki sikap cerdas ia akan pandai dalam memposisikan dirinya dalam artian berkata jujur dan tanggung jawab atas amanah yang ia terima. Setelah ketiga karakter tersebut terpenuhi barulah orang tersebut bisa menjadi “penyampai”.

Kata tabligh pada dasarnya kurang pas jika dibatasi pada persoalan agama saja, tetapi juga harus menyelinap dalam urusan kehidupan sehari-hari. Tabligh adalah ajaran Islam yang harus dibawa pada lanskap yang lebih luas.  

Jika orang tersebut sudah jujur, amanah, dan cerdas apa yang disampaikan dan kebijakan yang dibuatnya pun tidak akan ngawur dan mengandung unsur sewenang-wenang apalagi sampai mencederai masyarakat sekitar.

Apa yang kita sebut dengan krisis moral sesungguhnya tidak akan menjadi semakin parah apabila manusianya berusaha melestarikan warisan Kanjeng Nabi yaitu jujur, amanah, cerdas, dan tabligh.

Akhir kata, manusia yang paripurna dialah yang mampu berkata jujur terlebih dahulu sehingga mampu menjaga amanah kemudian cerdas sebelum menjadi penyampai. Urutannya tegas, jika seseorang memiliki etos dan paradigma hidup yang terbalik contoh menomorsatukan kecerdasan bisa dipastikan ia akan sulit dalam memenuhi unsur kejujuran. Banyak sekali orang cerdas dengan gelar berderet dan posisinya yang tinggi tapi justru memanfaatkannya untuk keuntungan pribadi yang membawa mudharat bagi masyarakat luas.

Baca Juga  Sudibyo Markus, Sang Mediator Konflik Internasional

Editor: Yahya FR

Avatar
12 posts

About author
Alumni Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta/Mahasiswa PAI UMY 2019.
Articles
Related posts
Inspiring

Imam Al-Laits bin Saad, Ulama Besar Mesir Pencetus Mazhab Laitsy

3 Mins read
Di zaman sekarang, umat Islam Sunni mengenal bahwa ada 4 mazhab besar fiqh, yang dinisbahkan kepada 4 imam besar. Tetapi dalam sejarahnya,…
Inspiring

Ibnu Tumart, Sang Pendiri Al-Muwahhidun

4 Mins read
Wilayah Maghreb merupakan salah satu bagian Dar al-Islam (Dunia Islam) sejak era Kekhalifahan Umayyah. Kebanyakan orang mengenal nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Ibnu…
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…

1 Comment

  • Avatar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds