Perspektif

Hidupkanlah Muhammadiyah!

4 Mins read

Di setiap resepsi Milad Muhammadiyah, tentu kita bangga akan berbagai peran yang dilakukan. Pencapaian di berbagai bidang, berupa Universitas yang bertebaran sampai melewati batas, bahkan amal sosial yang hingga seluruh negara pun mengenal nama persyarikatan itu. Tetapi, aksi besar Muhammadiyah perlulah kita lihat terlebih dahulu ke dalam. Tentunya dari hal mendasar dan berpengaruh terhadap Muhammadiyah itu sendiri.

Bidang Pendidikan

Ratusan ribu guru Muhammadiyah mengabdi di berbagai jenjang pendidikan. Tak jarang kita mendengar upah yang ia dapatkan, rata-rata ratusan ribu mereka dapatkan setiap bulannya. Meski ada beberapa sekolah Muhammadiyah yang dapat menggaji gurunya dengan jumlah yang lumayan besar. Tetapi, hal ini harusnya menjadi perhatian bagi Muhammadiyah, karena guru Muhammadiyah bekerja keras membuat anak dan kader menjadi cerdas. Ini bukan soal mencari hidup di Muhammadiyah, bukan! Mereka (guru) juga punya keluarga yang dapurnya harus tetap mengepul. Mereka juga punya anak yang biaya hidup dan sekolahnya tidak ditanggung oleh negara.

Muhammadiyah punya Lazismu yang menghimpun zakat dan infaq para muzakki. Kita bangga dengan bisa memberi sumbangsih ke luar negeri, tetapi apa kita tega ada sebagian guru Muhammadiyah yang upah bulanannya hanya cukup untuk makan seminggu? Tentunya para guru-guru ini ikhlas dalam memberikan ilmunya kepada para generasi penerus, namun kebutuhan hidup mereka juga haruslah menjadi pemikiran kita bersama. Dikarenakan sekolah hanya hidup dari BOS (Biaya Operasional Sekolah), yang pastinya tidak semua untuk gaji guru.

Hal di atas mungkin sedikit terlupakan, karena kita menganggap mereka yang mengajar merupakan sebuah pengabdian. Tapi alangkah baiknya jika kita berfikir dari sudut pandang lain, agar mereka lebih merasa dihargai, serta dapat membantunya dari sisi ekonomi.

Semua ini bisa berjalan apabila ada sistem yang mengaturnya. Mungkin saja sistemnya ada, namun yang menjalankan kurang peka. Ketahuiah, tak semua guru Muhammadiyah bersertifikasi, berstatus PNS yang gajinya cukup untuk makan sebulan, bahkan kadang berlebihan. Tapi sebagian darinya, ada yang hidup hanya bergantung dari gaji sebagai guru, yang nominalnya hanya kisaran 300 ribu.

Baca Juga  Ibu Kota Baru dan Pentingnya Memahami Geopolitik

Maka, dari situlah Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan. Jangan sampai peduli dengan orang luar, namun lupa dengan orang yang turut menghidupkan dakwah Muhammadiyah, sejatinya mereka juga perlu mendapatkan perhatian. Dari keuletan dan kesabaran merekalah lahir para kader yang militan, yang nantinya menjadi penerus perjuangan persyarikatan.

Bidang Kesehatan

Muhammadiyah memiliki banyak sekali rumah sakit yang berkelas dan memenuhi standart. Mereka turut bergelut melawan pandemi, hingga banyak kadernya yang terinfeksi dan menghadap Ilahi. Nyatanya, masih banyak warga Muhammadiyah yang butuh perhatian. Sehingga rasanya perlu membangun kesehatan melalui dana yang berasal dari warga dan untuk warga pula.

Mungkin biasanya di rumah sakit Muhammadiyah, kita mendapat keringanan biaya jika memiliki kartu anggota, atau surat keterangan dari desa. Tetapi bukan soal itu, warga Muhammadiyah butuh saling bahu membahu, membuat dana kesehatan yang terstruktur.

Bisa di mulai dari tingkat ranting, taruhlah iuran 1000 atau 2000 per bulan. Jika ada warga yang sakit, maka dana itu yang akan mencover biaya berobatnya. Tentunya bagi warga yang kurang mampu, atau dirasa perlu. Sehingga tidak mengurangi kas, namun permasalahan dapat teratasi. Butuh kesepemahaman dan kebersamaan guna mewujudkan hal ini. Agar semangat jamiyah yang dimiliki, terwujud lewat saling bantu membantu antar warga.

Mungkin upaya ini sudah diterapkan di beberapa ranting atau cabang, tetapi mungkin pula masih ada yang belum terlaksana. Oleh karenanya, semangat ta’awun kita tingkatkan dari kerelaan membantu sesama. Kalau bisa itu benar-benar murni dari kantong kita, sehingga bernilai ibadah, kemanusiaan, dan kebersamaan itu semakin erat.

