IBTimes.ID – Identitas keislaman di Indonesia semakin menguat. Di beberapa titik, umat Islam melakukan gerakan mengaji Alquran di ruang publik. Seiring turunnya angka covid-19, semarak beragama umat Islam semakin ramai.
Melihat fenomena tersebut, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berpesan agar semarak ibadah di ruang publik dibarengi dengan peneguhan substansi paham agama yang hanif. Ia mengutip surat Ar-Rum ayat 30 yang artinya:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam) yang hanif; (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Makna hanif menurut Ibnu Katsir adalah menjauh dari kemusyrikan dan condong kepada iman. Menurut Haedar, agama yang hanif memancarkan khazanah keberagamaan “al-hanafiyat as-samhah” sebagaimana hadis Nabi yang artinya:
“Ditanyakan kepada Rasulullah SAW, “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?” Maka beliau bersabda al-haanifiyyah as-samhah.” (HR. Imam Ahmad dari Ibnu ‘Abbas).
Haedar menyebut bahwa al-hanifiyah as-samhah ialah beragama yang lurus dan mengandung nilai welas asih dan toleran. Kata “sa-ma-ha” berarti memberikan dan membolehkan; sementara kata “sa-mu-ha” artinya murah hati, dan kata “sam-hu” berarti toleransi.
Pasca Idulfitri, ia berpesan agar umat Islam menggelorakan spirit dan praktik beragama yang “hanif” dan memancarkan “al-hanifiyah as-samhah” sejalan dengan prinsip Ajaran Islam. Terutama ajaran Islam yang dipahami dengan pendekatan bayani (tekstual-literal), burhani (rasional, ilmu kontekstual), dan irfani (spiritual-ihsan).
Dengan demikian kesemarakkan berislam menyatu dengan pemahaman dan pengamalan Islam yang mendalam, luas, interkoneksi, dan membumi dengan amal shaleh. Dengan pemahaman yang substantif dan fungsional tersebut maka berislam yang semarak tidak berhenti dalam syiar semata tetapi melahirkan hikmah dan keadaban hidup yang mencerahkan kehidupan diri dan bersama sebagaimana misi utama Islam.
“Kaum muslim penting menghadirkan Islam sebagai agama lurus, hanif yang menjadi ajaran rahmatan lil ‘alamin yang menghadirkan keselamatan, kebahagiaan, dan jalan hidup yang mencerahkan diri, keluarga, dan kehidupan bersama. Berislam selain kokoh dengan prinsip-prinsip sekaligus mengaktualisasikan ajaran itu dalam keberagamaan yang relasional antara habluminallah dan habluminannas yang interkoneksitas dan melintas batas,” ujarnya, Sabtu (7/5/2022).
Menurut Haedar, Islam mengajarkan umatnya untuk ta’aqul (menggunakan akal pikiran), tafakur (berpikir), tadabur (mengkaji secara mendalam), tanadhar (menggunakan nalar eksploratif), dan taghayyar (melakukan perubahan transformasional) menuju ke kehidupan yang terbaik.
Ajaran utama dan pertama Al-Quran ialah “iqra” yang menjadi penanda risalah Islam yang diturunkan kepada Muhammd sebagai Nabi dan Rasul akhir zaman. Artinya keberislaman yang semarak dan identitas verbal mesti disertai dengan gerakan pemikiran dan ikhtiar mengubah nasib umat Islam agar menjadi “khayra ummah”, yakni umat terbaik dan unggul dibandingkan dengan golongan lain yang lebih maju.
Reporter: Yusuf