Oleh: Iffatus Sholehah*
Tak terasa sebentar lagi kita memasuki bulan 1 Muharram, tahun baru hijriyah, maka berakhirlah bulan Dzulhijjah yang mana ada sejumlah peristiwa Idul Adha dan Pelaksanaan Ibadah Haji bagi kaum muslimin dan muslimat di seluruh penjuru dunia. Memasuki bulan yang sebentar lagi kita rayakan (antara tanggal 30-31 Agustus 2019), memiliki serangkaian sejarah yang layak kita petik pelajaran beserta hamparan hikmah-hikmah di dalamnya.
Hal ini bermula dari peristiwa hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah. Sebuah momen yang mampu merefresh sejarah Islam tentang kejadian yang telah dilalui Nabi Muhammad saw.
Selama kurang lebih 13 tahun kaum Muslimin di Makkah melewati masa yang sulit; penuh dengan ujian, cobaan, tekanan dan kedzaliman dari kaum kafir. Akan tetapi mereka menghadapi semua itu dengan penuh pengorbanan dan kesabaran hingga tiba penetapan hijrah.
Siksaan demi siksaan dilakukan kaum kafir Quraisy terhadap Nabi Muhammad saw. Terlebih setelah wafatnya paman beliau (Abu Thalib) dan istrinya (Khadijah ra). Siksaan lain juga dialami semua sahabat-sahabatnya. Demi menyelamatkan agamanya, mereka rela meninggalkan harta, keluarga dan tanah kelahirannya. Mereka akhirnya berhijrah setelah mendapatkan izin dari Nabi Muhammad saw.
Untuk menghentikan penyebaran dakwah Islam dan memutus laju pertambahan orang yang masuk Islam, kaum Quraisy merancang sebuah rencana yang sangat busuk, yaitu membunuh Nabi Muhammad saw. Akan tetapi, upaya pembunuhan yang akan dilakukan kaum Quraisy pun gagal. Dengan selamat Nabi Muhammad SAW keluar menuju rumah sahabatnya (Abu Bakar Ash-Shiddiq) untuk menjalankan tahap pertama dari proses hijrah.
Menghindari kejaran kaum Quraisy, Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya bersembunyi di dalam Gua Tsur selama 3 hari. Kemudian beliau melanjutkan perjalanannya sampai ke Madinah setelah melalui perjalanan panjang yang penuh dengan marabahaya serta beberapa mukjizat bermunculan dalam perjalanan beliau, hingga pada akhirnya sampai di Madinah. Di sanalah beliau bertemu dengan para sahabatnya untuk memulai misi mulia, yaitu membangun pondasi daulah Islamiyah.
Hikmah Menuju Ketaatan
Dari sepenggal cerita di atas, kita dapat mengambil hikmah atau pelajaran yang dapat dipetik dari hijrahnya Nabi Muhammad saw.
Pertama; Memasyhurkan sistem penanggalan Hijriyah serta menampakkan kesakralannya, sebab ia merupakan sistem penanggalan Islam yang berhubungan dengan momentum hijrahnya Nabi Muhammad saw. Beliau juga mengajarkan kita menggunakan bulan-bulan ini dalam masalah ibadah dan lainnya. Ada ibadah puasa bulan Ramadhan, puasa sebelum hari raya ‘Idul Adha (tarwiyah dan ‘arafah) dan lain sebagainya.
Kedua; Mengingatkan umat Islam pada peristiwa hijrah, dan menautkan pada makna hijrah itu sendiri. Bukan hanya sekedar pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Akan tetapi ada proses yang harus dilewati dengan hati seluas samudera. Tidak peduli seberapa berat tantangan dan hambatan yang menerjang.
Ketiga; Memperkenalkan kepada generasi muda akan momen heroisme dalam momen hijrah atau momen-momen lainnya dalam sejarah Islam. Seperti yang dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib yang ketika itu masih belia memiliki pengorbanan besar dalam suksesnya hijrah Nabi Muhammad SAW. Beliau ditugaskan untuk menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW di atas tempat tidurnya yang tatkala itu Nabi Muhammad SAW dalam keadaan tidak aman.
Keempat; Menegaskan akan pentingnya berusaha. Seperti dalam kisah Nabi Muhammad saw bersama Abu Bakar ra telah mengerahkan segenap usahanya menyusun strategi untuk menghadapi kaum kafir Quraisy. Walaupun demikian, beliau tetap bertawakal kepada Allah swt bukan pada usaha yang telah dilakukannya.
Kelima; Menghidupkan kembali semangat ukhuwah islamiyah di antara sesama kaum muslimin. Semangat persaudaraan yang dihidupkan ini adalah semangat persaudaraan untuk saling membantu dalam kebaikan dan ketakwaan.
Keenam; menghidupkan etika dan estetika berinteraksi yang baik dengan orang lain serta lebih menghargai antar sesama manusia, baik yang muslim maupun non muslim.
Pada akhirnya,makna hijrah paling penting adalah mencari dan menentukan tempat yang lebih baik untuk meninggalkan tempat yang buruk. Artinya, dengan hijrah tersebut bisa menjaga keimanan dan akhlaq seseorang. Selain itu, makna hijrah juga bisa diartikan meninggalkan kemaksiatan menuju ketaatan. Setelah hijrah tentunya diiringi dengan sikap tanpa merasa paling benar dan taat di hadapan orang yang belum hijrah.
Wallaahu a’lam bish shawaab.
*) Alumnus Pascasarjana Prodi Interdisciplinary Islamic Studies UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.