Muhammadiyah Perlu Data Base

Untuk mencapai kedua hal diatas, maka Muhammadiyah perlu data. Berbagai artikel atau media, menyatakan jumlah warga Muhammadiyah ada kisaran 2-3 juta. Tetapi secara real, database tersebut belum kita miliki sekarang. Melalui Pimpinan Pusat perlu membuat survei warga Muhammadiyah, ketika data itu ada, Muhammadiyah akan dapat memetakan kekuatan. Mulai dari politik dan lainnya.

Baca Juga  Benarkah "Kitab Kuning" Bisa Menangkal "Radikalisme"?

Tetapi selama ini yang kita lihat diberbagai media adalah data banyaknya Amal Usaha Muhammadiyah. Sedangkan data pasti warga Muhammadiyah belum ada. Sebenarnya melalui data pembuatan KTAM (Kartu Tanda Anggota Muhammadiyah) bisa kita lihat, namun rasanya baru sebagian. Ada ribuan bahkan jutaan warga Muhammadiyah yang belum memiliki KTAM, ini hal yang sederhana tapi sesungguhnya sangat penting.

Di era digital sekarang, data sangatlah penting sebagai acuan dalam menyusun strategi ataupun rencana kedepannya. Berbicara tanpa data, kita akan mengangan-angan saja. Padahal sesuatu yang bisa di data. Oleh karena itu, Muhammadiyah harus memiliki data terkait warganya. Sehingga mudah dalam mewacanakan sesuatu.

Sama dengan dua permasalahan di atas tadi, kita akan tau seberapa banyak guru Muhammadiyah yang butuh dibantu oleh Lazismu karena penghasilannya minim. Bahkan ada berapa banyak warga Muhammadiyah yang perlu dibantu dalam masalah kesehatannya, yang dimana kondisi ekonominya masih di bawah.

Oleh karenanya, jangan sampai Muhammadiyah besar dan mampu berbuat banyak bagi bangsa lain bahkan dunia. Tetapi banyak guru dan kadernya tidak memiliki pekerjaan, kondisi ekonominya memprihatinkan. Kemudiaan banyak AUM, namun tak banyak kader yang mengisi, maka AUM apapun harusnya mendahulukan kader daripada profesional.

Memang kader Muhammadiyah tidak ada yang profesional? Rasanya banyak bahkan melimpah, karena kader Muhammadiyah tak sedikit yang memiliki kualitas, serta tak kekurangan yang mempunyai integritas. Jadi, bagi AUM, utamakanlah kader Muhammadiyah untuk mengisi berbagai sektor yang dapat dan layak ditempati.

Hidupilah Muhammadiyah

Selain itu semua, kita dan terutama pimpinan. Hidupkanlah dakwah Muhammadiyah dengan menyekolahkan anak di Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Saya rasa masih banyak pimpinan entah ranting, cabang, dan lainnya yang membawa anaknya untuk sekolah di luar Muhammadiyah. Selain itu, juga arahkan anak-anak kita untuk menjadi penerus perjuangan dengan masuk ke dalam organisasi otonom milik Muhammadiyah.

Baca Juga  Hubungan Muhammadiyah dengan Negara: Pra & Pasca Kemerdekaan

Memang hidup itu pilihan dan setiap orang memiliki hak untuk itu. Tetapi akan janggal kiranya ketika kita menggebu-nggebu untuk menghidupkan Muhammadiyah, padahal anak cucu kita malah sekolah di tempat sebelah. Hal-hal ini kiranya mungkin dianggap hal yang tak penting untuk dibahas, ketahuilah bahwa Muhammadiyah lahir dari hal kecil yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan. Sehingga akhirnya berdampak besar dan kini menjadi besar. Seakan terasa miris ketika kiranya kita hanya mewarisi kebesarannya, tanpa ikut membesarkannya.

Tulisan ini sejatinya bukan bernilai kritikan semata, namun sebagai muhasabah dan refleksi kita Bersama. Sehingga Muhammadiyah tidak hanya besar dengan nama, namun besar juga karena amal usahanya. Tetapi, pada realitasnya banyak kader dan warga yang kurang mendapatkan perhatian, bahkan tidak memiliki pekerjaan. Sehingga kondisi ekonominya memprihatinkan, namun masih semangat urunan demi persyarikatan.

Sungguh, percayalah mereka adalah kader, warga dan orang Muhammadiyah otentik, yang tidak nesu ketika di kritik, serta selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Baginya menjadi Muhammadiyah adalah sebuah pilihan yang menggembirakan, dan berdakwah dengan penuh kegembiraan.

Selamat Milad 109 Tahun Muhammadiyah

Editor: Saleh

Hendra Hari Wahyudi
97 posts

About author
Anggota Majelis Pustaka, Informatika dan Digitalisasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode 2022-2027
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *