Sahabat pembaca yang dirahmati Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Allah berfirman:
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
56. Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, Sesungguhnya bumi-Ku luas, Maka sembahlah aku saja.
57. tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (Qs. Al-Ankabut: 56-57)
Dengan ayat ini, Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar berhijrah dari suatu negeri terjajah yang mereka tidak dapat menegakkan agamanya menuju ke negeri lain. Bumi Allah itu luas. Di tempat baru, mereka dapat bebas menegakkan agama dengan mengesakan-Nya dan menyembah-Nya, sebagaimana yang diperintahkan-Nya.
Umat Islam lemah di Mekah yang selalu tertindas keberadaannya, maka mereka keluar darinya berhijrah ke negeri Habsyah untuk menyelamatkan agama mereka. Ternyata, Habsyah adalah negeri yang baik bagi mereka. Rajanya yang bernama As-Hamah An-Najjasyi rahimahullah menerima mereka dengan baik dan penuh hormat. As-Hamah memberi tempat tinggal kepada mereka dan mendukung mereka dengan pertolongan, dan menjadikan mereka orang-orang yang dilindungi di negerinya.
Akhirnya, Rasulullah SAW juga berhijrah. Rasulullah bersama para sahabatnya memilih ke Madinah, yaitu ke kota yang dahulunya dikenal dengan nama Yasrib.Di mana pun berada, maut pasti akan mendapati. Maka beruntunglah orang-orang yang selalu taat kepada Allah di mana pun berada, sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Daripada hidup di kampung halaman sendiri selalu tertindas, lebih baik berhijrah, cari tempat yang baru yang bisa bebas menjalankan ketakwaan. Daripada hidup di kampung halaman sendiri tetapi tidak punya kemerdekaan iman dan takwa.
Makna Hijrah
Hijrah (bahasa Arab: هِجْرَة) adalah perpindahan/migrasi dari Nabi Muhammad dan pengikutnya dari Mekah ke Madinah pada bulan Juni tahun 622.
Hijrah mempunyai dua makna, yaitu; pertama, hijrah hissiyyah (hijrah fisik dengan berpindah tempat), dari darul khauf (negeri yang tidak aman dan tidak kondusif) menuju darul amn (negeri yang relatif aman dan kondusif). Seperti hijrah dari Kota Mekah ke Habasyah (Ethiopia) dan dari Mekah ke Madinah.
Kedua, hijrah ma’nawiyyah (hijrah nilai). Yakni, dengan meninggalkan nilai-nilai atau kondisi-kondisi jahiliah untuk berubah menuju nilai-nilai atau kondisi-kondisi islami. Seperti dalam aspek akidah, ibadah, akhlak, pemikiran dan pola pikir, muamalah, pergaulan, cara hidup, kehidupan berkeluarga, etos kerja, manajemen diri, manajemen waktu, manajemen dakwah, perjuangan, pengorbanan, serta aspek-aspek diri dan kehidupan lainnya sesuai dengan tuntutan keimanan dan konsekuensi keislaman.
Pahala Berhijrah
الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
20. orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan
Pahala berhijrah adalah derajat yang lebih tinggi di sisi Allah dan kemenangan dalam keridloaan Allah di dunia dan akhirat. (Qs. At Taubat: 20).
Orang yang berhijrah di mata Allah memiliki derajat yang lebih tinggi. Orang yang berhijrah juga dijamin akan memperoleh kemenangan/ keberhasilan dari apa yang diinginkan. Bumi ini bumi Allah, Allah berpihak kepada orang yang mau berhijrah. Di tempat baru Muhajirin bisa merdeka membentuk masyarakat, dan tradisi yang baru, serta membentuk harapan baru tanpa ada yang menekan.