Penyebab Masyarakat Barat Menentang Agama
Friedrich Nietzsche – Terdapat tiga sebab tentang apa yang telah menjadikan masyarakat di Barat menentang agama. Pertama, karena sebuah tekanan mental atas sejarah khususnya dengan agama Kristen selaku agama mayoritas di abad pertengahan.
Kedua, masalah Bible. Ketiga adalah masalah ketuhanan agama Kristen. Kesemuanya ini memiliki keterkaitan yang melahirkan sikap depresi pada agama.
Jika dipikir melalui logika, maka ketika diri ini menerima sinyal trauma, otomatis cara pandang kita terhadap penyebab trauma itu menjadi berbeda. Apabila kita mempertanyakan persoalan seputar agama kepada kaum traumatis, maka mereka akan menjawabnya sesuai apa yang ada dalam benaknya.
Di antaranya adalah asal-usul Kristen paket komplit sesuai dengan perspektif formalitas. Yang mengungkap sejarah kelam penuh tindakan kekerasan oleh para ilmuwan dan psikolog Barat.
Konsep Kematian Tuhan Menurut Friedrich Nietzsche
Selanjutnya akan dipaparkan sedikit analisis tentang konsep Kematian Tuhan yang dapat ditemukan dalam sebuah gagasan seorang filsuf yang bernama Friedrich Nietzsche.
Filsuf yang telah memberikan pengaruh besar dalam perkembangan dunia filsafat. Nietzsche dianggap penting bagi sebagian orang yang mengenalnya dikarenakan pada saat itu hanya dialah yang mengenali apa arti modern.
Beliau berpandangan bahwa nilai-nilai yang selama ini dipercayai oleh penganut agama Kristen akan berakhir setelah 2000 tahun lamanya.
Dengan pandangan ini, maka kita juga dapat mengetahui bahwa ketika nilai-nilai kepercayaan itu hilang, maka seluruh realitas kehidupan tidak akan bermakna lagi.
Berawal dari sebuah kekeliruan memahami Tuhan, Friedrich Nietzsche telah menyusun kesan moral dan filsafat ateis yang bertumpukan pada filsafat Kristen.
Dirinya dianggap sebagai filsuf yang sangat menginspirasi bagi gerakan paham post-modernisme. Sumbangan pemikirannya lahir dari hasil kritikannya terhadap agama kristiani.
Dia memandang bahwa dalam ajaran agama Kristen ini banyak menimbulkan keresahan dan menimbulkan kebencian pada dirinya sendiri. Filsafatnya tentang konsep kematian Tuhan ini adalah hasil telaahnya terhadap agama Kristen yangmana telah menanamkan moral budak kepada seluruh pengikutnya.
Friedrich Nietzsche: God is Dead
Nietzsche berhasil mengungkapkan aturan “keshahihan” melalui pepatahnya yaitu “God is dead”. Ia memberikan sumbangan pemikirannya yang datang dari pendapat anti-Tuhan dan sebuah perseteruan terhadap paham absolut yang mendapatkan pemikiran tentang kebenaran kenyataan. Kebencian ini terus berlanjut yang mana itu semakin membuat Nietzsche melakukan penolakan terhadap semua agama yang bersifat adikodrati dan berkeimanan.
Kemudian, ia mendapatkan pandangan yang natural dalam lingkup sintesis “The will to power” dan “The Eternal Recurrence”. Kedua pandangan ini melahirkan sebuah ajaran mengenai “superman” dan nihilisme yang berawal dari “Matinya Tuhan”.
Menurut Nietzsche, berhenti berharap pada Tuhan akan memberikan jalan kesempatan bagi manusia untuk tetap produktif, kreatif, dan berkembang sebaik-baiknya.
Dengan begitu Tuhan tidak akan sewenang-wenang lagi atas perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya sehingga dikemudian hari manusia bisa mengubah pandangannya kepada ranah transendental dan mulai mengakui taraf dunia.
Pada pemikirannya, ini adalah sebuah kemerdekaan untuk menjelma sesuatu yang aktual, yang kreatif, tidak ada unsur paksaan dalam menerima masalah di masa lampau.
Friedrich Nietzsche Membunuh Tuhan
Untuk itulah kemudian melalui konsep kematian Tuhan ini, ia menyerukan tentang pembunuhan Tuhan. Di sini ia melakukannya untuk membantu manusia agar tidak terjerat dalam moral perbudakan untuk menuju kemerdekaan kehidupan. Telah jelas kiranya apabila disebutkan tentang pembunuhan Tuhan, hal ini berarti Nietzsche memang tidak mengindahkan Tuhan, atau tidak percaya akan adanya Tuhan yang bersifat metafisik.
Pandangannya ini berasal dari kekliruannya dalam memaknai dan memahami Tuhan. Ia menganggap bahwa Tuhan adalah hasil pemikiran buatan manusia yang takut akan ketidaksatuan dirinya dalam proses pembentukan diri.
Sehingga, dari sinilah ia membuat kesimpulan sendiri tentang agama yang merupakan sesuatu yang akan menjadikan manusia semakin menuju keterbelakangan perkembangan atau sesuatu yang dapat menjadikan manusia semakin kearah kebodohan.
Hal yang dikhawatirkan dari pembunuhan Tuhan ini adalah bagaimana jika nanti ketika nilai-nilai luhur hilang, nilai yang sebelumnya telah dijadikan pijakan kehidupan oleh manusia dimusnahkan, mungkin saja kehidupan manusia ini akan jauh untuk menjumpai kebermaknaan.
Nihilisme, Relativisme, dan Skeptisme
Melalui konsep kematian Tuhan ini ternyata lahirlah paham-paham baru yang di antaranya ada nihilisme, relativisme dan skeptisime.
Nilihisme adalah sebuah renungan terkait krisis kebudayaan terutama budaya Eropa. Jadi dapat disimpulkan bahwa nihilisme merupakan semacam wawasan terkait apa yang akan terjadi di zaman yang akan datang. Untuk itulah melalui nihilisme ini Nietzsche ingin melahirkan sosok manusia yang sempurna.
Selanjutnya tentang relativisme. Pada paham ini agama dianggap sudah tidak memiliki kuasa terhadap kebenaran yang otoriter dan hanya bisa dipahami melalui pemikiran relatif manusia.
Paham ini hadir atas usaha penggusuran nilai yang absolut. Ini dilakukan dengan mengurangi nilai mutlak sebagaimana yang kerap kali dijunjung tinggi oleh agama dan masyarakat.
Terakhir mengenai paham skeptisme. Ialah paham yang mengharuskan keberadaan keragu-raguan disegala sesuatunya. Bagi paham skeptisisme, sikap puas terhadap kebenaran yang belum diungkap melalui keragu-raguan itu agaknya kurang menemui kevalidan.
Hal ini sesuai dengan konsep pemikiran paham ini yaitu bahwa dalam mengerti segala sesuatu secara otoriter adalah suatu keniscayaan.
Editor: Yahya FR