Tafsir

Empat Keuntungan Mentadabburi Al-Qur’an

4 Mins read

Al-Qur’an al-Karim yang diturunkan kepada manusia tak lain berfungsi sebagai penerang kehidupan kita. Untuk menjaga dan merawat peran vital Al-Qur’an tersebut, Allah Swt memerintahkan kepada kita agar senantiasa merenungkannya (tadabbur), untuk kemudian diamalkan dalam realitas keseharian kita.

Allah Swt berfirman,

كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٞ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٢٩

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shad : 29)

Mufassir kenamaan, Imam al-Syinqithi (w. 1397 H/1972 M), dalam tafsirnya berjudul Adwa’ al-Bayan Fi Idhah Al-Qur’an bi Al-Qur’an, menjelaskan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab yang diberkahi yang salah satu hikmah penurunannya adalah agar manusia mentadabburi ayat-ayat-Nya, memahami, memikirkan serta fokus mengkajinya, sehingga dapat dimengerti beragam macam hidayah yang dikandungnya, agar orang-orang yang berpikir mampu menjadikannya sebagai penasihat dari hal yang mengandung cela dan kesimpangsiuran (Adhwa’ al-Bayan, 7/9).

Empat Manfaat Mentadabburi Al-Qur’an

Dalam kitab berjudul Afala Yatadabbaruna Al-Qur’an yang ditulis oleh Nashir bin Sulayman al-Amr (Riyadh: Muassasah Diwan al-Muslim, 2011) disebutkan bahwa ada empat manfaat yang bisa kita dapatkan dari perenungan kita terhadap Al-Qur’an yang berkaitan langsung dengan realitas kehidupan kita.

Empat hal tersebut adalah; 1) Bangkitnya motivasi untuk melakukan kebaikan; 2) Mampu menjadi solusi permasalahan; 3) Terbukanya pintu rezeki dan kebaikan; 4) Hadirnya imunitas dari Allah untuk terhindar dari bahaya dan ketakutan.

Manfaat pertama dari laku kita mentabburi Al-Qur’an adalah bangkitnya motivasi untuk senantiasa berbuat kebaikan. Pemahamaan kita terhadap makna-makna Al-Qur’an mengandaikan kepada para pengkajinya untuk terbimbing menuju jalan yang lurus dan tercegah dari kekeliruan.

Baca Juga  Kupas Tuntas Karakteristik Tafsir Era Modern

Janji Allah berupa ganjaran-ganjaran surga bagi yang mengupayakan kebaikan serta ancaman berupa neraka bagi yang melaksanakan keburukan merupakan pemicu utama seseorang untuk berjuang melakukan kebaikan-kebaikan dan inovasi.

Hal ini dikarenakan tertanamnya sebuah asumsi dalam hati kita bahwa mentadabburi Al-Qur’an merupakan sebab lahirnya kemantapan karakter seseorang. Tadabbur juga menjadi pelecut bagi kita untuk meniru jejak para Nabi-Nabi terdahulu serta orang soleh untuk melakukan kebaikan.

***

Allah Swt berfirman :

وَكُلّٗا نَّقُصُّ عَلَيۡكَ مِنۡ أَنۢبَآءِ ٱلرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِۦ فُؤَادَكَۚ وَجَآءَكَ فِي هَٰذِهِ ٱلۡحَقُّ وَمَوۡعِظَةٞ وَذِكۡرَىٰ لِلۡمُؤۡمِنِينَ ١٢٠

Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman (QS. Hud: 120).

Manfaat kedua dari permenungan kita terhadap Al-Qur’an adalah lahirnya gagasan solutif terhadap problematika kehidupan. Dalam tulisannya, Nashir bin Sulaiman al-Amr menceritakan sebuah kisah datangnya seorang laki-laki yang hendak mentalak isterinya kepada seorang Syaikh untuk meminta pencerahan.

Sang Syaikh kembali bertanya kepada lelaki tersebut dengan ungkapan, “Bagaimana interaksimu (tadabburmu) dengan Al-Qur’an?” Lelaki tersebut mengaku telah banyak menghafal Al-Qur’an namun alpa untuk mentadabburinya.

Sang Syaikh kemudian menyarankan untuk mentadabburi Al-Qur’an. Singkat cerita, tak lama berselang, sang Syaikh menceritakan bahwa lelaki tersebut telah berubah menjadi manusia yang paling bahagia dan menyadari bahwa pangkal permasalahan perselisihannya dengan isterinya yang hampir menyebabkannya bercerai adalah kurangnya tadabbur terhadap Al-Qur’an, hal ini yang kemudian juga menyuburkan syak wasangka dan ketidaktenangan dalam hatinya.

Dalam hal ini, Masruq (w. 682 H) berkata, “Tidaklah umat Islam menanyakan sesuatu kecuali ada jawabannya di Al-Qur’an, hanya saja pengetahuan kita tentang Al-Qur’an yang terbatas”. Syaikh al-Islam Ibnu Rajab al-Hanbali (w. 795 H ) berkata, “Saya menyesal lantaran waktuku terhabiskan untuk sesuatu selain Al-Qur’an”. Maka, jika demikian, Al-Qur’an tak ubahnya sebuah sumber tempat manusia melepas dahaga, di mana setiap dari mereka mendapatkan air sesuai dengan jerih payahnya untuk mendapatkannya, sebagaimana kesuburan sebuah lembah bergantung kepada curah hujan yang menyiraminya.

