Perspektif

Gus Ulil: Agar Kita tidak Terjerat Tipuan Dunia

4 Mins read

Pada hakikatnya, dunia ibaratkan orang yang bermimpi kaya raya. Padahal itu hanyalah sebatas fatamorgana, ataupun mimpi buruk yang berada dalam kesedihan. Lalu ketika bangun dari tidurnya, ia tidak merasakan apa-apa. Baik itu mimpi indah atau mimpi buruk, maka sifatnya hanyalah sementara saja (khayalan). Sederhananya, orang yang hidup di dunia adalah orang yang sedang bermimpi dan ketika sudah meninggal barulah terbangun dari mimpinya.

Kita tahu, bahwa wataknya dunia adalah selalu berhalus-halus dalam mengumbar hal-hal yang kita inginkan. Ia seperti orang tua yang memanjakan anaknya tanpa kontrol. Ia juga seperti perempuan yang berhias untuk ditampilkan kepada orang-orang yang ingin melamar perempuan. Ketika sudah dinikahi perempuan itu, maka si perempuan akan menyembelihnya (baik di awal dan petaka di akhir).

Kisah Nabi Isa As dan Wujud Dunia

Diriwayatkan bahwa kepada Nabi Isa As. “telah disingkapkan wujud asli dunia. Maka terlihatlah wujud dunia yang seperti sosok wanita tua renta, ompong giginya dan dirinya dihiasi berbagai hiasan indah. Lalu Nabi Isa As. Bertanya kepada wanita tua renta tersebut “wahai engkau, sudah berapa banyak lelaki yang menikahimu?” menjawab perempuan “sudah tidak terhitung” Nabi Isa As. Bertanya lagi “berapa banyak yang meninggalkanmu karena cerai atau karena mati?” dan dijawab “sebaliknya, semua lelaki tersebut telah aku bunuh.”

“Lalu Nabi Isa As. Berkata: “sungguh sengsara suami-suami engkau yang sekarang karena mereka tidak mengambil nasihat/contoh dari suami-suami kamu yang sudah mati karena telah tertipu. Kamu (dunia) sudah membunuh semua yang jatuh ke dalam perangkapmu. Bagaimana bisa tiada ada yang berhati-hati terhadap perangkapmu itu?”

Intinya adalah dunia penuh dengan tipuan. Ia seperti sosok perempuan atau wanita yang bersolek untuk memikat orang lain agar mau mengejarnya. Ia akan selamanya menggoda siapapun untuk menggapai cita-citanya, yaitu membunuhnya.

***

Kata Gus Ulil, ini persis dengan kasus-kasus yang sekarang viral, yaitu masih banyaknya orang-orang yang tertipu dengan investasi bodong (termasuk judi online). Alih-alih jera karena sudah banyak yang dipenjara, bukan tambah kapok, justru mereka semakin gencar berlomba-lomba menghidupinya. Kenapa mereka tidak mengambil pelajaran dari kekeliruan para pemain yang sudah rugi.

Baca Juga  Doa Melihat Ka'bah Saat Haji dan Umrah

Pertanyaannya adalah, apakah orang beriman tidak boleh hidup sejahtera? Jawabannya adalah harus hidup sejahtera. Bahkan Islam mengharuskan sejahtera. Akan tetapi, kesejahteraan disini bukanlah tujuan dan sasaran utama, melainkan hanyalah sebatas sarana. Jelasnya, dalam urusan duniawi, umat Islam tidak boleh tertipu oleh kemegahannya.

Zaman sekarang, ada banyak orang beriman yang lalai mengingat Tuhannya karena perkara dan urusan duniawi semata (seperti kisah Qarun). Hal seperti inilah yang dilarang. Poinnya, silahkan mengejar perihal duniawi tetapi perlu diingat itu hanyalah wasilah untuk sampai akhirat.

Di sinilah sebenarnya kehebatan Al-Ghazali, karena bagaimana pun tasawuf Al-Ghazali sangat moderat. Salah satu buktinya, ia berhasil mendudukkan persoalan duniawi secara proporsional. Di satu sisi, ia sangat apresiatif terhadap dunia, namun di sisi yang lain justru ia mengkritik dunia secara habis-habisan.

Tak berhenti disitu, Al-Ghazali mengatakan, bahwa sesungguhnya dunia dihiasi sampul luarnya saja karena bagian dalamnya buruk. Wujudnya diibaratkan seperti perempuan tua renta yang berhias untuk menipu orang-orang dengan penampilan lahirnya.

Karena itu, ketika orang-orang melihat bagian dalam dunia atau tersingkap penutup dari wajahnya dunia, maka akan terlihatlah dengan terang benderang kepada orang-orang mengenai kejelekan duniawi. Dan, menyesal para orang-orang yang telah mengikuti perempuan renta.

Riwayat Para Sufi Perihal Dunia

Berkata Ala bin Dziat (seorang sufi masa awal Islam), “Ketika tidur aku melihat seorang wanita sangat sepuh yang keriput kulitnya, namun pada dirinya ada semua perhiasan dunia. Kemudian terlihat orang-orang bersujud kepada wanita sepuh ini, dan aku terheran-heran melihat orang-orang itu. Lalu aku berkata kepada wanita sepuh itu “Celakalah kamu”. Dan wanita itu bertanya “Apakah kamu tidak tahu siapa aku?” Ala menjawab “Aku tidak tahu.” Lalu dijelaskan “Aku adalah wujud dari dunia ini.” Kemudian Ala berkata: “Aku berlindung kepada Allah Swt.” Wanita itu berkata lagi “Kalau kamu mau selamat dari aku (dunia), maka janganlah kamu terpikat kepada dirham (jangan cinta uang).”

Baca Juga  Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

Berkata Abu Bakar bin Ayyash (adalah seorang sufi, ulama qari’ yang hidupnya tidak lepas dari al-Qur’an dan periwayat dalam qira’ah sab’ah), “Aku melihat dunia dalam tidurku menyerupai perempuan tua renta yang jelek rupanya, beruban, berjoget seraya menepuk kedua tangannya, sementara dibelakang perempuan ada orang-orang yang mengikutinya seraya menari-nari. Andaikan perempuan itu ada dihadapanku (Abu Bakar bin Ayyash), maka menghadaplah perempuan kepadaku. Kemudian si perempuan itu berkata: “Jika berhasil dan menguasai aku kepadamu, maka kamu pasti akan seperti mereka orang yang berjoget-joget. Lalu menangislah Abu Bakar bin Ayyash dan berkata: “Sebelum sampai kota Baghdad aku bermimpi dunia yang menyerupai perempuan tua renta.”

Berkata Al-Fudail bin Iyadh (ahli ibadah yang banyak menghabiskan waktunya di Mekah dan Madinah. Salah satu kelebihannya yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya adalah dimunculkan banyak hikmah melalui lisannya) mengutip pernyataan sahabat Ibnu Abbas, berkata Ibnu Abbas: “Di hari kiamat dunia akan didatangkan dalam bentuk rupa perempuan tua renta yang beruban, abu-abu, dan giginya kelihatan karena bibirnya sudah keriput dan tidak bisa mengatup lagi. Bentuk badannya sangat jelek sekali. Lalu mendekatlah wanita tua ini kepada manusia-manusia yang hadir dan dikatakan kepada manusia tersebut.”

Kemudian dikatakan, lanjut Fudail bin Iyadh, “apakah kalian tahu siapa wanita tua ini?” lalu menjawab orang-orang “Aku berlindung kepada Allah Swt. Dan aku tidak mau kenal wanita ini” lalu dikatakan “ketahuilah bahwa inilah wujud dunia yang saling menyembelih, memutus kekerabatan, saling hasud, membenci dan tertipu kalian karena dunia.” Kemudian dilemparkan dunia ini ke dalam neraka jahannam. Lalu dunia berseru “wahai Tuhanku, mana mereka yang ketika di dunia mengejarku, mengumpulkanku.” Dan diperintahkan kepada malaikat “wahai malaikat, lemparkan semua pengejar dan pengikut dunia ke neraka bersama dunia.”

Baca Juga  Profil Ibnu Rusyd: Utamakan Nalar atas Perasaan

Riwayat lain dari Fudail bin Iyadh, “Telah sampai kepadaku suatu kisah bahwa ada seseorang laki-laki yang dinaikkan ruhnya ke langit, kemudian ruh ini melihat pemandangan ghaib yaitu melihat seorang wanita yang duduk di pinggir jalan. Pada diri wanita itu terdapat perhiasan-perhiasan dan pakaian yang indah. Kemudian tiada ada orang yang lewat di depan wanita ini yang tidak dilukai oleh si wanita.”

“Dan pemandangan terbaik yang dilihat olehnya adalah ketika wanita ini pergi dari pinggir jalan karena tidak ada terluka, dan pemandangan terburuk adalah ketika wanita ini datang dan duduk dipinggir jalan karena si wanita melukai orang yang lewat. Wujud wanita ini adalah wanita tua yang sudah abu-abu rambutnya. Kemudian ruh lelaki itu berkata “aku berlindung kepada Allah Swt.” Dan dijawab oleh wanita tua itu “tidak, kamu tidak akan lolos dariku kecuali kamu membenci dunia.” Kemudian ruh lelaki itu bertanya “siapakah kamu sesungguhnya?” dan dijawab oleh wanita tua itu “aku adalah dunia.”

Demikianlah dunia dalam gambaran para sufi-sufi yang bertujuan agar umat Islam tidak menjadikan suatu kekayaan sebagai tujuan utama dalam hidup. Dunia diperlukan hanya sebatas wasilah untuk mencapai akhirat.

Dan, sejauh-jauhnya dunia dicari, banyaknya kekayaan yang kita miliki, semua kedudukannya hanyalah sarana untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. Sebaliknya, jika dicari bukan untuk karena kebaikan, maka ia akan seperti perempuan tua rentah yang menipu (QS. Al-Hadid [57]: 20). Wallahu a’lam bisshawab.

Editor: Rivan

Salman Akif Faylasuf
51 posts

About author
Santri/Mahasiswa Fakultas Hukum Islam, Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo
Articles
Related posts
Perspektif

Buat Akademisi, Stop Nyinyir Terhadap Artis!

3 Mins read
Sebagai seorang akademisi, saya cukup miris, heran, dan sekaligus terusik dengan sebagian rekan akademisi lain yang memandang rendah profesi artis. Ungkapan-ungkapan sinis…
Perspektif

Begini Kira-Kira Jika Buya Hamka Berbicara tentang Bola

3 Mins read
Kita harus menang! Tetapi di manakah letak kemenangan itu? Yaitu di balik perjuangan dan kepayahan. Di balik keringat, darah, dan air mata….
Perspektif

Serangan Iran ke Israel Bisa Menghapus Sentimen Sunni-Syiah

4 Mins read
Jelang penghujung tahun 2022 lalu, media dihebohkan dengan kasus kematian Mahsa Amini, gadis belia 22 tahun di Iran. Pro-Kontra muncul terkait aturan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *