Definisi Gerhana
Gerhana ialah peristiwa yang terjadi akibat terhalangnya cahaya dari sebuah sumber oleh benda lain (Azhari, 2008). Menurut Butar-butar (2018), gerhana adalah fenomena astronomi yang terjadi ketika sebuah benda langit menutupi benda langit lainnya.
Ada dua gerhana yang terkait dengan ibadah mahdlah dalam Islam, yakni gerhana Bulan dan gerhana Matahari. Gerhana Bulan terjadi manakala sebagian atau seluruh penampang Bulan tertutup oleh bayangan Bumi, sedangkan gerhana Matahari terjadi manakala sebagian atau seluruh cahaya Matahari yang seharusnya sampai ke Bumi terhalang oleh Bulan.
Terjadinya gerhana Bulan dan Matahari dikarenakan oleh revolusi Bulan terhadap Bumi maupun revolusi Bumi terhadap Matahari (Butar-butar, 2018). Revolusi keduanya pada waktu tertentu berakibat pada terhalangnya cahaya Matahari oleh Bulan. Pada waktu tertentu pula, kedua revolusi tersebut berakibat pada tidak adanya cahaya Bulan yang sampai ke Bumi.
Gerhana dalam Al-Qur’an
Wawasan gerhana dapat kita jumpai dalam Al-Qur’an. Beberapa surat dalam al-Qur’an yang memuat wawasan gerhana ialah al-Qashash (28): 81-82, al-‘Ankabut (29): 40, Saba’ (34): 09, al-Mulk (67): 16, al-Qiyamah (75): 7-9, al-Syu’ara (26): 187, al-Thur (52): 44, dan al-Rum (30): 48 (Butar-butar, 2018).
Dari ayat-ayat Al-Qur’an di atas, fenomena gerhana diungkapkan dengan 2 istilah, yakni Khusuf dan Kusuf . Ungkapan fenomena gerhana dengan istilah Khusuf terdapat dalam al-Qashash (28): 81-82, al-‘Ankabut (29): 40, Saba’ (34): 09, al-Mulk (67): 16, al-Qiyamah (75): 7-9. Adapun ungkapan fenomena gerhana dengan istilah Kusuf tertulis dalam al-Syu’ara (26): 187, al-Thur (52): 44, dan al-Rum (30): 48 (Butar-butar, 2018).
Makna Dasar Khusuf dan Kusuf
Khusuf merupakan ism al-mashdar kedua dari kata kerja khasafa-yakhsifu yang berarti lenyap, hilang, tenggelam (Yunus, 1973). Menurut Munawwir (1997), kata Khusuf adalah ism al-mashdar kedua dari kata kerja khasafa-yakhsifu yang berarti tenggelam. Dengan demikian, makna dasar dari Khusuf adalah tenggelam.
Kusuf merupakan ism al-mashdar kedua dari kata kerja kasafa-yaksifu yang berarti menutupi (Yunus, 1973). Menurut Munawwir (1997), kata Kusuf adalah ism al-mashdar kedua dari kata kerja kasafa-yaksifu yang berarti menutupi, menyembunyikan, dan menjadikan gelap. Dengan demikian, makna dasar dari Kusuf adalah menutupi.
Makna Relasional Khusuf dalam Q.S. al-Qiyamah: 7-9
Ungkapan “wa khasafa al-qamar” dimaknai oleh al-Baghawi secara relasional/kontekstual sebagai gelap dan hilangnya cahaya Bulan. Walaupun menurut Ibnu Katsir, konteks umum ayat tersebut adalah fenomena yang terjadi pada hari kiamat. Namun demikian, al-Qurthubi memberikan isyarat bahwa selain terjadi di akhirat, khasafa al-qamar (gerhana Bulan) dapat terjadi pula di dunia. Penjelasan tersebut sebagaimana dikutip oleh Butar-butar (2018).
Gerhana dalam al-Sunnah
Hadis-hadis tentang gerhana jumlahnya tidak sedikit di mana keseluruhannya dilatarbelakangi oleh wafatnya Ibrahim putra Rasulullah Muhammad Saw. Berikut salah satu hadisnya.
“Nabi Saw bersabda: Sesungguhnya Matahari dan Bulan merupakan dua tanda kekuasaan Allah. Keduanya (Matahari dan Bulan) tidak tenggelam karena kematian seseorang dan tidak pula karena hidupnya”. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Muttafaq ‘alaihi atau Bukhari dan Muslim.
Hadis di atas beserta hadis-hadis lainnya memberikan informasi kepada kita bahwa gerhana adalah fenomena alam. Sebagaimana telah diyakini oleh Ummat Islam bahwa semua fenomena alam adalah tanda kekuasaan Allah. Dengan demikian, gerhana merupakan fenomena sains sebagai tanda kebesaran-Nya.
Hadis-hadis tentang gerhana memberikan banyak pelajaran kepada Ummat Islam (Butar-butar, 2018).P elajaran-pelajaran tersebut sebagai berikut.
1. Peristiwa gerhana tidak ada kaitannya dengan kelahiran atau kematian seseorang.
2. Ummat Islam hendaknya senantiasa mengingat Allah kapan pun dan di mana pun.
3. Saat terjadi gerhana, Ummat Islam dianjurkan untuk melakukan shalat sunnah gerhana.
Gerhana Menurut Astronomi
Gerhana Bulan Menurut Astronomi
Gerhana Bulan terjadi manakala Matahari, Bumi, dan Bulan berada pada suatu garis lurus (Anugraha, 2012). Sebagaimana telah kita pahami bahwa Bulan tidak memancarkan cahaya dari dirinya sendiri. Bulan hanya memantulkan cahaya yang diterimanya dari Matahari.
Manakala Bumi terletak di antara Bulan dan Matahari, maka tidak ada cahaya Matahari yang diterima oleh Bulan. Karena tidak ada cahaya yang mengenai dirinya, maka pantulan cahaya dari Bulan akan tidak ada pula. Peristiwa inilah yang dikenal dalam dunia Astronomi sebagai gerhana Bulan.
Menurut Anugraha (2012), gerhana Bulan terjadi saat fase Bulan purnama, namun tidak setiap Bulan purnama akan terjadi gerhana Bulan. Hal ini dikarenakan bidang orbit Bulan mengitari Bumi tidak sejajar dengan bidang orbit Bumi mengitari Matahari (bidang ekliptika), tetapi miring dengan sudut kemiringan sebesar 5 derajat. Seandainya bidang orbit Bulan mengelilingi Matahari tepat pada bidang ekliptika, maka setiap Bulan Purnama akan terjadi gerhana Bulan.
Gerhana Matahari Menurut Astronomi
Gerhana Matahari terjadi manakala Bulan berada di antara Matahari dan Bumi (Butar-butar, 2018). Posisi Bulan ini akan menghalangi cahaya Matahari untuk sampai ke Bumi. Walaupun ukuran Bulan lebih kecil daripada Bumi, Bulan mampu menghalangi sampainya cahaya Matahari ke Bumi secara total. Hal itu dikarenakan jarak Bulan ke Bumi jauh lebih pendek daripada jarak Bulan ke Matahari.
Menurut Anugraha (2012), gerhana Matahari terjadi saat fase Bulan baru, namun tidak setiap Bulan baru akan terjadi gerhana Matahari. Hal ini dikarenakan bidang orbit Bulan mengitari Bumi tidak sejajar dengan bidang orbit Bumi mengitari Matahari (bidang ekliptika), tetapi miring dengan sudut kemiringan sebesar 5 derajat. Seandainya bidang orbit Bulan mengelilingi Matahari tepat pada bidang ekliptika, maka setiap Bulan baru akan terjadi gerhana Matahari.
Dalam Astronomi, studi terhadap Matahari lebih menarik daripada studi terhadap Bulan. Hal tersebut dikarenakan Matahari sangat berpengaruh terhadap kehidupan di Bumi.
Studi Astronomi tentang gerhana Matahari mengklasifikasi gerhana Matahari menjadi 4, yakni gerhana Matahari total, gerhana Matahari sebagian, gerhana Matahari cincin, dan gerhana Matahari hibrida (Butar-butar, 2018). Keempat jenis gerhana Matahari tersebut diterangkan sebagai berikut.
Gerhana Matahari total terjadi manakala piringan Bulan menutupi seluruh piringan Matahari. Dengan tertutupnya piringan Matahari secara total oleh piringan Bumi, maka tidak ada sama sekali cahaya Matahari yang sampai ke Bumi. Dengan kata lain, saat gerhana Matahari total, Bumi akan gelap seperti gelapnya malam hari.
Gerhana Matahari sebagian terjadi manakala piringan Bulan menutupi sebagian piringan Matahari. Dengan tertutupnya sebagian piringan Matahari, maka sebagian cahaya Matahari tidak sampai ke Bumi. Oleh karenanya, pada gerhana Matahari sebagian, Bumi akan mengalami gelap namun tidak seperti gelapnya malam.
Gerhana Matahari cincin sebenarnya merupakan bagian dari gerhana Matahari sebagian. Penanaman “cincin” karena cahaya Matahari yang masih sampai ke Bumi membentuk formasi cincin. Gerhana Matahari cincin ini merupakan fenomena alam yang indah, oleh karenanya banyak orang ingin mengabadikannya baik dalam bentuk foto maupun video.
Gerhana Matahari hibrida adalah pergeseran gerhana Matahari antara gerhana Matahari total dan gerhana Matahari cincin (Butar-butar, 2018). Gerhana Matahari hibrida ini merupakan gerhana Matahari yang jarang terjadi.
Wa Allah a’lamu bi al-shawab.
Semoga bermanfaat.