Pak Syaiin adalah seorang sarjana Matematika. Tinggal di Malang, sejak mahasiswa terlibat sebagai aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Sebelum lulus kuliah, ia telah mengajar di salah satu MTs swasta. Menjadi guru biasa dan beberapa tahun kemudian dipercaya sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.
Pengabdian Pak Syaiin di MTs tidak begitu lama, kurang lebih empat tahun. Pada 2016 ia diminta untuk menggagas sebuah Sekolah Dasar yang dulu sempat tutup. Sekolah Dasar itu kini diberi nama SD Muhammadiyah 3 Assalam Arjosari Malang. Pak Syaiin banyak, dan cepat menyerap hal-hal baru. Beliau adalah guru yang energik, inovatif, kritis, gigih, dan santun. Saya tahu betul bagaimana Pak Syaiin, mengenalnya dari dekat. Sebab, sejak lima tahun terakhir kami intens komunikasi.
Selang beberapa bulan bersama seorang guru perempuan menjadi tim pengembangan dengan arahan pimpinan Muhammadiyah setempat, Pak Syaiin kemudian diangkat menjadi kepala di sekolah yang berakronim SD Mumtas Malang itu. SD Mumtas Malang di bawah kepemimpinannya menunjukan perkembangan yang signifikan. Jumlah siswa meningkat per tahun ajaran baru. Prestasi siswanya di berbagai kompetisi diperhitungkan.
Fasilitas yang memadai dan desain bangunan yang cantik terus dibangun. SD dengan lingkungan ramah anak itu mengagetkan banyak pihak sebab kurang dari empat tahun sudah berstatus akreditasi A. Ini sebuah capaian hebat bagi sekolah yang baru memiliki siswa kelas lima pada paruh akhir 2020. Ini artinya SD Mumtas Malang berhasil membuat lompatan besar, mendapat predikat paling bagus padahal belum punya lulusan. Sebab, biasanya di sekolah lain akreditasi A baru bisa didapatkan ketika sudah memiliki lulusan. Itu pun belum tentu.
Video Youtube untuk PJJ
Suatu ketika saya bertemu Pak Syaiin, kami berdiskusi seputar Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), sebuah kultur pembelajaran baru -yang kita semua tahu- terpaksa diberlakukan secara masal sebab Covid-19. Di kesempatan itu, beliau bercerita tentang dinamika PJJ. Sementara ini mayoritas aktivitas belajar dan pembelajaran dialihkan secara virtual. Setelah menimbang banyak pilihan metode penyampaian, kanal youtube dan siaran di televisi lokal menjadi jalan tengah, dan dipakai hingga hari ini.
Secara sederhana, dengan metode itu para guru harus membalut konten pembelajaran berupa video. Video itu kemudian di-upload ke YouTube dan para siswa menonton konten yang disediakan. Juga dikirim ke stasiun Televisi untuk ditayangkan pada jam-jam tertentu.
Di samping memiliki sejumlah keterbatasan, misalnya minim interaksi timbal-balik dengan siswa secara langsung. Menurut Pak Syaiin, metode itu adalah kesempatan bagi sekolah untuk meng-upgrade kualitas SDM guru dan fasilitas sekolah, menyesuaikan diri dengan perkembangan dunia terbaru. Bahkan kata beliau, inilah the real guru, saatnya untuk melihat otentitas keguruan para pengajar secara langsung.
Alasan Penggunaan YouTube dan TV Sebagai Medium PJJ
Untuk ini beliau memberi beberapa alasan di antaranya;
Pertama, peningkatan proses kreatif guru. Masa pandemi mendorong para guru untuk lebih kreatif dari biasanya. Dalam proses pembelajaran biasa, guru menyiapkan perangkat pembelajaran dengan mengandalkan peralatan yang ada di dalam kelas. Namun, pada PJJ lewat Youtube dan TV, guru dilatih untuk membuat video pembelajaran yang kreatif.
Tentu untuk membuat sebuah video yang menarik dan mudah dipahami penonton, membutuhkan effort yang tinggi. Tahapannya tidak sedikit; mulai dari penentuan tema, mengumpulkan data, taking video, editing, sampai publikasi. Dalam bahasa perfilman, guru di masa pandemi terlatih untuk menjadi sutradara sekaligus actor/actress.
Penguasaan guru terhadap teknologi juga sangat penting. Tidak hanya itu, sesungguhnya kemampuan berlaga di depan kamera bukan hal yang gampang. Oleh karena itu, guru perlu belajar ilmu acting. Di Youtube, Jelas berbeda dengan bagaimana menyampaikan materi pembelajaran di ruang kelas dan bertatap muka langsung dengan murid. Konsekuensinya, Jika video tidak menarik, maka siswa pun sulit untuk memahami isi materi yang disampaikan.
Kedua, kemampuan guru diuji secara luas oleh publik. Untuk ini Pak Syaiin menutur, pada pembelajaran di dalam kelas, guru hanya bisa dinilai secara langsung oleh siswa. Penilaian salah atau benar materi yang disampaikan hanya bisa dilihat oleh siswa. Bisa saja ada banyak bias pembelajaran yang tidak diketahui oleh kepala sekolah, guru lain, juga orang tua siswa.
Namun, dalam pembelajaran daring menggunakan Youtube dan TV, guru tidak bisa asal-asalan. Penyampaiannya akan dinilai secara tidak terbatas oleh banyak pasang mata. Orang yang paham fashion akan mengkritik masalah penampilan. Pakar bahasa akan menilai penggunaan bahasa dan artikulasi yang dipakai. Film maker akan menilai kualitas video yang ditayangkan. Penguasaan guru terhadap materi yang disampaikan menjadi hal mutlak. Dan masih banyak lagi.
***
Terakhir, sekolah didorong untuk beradaptasi dengan perangkat teknologi. Ia melanjutkan, pada kondisi biasa, sekolah yang menyiapkan perangkat teknologi sinematografi atau minimal videografi, biasa kita jumpai di lab sekolah kejuruan multimedia. Namun dengan keadaan sekarang, banyak sekolah termasuk SD Mumtas Malang, turut melengkapi fasilitas itu.
Tentu tidak semua sekolah, hanya sekolah yang mau beradaptasi dan mampu survive secara inovatif dengan PJJ melalui Youtube dan TV saja. Anggaran yang dialokasikan untuk fasilitas pembelajaran daring itu tidak sedikit. Pilihannya jika sekolah tidak membangun fasilitas itu secara mandiri, maka akan bekerjasama dengan perusahaan teknologi digital yang bergerak di wilayah itu. Namun biasanya, sekolah-sekolah membuat studio sendiri.
Saya pikir, pemerintah perlu membatu memfasilitasi kebutuhan sekolah tersebut, minimal kamera, lighting, juga pelatihan pembuatan video pembelajaran. Untuk mencerdaskan anak bangsa, betul bahwa guru-guru SD Mumtas Malang cukup maksimal. Beberapa video pembelajarannya bisa diakses dengan cara klik di sini.
Editor: Yahya FR