Baca Juga  Keunikan Bahasa Al-Qur’an

Manfaat ketiga dari aktivitas mentadabburi Al-Qur’an adalah dibukakannya pintu rezeki dan kebaikan. Dalam tulisannya, Dr. Nashir bin Sulaiman, menjelaskan kisah seseorang yang memiliki banyak sekali permasalahan dalam hidupnya, baik dalam hal materi atau non materi. Kemudian ia mendengar bacaan sekaligus tadabbur dari seorang guru terkait surat al-Layl ayat 1-10.

***

Seusai mendengar tadabbur ayat-ayat tersebut, khususnya pada ayat 4 sampai 7 (Maka, barangsiapa yang berderma dan bertakwa serta membenarkan adanya surga, akan kami mudahkan jalannya menuju kebahagiaan), orang yang diliputi masalah tersebut bernafas lega dan berkeyakinan bahwa Allah senantiasa membantunya menuju kebahagiaan jika ia mengimbanginya dengan 3 syarat dalam ayat di atas (bersedekah, bertakwa dan membenarkan adanya surga). Dan ia meyakini bahwa kebahagiaan yang dimaksud bukan hanya berbentuk materi kekayaan fisik saja, tapi lebih luas dari itu!

Manfaat keempat yang didapat dari hamba-Nya yang mentadabburi Al-Qur’an adalah imunitas dari berbagai ketakutan dan marabahaya yang diberikan oleh Allah Swt kepada mereka. Dalam konteks pembahasan ini diceritakan bahwa Imam al-Qurthubi (w. 671 H), saat menafsirkan Al-Qur’an surat al-Isra ayat 45, “Dan apabila kamu membaca Al-Qur’an, maka akan kami ciptakan di antaramu dan di antara orang-orang yang tidak beriman sebuah penghalang yang tersembunyi”, menceritakan pengalamannya yang sangat menarik

Dalam suatu perjalanannya di Andalusia, Spanyol, Imam al-Qutrhubi berjumpa dan berhadapan dengan dua musuh orang Persia. Saat itu Imam al-Qutrhubi terjebak di sebuah tepi, di mana beliau terpojok di sebuah tanah lapang tanpa penghalang apapun. Imam al-Qurthubi membaca surat Yasin ayat 8 (Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat), dengan kehendak Allah kedua musuh tersebut lewat di depan batang hidungnya dan tidak mendapati Imam al-Qutrhuby di hadapannya.

Baca Juga  Ketaatan Iblis yang Bernalar

Kemudian mereka kembali tanpa menemukan Imam al-Qurthubi. Allah membutakan penglihatan mereka dan menjadikan mereka tidak melihat Imam al-Qutrhubi. Demikian kisah yang disampaikan oleh Imam al-Qurthubi dalam tafsir legendarisnya, al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an (10/234).

Demikianlah empat manfaat yang bisa didapatkan dari permenungan kita terhadap ajaran-ajaran yang dikandung di dalam kitab suci Al-Qur’an. Permenungan dan kontemplasi kita terhadap Al-Qur’an adalah hal yang mutlak harus dilaksanakan oleh kita sebagai umat muslim.

***

Diri kita yang terkadang lalai, jiwa kita yang terkadang labil, hati kita yang kadang bimbang perlu diimbangi dengan upaya tadabbur kita atas suatu kebenaran yang pasti yang datang dari Allah Swt. Dan tentu, karena laku tadabbur adalah sebuah pengejawantahan agar hati kita senantiasa terbuka dan tersirami cahaya ilahi. Jika tidak, Allah Swt akan menilai kita sebagai sebagai hamba yang telah tertutup hati sanubarinya.

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ ٢٤

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci” (QS. Muhammad : 42)

Wallahu A’lam Bisshowab

Editor: Yahya FR

Jafar Tamam
2 posts

About author
Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Articles
Related posts
Tafsir

Tafsir at-Tanwir: Relasi Antar Umat Beragama

4 Mins read
Relasi antar umat beragama merupakan diskursus yang selalu menarik untuk dikaji. Khususnya di negara kita, hubungan antar umat beragama mengalami pasang surut….
Tafsir

Puasa itu Alamiah bagi Manusia: Menilik Kembali Kata Kutiba pada Surah Al-Baqarah 183

3 Mins read
Salah satu ayat yang amat ikonik tatkala Ramadhan tiba adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Kendati pernyataan itu terbilang asumtif, sebab saya pribadi…
Tafsir

Surah Al-Alaq Ayat 1-5: Perintah Tuhan untuk Membaca

2 Mins read
Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tampaknya memiliki minat baca yang sangat rendah. Tidak mengherankan jika banyak orang terpengaruh oleh banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *