Oleh: KH. Ahmad Azhar Basyir, M.A.
Berbicara tentang harta benda, menarik kita untuk berbicara tentang hubungan harta benda dengan pemiliknya menurut ajaran Islam. Hal ini merupakan landasan untuk mengetahui fungsi harta benda itu sendiri.
Agama Fitrah
Islam adalah agama fitrah. Agama yang benar-benar sejalan dengan sifat pembawaan manusia. Pada diri manusia terdapat sifat-sifat pembawaan yang amat kompleks. Sering sifat-sifat itu bila dihadapkan satu sama lain tampak saling bertentangan. Misalnya, manusia amat sayang kepada diri sendiri yang seringkali amat menonjol. Hingga ia menjadi orang yang dalam hidupnya mementingkan diri sendiri. Tidak memperdulikan keadaan orang lain.
Dalam waktu sama, manusia juga mempunyai pembawaan sayang kepada orang lain yang sering kali amat menonjol pula. Hingga mengakibatkan seseorang tidak mementingkan diri sendiri. Ia mengorbankannya untuk kepentingan orang lain.
Dalam dunia ekonomi, kita melihat dua sistem yang mencerminkan penonjolan dua macam sifat pembawaan itu, yang satu lebih menonjol dari yang lain. Dalam sistem kapitalisme, sifat sayang kepada diri sendiri lebih menonjol daripada sifat sayang kepada orang lain. Sedangkan dalam sistem sosialisme, sifat sayang kepada orang lain lebih ditonjolkan daripada sifat sayang kepada diri sendiri.
Sebagai agama fitrah, Islam tidak mengabaikan dua macam sifat yang mungkin saling mendesak satu sama lain itu. Dua macam sifat itu diperhatikan secara seimbang. Kesayangan kepada diri sendiri diberi tempat yang wajar. Demikian pula kesayangan kepada orang lain pun diberi tempat yang wajar. Yang satu tidak lebih menonjol dari yang lain. Ajaran Islam memberikan bimbingan ke arah keseimbangan sifat-sifat pembawaan manusia.
Keseimbangan
Apabila dalam sistem kapitalisme orang mempunyai hak mutlak terhadap miliknya, maka dalam sistem sosialisme orang hanya yang dibenarkan mempunyai hak atas penghasilan yang diperoleh dari kerjanya sendiri. Dalam sistem sosialisme, orang boleh menyimpan dari penghasilannya yang amat terbatas atau yang benar-benar menjadi keperluan primer dalam hidupnya.
Ajaran Islam mengakui, menghormati, dan melindungi hak milik perorangan, tetapi membebani kewajiban-kewajiban terhadap hak miliknya itu untuk kepentingan orang lain. Apabila kewajiban-kewajiban itu diabaikan, penguasa berhak memaksa agar kewajiban-kewajiban itu dipenuhi dengan sebaik-baiknya.
Pada suatu ketika, Khalifah Abu Bakar pernah memerangi orang-orang yang menolak menunaikan kewajiban zakat hartanya. Karena mereka beranggapan bahwa zakat itu merupakan upeti yang dipersembahkan kepada Rasulullah SAW yang sepeninggal beliau tidak perlu lagi ditunaikan.
Sumber: artikel “Fungsi Harta Benda dan Wakaf Menurut Islam” karya Ahmad Azhar Basyir (Almanak Muhammadiyah 1394 H/1974 M, hal. 77-78). Pemuatan kembali di www.ibtimes.id dengan perubahan judul dan proses penyuntingan.
Editor: Arif