Hal-Hal yang Tidak Berguna – Kemajuan teknologi yang sedang terjadi saat ini ternyata dapat memberikan dampak positif dan dampak negatif. Itu semua tergantung kebijaksanaan setiap di antara kita dalam menyikapi dan mengikuti kemajuan teknologi tersebut.
Apakah kita memilih untuk menjadi bagian yang mendapatkan dampak positif atau lebih memilih menjadi bagian yang mendapatkan dampak negatif dari kemajuan teknologi tersebut? Jawabannya tentu ada pada diri kita masing-masing.
Fenomena yang Terjadi Saat Ini
Saat ini sangatlah mudah menemukan sekelompok orang di sekitar tempat tinggal, baik dari kalangan muda maupun tua yang sibuk dengan hand phone (HP)-nya. Entah itu untuk bermain game –secara individual ataupun kelompok—, bermain tiktok, nonton hiburan di youtube, atau kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan dengan HP masing-masing.
Jika dipikir secara logis, aplikasi-aplikasi tersebut memang menarik dan ada faedahnya. Tetapi sesungguhnya mudaratnya lebih besar dari pada faedahnya ketika tidak bijak dalam penggunannya.
Contohnya, cukup banyak sekarang orang-orang yang menyibukkan dirinya untuk bermain game, tiktok-an, nonton youtube dan yang lainnya di waktu siang dan malam sampai-sampai rela begadang di malam hari, padahal tubuhnya sudah harus diistirahatkan.
Selain itu, mereka juga lupa bahwa ada kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan; salat, belajar, mencari nafkah, membantu orang tua, dan lainnya. Namun, kesibukan bermain semua itu menjadikan diri mereka terlena, terlalaikan, bahkan terlupakan dari kewajibannya tersebut. Ini sangat disayangkan.
Perlu diingat oleh setiap Muslim hari-hari yang telah dan sedang dilalui akan berimplikasi pada hari-hari berikutnya. Jika hari ini melakukan hal-hal baik dan berfaedah, maka akan berimplikasi baik kelak pada kehidupannya di kemudian hari, di dunia dan di akhirat.
Dan sebaliknya, jika hari-harinya diisi dengan hal-hal kurang baik (buruk) dan tidak berfaedah, maka akan berimplikasi buruk pada kehidupan berikutnya.
Apalagi anak-anak muda seharusnya bisa memanfaatkan masa mudanya dengan baik untuk melakukan berbagai macam kegiatan positif untuk mengembangkan potensi atau bakat yang dimiliki.
Perintah Melakukan Kebaikan (Hal-Hal yang Berfaedah)
Di dalam Al-Qur’an, Allah Swt telah memerintahkan kepada para hamba-Nya untuk senantiasa saling berlomba dalam mengerjakan kebaikan (ibadah dan amal saleh).
Kebaikan tersebut tentunya segala kebaikan yang sesuai dengan syari’at Islam. Allah berfirman:
فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِ
Artinya: Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. (QS. al-Baqarah (2): 148)
Di dalam ayat lain, misalnya Al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 7 Allah swt menegaskan bahwa jika seorang hamba melakukan kebaikan (amal saleh), berarti ia telah berbuat baik untuk dirinya sendiri. Dan jika seorang hamba melakukan kejahatan (keburukan), maka kerugiannya kelak akan dirasakan olehnya.
Dua ayat tersebut –QS. al-Baqarah ayat 148 dan al-Isra’ ayat 7— memberikan motivasi pada setiap Muslim untuk banyak melakukan kebaikan, baik yang berfaedah bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Setiap perbuatan baik yang dilakukan, kelak akan mendapatkan balasannya dari Allah swt di dunia dan di akhirat, begitu juga dengan perbuatan buruk.
Muslim yang Baik Pasti Meninggalkan Hal-Hal yang Tidak Berguna
Manusia terbaik, Rasulullah Muhammad Saw pernah bersabda yang berisikan tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan segala hal yang tidak berfaedah baginya. Berikut sabda beliau:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ “
Artinya: Dari Abu Hurairah (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan segala sesuatu yang tidak berguna (bermanfaat) baginya”. (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Hisyam al-Kamil dalam kitabnya al-Anwar al-Muhammadiyah Syarh al-Arba‘in an-Nawawiyyah menjelaskan hadis tersebut adalah nasihat yang disampaikan Rasulullah Saw kepada setiap Muslim agar menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang berfaedah baginya di dunia dan di akhirat. Dan jangan sampai ia disibukkan dengan perkara-perkara yang sia-sia lagi tidak penting. Yaitu, setiap perkara yang ia mengetahui tidak akan memberikan manfaat dan juga dapat memberikan mudarat.
Di dalam hadis tersebut juga, menunjukkan urgensi dalam mengendalikan lisan dari segala ucapan yang tidak berfaedah. Hendaknya seorang Muslim menggunakan lisannya untuk banyak membaca Al-Qur’an, berzikir, melakukan hal-hal dalam bentuk ketaatan dan ibadah, serta tidak mengghibah, mencela, dan mengumbar aib-aib orang lain.
Dengan demikian, hadis tersebut berisi ta’dib (perbaikan adab) dan tahdzib (penjernihan/pendisiplinan) bagi setiap orang dari segala sifat yang rendah (hina) dan tercela.
Seorang tabi’in, al-Hasan al-Bashri pernah menuturkan, “Di antara tanda berpalingnya Allah dari seorang hamba adalah menjadikannya sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna baginya”.
***
Kemudian, Imam asy-Syafi’i memberikan tips terkait dengan tiga hal yang dapat menambah akal (memperkuat ilmu pengetahuan); pertama, bermajelis dengan para ulama; kedua, bermajelis dengan orang-orang saleh; dan ketiga, meninggalkan segala perkataan yang tidak berguna.
Di penghujung syarah hadis tersebut, Hisyam al-Kamil menyampaikan faedah-faedah yang dapat diambil dari hadis tersebut; pertama, meninggalkan segala hal yang tidak berguna termasuk tanda istikamah; kedua, berpaling dari segala sesuatu yang tidak mengandung jalan keselamatan dan kesuksesan (di dunia dan di akhirat); ketiga, hendaknya seorang Muslim menyibukkan dirinya dengan aib-aibnya dan berusaha memperbaikinya; keempat, banyak bicara dapat menggelincirkan seorang Muslim pada pembicaraan yang diharamkan; dan kelima, Seseorang yang sibuk dengan dirinya sendiri (sibuk mengurusi aib-aibnya sendiri), maka ia akan dicintai oleh Allah dan manusia.
Demikianlah seorang Muslim yang baik pasti akan meninggalkan hal-hal yang tidak berfaedah bagi dirinya, dan tentu seorang Muslim yang baik akan banyak melakukan segala hal yang dapat memberikan faedah baginya di dunia dan di akhirat.
Muslim yang baik juga tentu akan berhati-hati dan berpikir dengan matang dalam memilih dan memilah sesuatu, karena jangan sampai hal yang dilakukannya itu dapat mendatangkan mudarat bagi dirinya, terlebih orang lain.
Wallahu A’lam bis Shawwab.
Editor: Yahya FR