Report

Haji Lagi “Sunah”, Dahulukan Orang Belum Haji “Wajib”

2 Mins read

IBTimes.ID – Haji yang wajib dilaksanakan oleh Muslim yang mampu untuk melaksanakannya adalah satu kali saja seumur hidup, sementara haji kedua kali dan seterusnya adalah sunat. Hal ini ditegaskan dalam hadis-hadis Nabi Saw,

Dari Ibn ‘Abbas diriwayatkan bahwa al-Aqra’ Ibn Habis bertanya kepada Nabi saw di mana ia berkata: Wahai Rasulullah (apakah) haji itu setiap tahun ataukah satu kali, (Rasulullah Saw) menjawab: Hanya satu kali saja. Barangsiapa yang menambah, maka itu tatawuk (sunat) (H.R. Abū Dawūd).

Dari Abū Hurairah diriwayatkan ia berkata: Rasulullah Saw berkhutbah di hadapan jamaahnya di mana beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah mewajibkan kepada kalian untuk melakukan haji.” Lalu ada seorang laki-laki bertanya: Apakah setiap tahun? Lalu beliau diam hingga orang tersebut mengulangi pertanyaannya tiga kali. Lalu beliau bersabda: “Jika saya katakan “ya”, niscaya akan menjadi wajib, dan jika telah wajib maka kalian tidak mampu melakukannya. Biarkan saya, tidaklah saya meninggalkan kalian, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena banyak bertanya, dan sering menyelisihi para nabi. Maka apabila saya perintahkan sesuatu kepada kalian, lakukanlah sesuai dengan kemampuan kalian, dan jika saya melarang kalian dari sesuatu maka jauhilah” (H.R. an-Nasa’i).

Tiga Problem Haji Berkali-kali

Penunaian ibadah haji untuk kali kedua dan seterusnya, yang dalam hadis di atas dinyatakan sunat, pada masa kini di Indonesia menimbulkan beberapa problem, yaitu:

Pertama, terbatasnya kuota dan peluang untuk naik haji dibandingkan dengan peminat yang berkeinginan untuk melakukannya yang pada saat ini tercermin dalam panjangnya masa tunggu untuk mendapatkan giliran pemberangkatan ke Tanah Suci di mana masa tunggu terpanjang itu bagi daerah tertentu telah mencapai lebih dua puluh tahun.

Baca Juga  Islam Kaffah adalah Beragama Secara Terbuka

Kedua, orang yang sudah pernah menunaikan ibadah haji yang mendaftar kembali untuk naik haji kedua kali atau ketiga kali dan seterusnya berarti menutup peluang orang yang belum pernah berkesempatan untuk menunaikannya pada hal dia sudah wajib melaksanakannya. Ini bertentangan dengan asas prioritas mendahulukan yang wajib atas yang sunat, artinya mendahulukan orang yang sudah wajib tetapi belum berkesempatan untuk melaksanakannya atas orang yang sudah menunaikannya.

Ketiga, pada sisi lain tingkat kemiskinan dalam masyarakat masih tinggi, yaitu pada tahun 2013 berjumlah 28,60 juta orang (10,68 juta orang di perkotaan, 17,92 juta orang di pedesaan), yakni 11,46 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Sesuai dengan semangat al-Ma‘ūn dalam surat al-Ma‘ūn, orang wajib melakukan penyantunan terhadap kaum duafa sebagai bagian dari ajaran kesalehan sosial yang sangat ditekankan dalam agama Islam di mana ibadah ritual akan kehilangan makna spiritual dan religiusitasnya apabila tidak diwujudkan secara konkret dalam komitmen yang otentik untuk melakukan perkhidmatan sosial, seperti ditegaskan dalam surat tersebut.

Atas dasar apa yang dikemukakan di atas wajib hukumnya mendahulukan orang yang sudah wajib menunaikan ibadah haji tetapi belum berkesempatan untuk melakukannya, dan orang yang memiliki kemampuan finansial lebih dan telah menunaikan ibadah haji hendaknya memprioritaskan penerapan ajaran Al-Maun, yakni berkhidmat dalam pemberdayaan kaum dhuafa dan penyantun mereka yang tidak mampu.

Sumber: Tuntunan Manasik Haji (PP Muhammadiyah 2015)

Avatar
1343 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

Savic Ali: Muhammadiyah Lebih Menderita karena Salafi Ketimbang NU

2 Mins read
IBTimes.ID – Memasuki era reformasi, Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Lahirnya ruang keterbukaan yang melebar dan lapangan yang terbuka luas, nampaknya menjadi…
Report

Haedar Nashir: dari Sosiolog Menjadi Begawan Moderasi

2 Mins read
IBTimes.ID – Perjalanannya sebagai seorang mahasiswa S2 dan S3 Sosiologi Universitas Gadjah Mada hingga beliau menulis pidato Guru Besar Sosiologi di Universitas…
Report

Siti Ruhaini Dzuhayatin: Haedar Nashir adalah Sosok yang Moderat

1 Mins read
IBTimes.ID – Siti Ruhaini Dzuhayatin Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyebut, bahwa Haedar Nashir adalah sosok yang moderat. Hal itu terlihat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *