Pengertian Sunnatullah
Term sunnatullah سنة الله terdiri dari dua kata dasar yakni kata سنة dan الله. Kedua kata tersebut menyatu menjadi kata majemuk atau dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan مضاف مضاف اليه. Menurut KBBI V daring, kata majemuk atau kompositum adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Pola khusus tersebut membedakannya dengan frasa atau gabungan kata – gabungan morfem yang bukan kata majemuk.
Secara etimologi, kata سنة bermakna ketentuan, sehingga frase سنة الله dapat diartikan sebagai ketentuan Allah. Adapun secara terminologi, banyak pakar yang memaksudkan kata majemuk سنة الله ini dengan hukum alam. Arti inilah yang penulis maksudkan dalam tulisan ini.
Sifat Sunnatullah (Hukum Alam)
Sunnatullah (hukum alam) di alam semesta ini mempunyai sifat. Dengan memahami sifat sunnatullah tersebut, in syaa Allah, kita akan lebih mudah bersahabat dengannya. Kita juga dapat mengambil manfaat darinya secara optimal.
Ustadz Muhammad ‘Imaduddin ‘Abdulrahim Ph.D. dalam bukunya yang berjudul Islam Sistem Nilai Terpadu, memberikan informasi bahwa ada tiga sifat utama sunnatullah yang diinformasikan dalam al-Qur’an. Ketiga sifat tersebut adalah pasti, tetap, dan obyektif. Penjelasan singkatnya sebagai berikut.
Sunnatullah (Hukum Alam) itu Pasti
Wawasan tentang kepastian sunnatullah (hukum alam) dapat kita temukan dalam Q.S. al-Furqan ayat ke-2 dan Q.S. al-Thalaq ayat ke-3. Allah berfirman dalam Q.S. al-Furqan ayat ke-2 sebagai berikut.
اللذي له ملك السماوات والارض ولم يتخذ ولدا ولم يكن له شريك في الملك وخلق كل شيء فقدره تقديرا
“Dialah Penguasa langit dan bumi. Dia tidak memerlukan anak dan tak perlu bagi-Nya rekan dalam kerajaan-Nya itu, Ia menciptakan segalanya, dan Dia yang memastikan setiap ketentuan.”
Informasi tentang kepastian sunnatullah (hukum alam) dalam ayat di atas dapat kita gali dari frasa وخلق كل شيء فقدره تقديرا. Dari frasa tersebut kita mendapatkan pemahaman bahwa semua ciptaan Allah memiliki sifat pasti (tertentu).
Wawasan sifat sunnatullah (hukum alam) yang pasti pada ayat di atas merupakan jaminan, sehingga memudahkan bagi manusia dalam membuat perencanaan berdasarkan penghitungan yang akurat . Siapapun yang memanfaatkan sunnatullah tersebut untuk merencanakan sesuatu, ia tidak perlu meragukan ketepatan penghitungannya, karena Allah telah menjamin keakuratannya.
Ayat lain yang membincang tentang sifat sunnatullah (hukum alam) adalah ayat ke-3 dari surah al-Thalaq. Allah berfirman dalam Q.S. al-Thalaq ayat ke-3 sebagai berikut.
ويرزقه من حيث لا يحتسب ومن يتشكل على الله فهو حسبه ان الله بالغ امره قد جعل الله لكل شيء قدرا
“Dan Dia (Allah) memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
Wawasan tentang sifat sunnatullah (hukum alam) yang pasti dalam ayat di atas, kita temukan dalam frasa قد جعل الله لكل شيء قدرا. Frasa tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa semua hal mempunyai sifat tertentu. Karena memiliki karakteristik tertentu, maka kita bisa mempelajarinya hingga diperoleh pemahaman yang utuh akan sifat-sifatnya. Dengan memahami karakternya secara utuh, kita dapat lebih bersahabat dengannya serta memperoleh manfaat darinya.
Sunnatullah (Hukum Alam) itu Tetap
Sifat kedua dari sunnatullah (hukum alam) adalah tetap. Dalam al-Qur’an, informasi tetapnya sunnatullah (hukum alam) dapat kita jumpai dalam Q.S. al-An’am ayat ke-115 & Q.S. al-Isra’ ayat ke-77.
Allah berfirman dalam Q.S. al-An’am ayat ke-115 sebagai berikut.
وتمت كلمة ربك صدقا وعد لا,لا مبدل لكلماته ,وهو السميع العليم
“Dan telah sempurna firman Tuhanmu dengan benar dan adil, tidak ada yang dapat mengubah firmannya. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Informasi tetapnya sunnatullah (hukum alam) dalam ayat di atas, dapat kita jumpai dalam frase “لا مبدل لكلماته”. Dari frase tersebut, dapat kita pahami bahwa sunnatullah (hukum alam) itu tidak berubah terhadap waktu. Kalaupun berubah terhadap waktu, perubahannya memerlukan waktu yang relatif lama.
Sementara itu, dalam surah al-Isra’ ayat ke-77, Allah SWT berfirnan sebagai berikut.
سنة من قد ارسلها قبلك من رسلنا ولن تجد لسنة الله تحويلا
“(Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perubahan bagi ketetapan Kami itu”
Warta bahwa sunnatullah (hukum alam) itu tetap dapat kita jumpai pada frasa ولن تجد لسنة الله تحويلا Frasa itu memberikan penegasan bahwa sunnatullah (hukum alam) itu tetap.
Karena sunnatullah (hukum alam) itu bersifat tetap, maka memudahkan kita untuk mempelajarinya. Jika sebuah sunnatullah (hukum alam) kita pahami dengan benar dan baik, maka kita bisa mengambil manfaat darinya secara maksimal.
Sunnatullah (Hukum Alam) itu Obyektif
Sifat sunnatullah (hukum alam) yang ketiga adalah obyektif. Sifat ini mengandung pesan bahwa siapa saja yang mematuhi sunnatullah (hukum alam) maka ia akan memperoleh manfaat darinya. Namun sebaliknya, bagi yang tidak patuh terhadap sunnatullah (hukum alam) maka ia akan menuai kesengsaraan (petaka). Obyektifitas sunnatullah (hukum alam) ini berlaku bagi mereka yang beragama Islam maupun terhadap mereka yang memeluk agama lain.
Awal Musim Hujan di Indonesia Periode 2023-2024
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan di Indonesia periode 2023-2024 secara umum akan terlambat datang. Kedatangannya juga tidak serempak di wilayah Indonesia. Hal itu akibat tingginya keragaman iklim di Indonesia.
Kepala BMKG, Dwikorita, lebih lanjut menjelaskan bahwa awal musim hujan di wilayah Indonesia umumnya berkait erat dengan peralihan Angin Timuran (Monsun Australia) menjadi Angin Baratan (Monsun Asia). BMKG memprediksi Angin Timuran masih tetap aktif hingga November 2023, utamanya di Indonesia bagian Selatan. Sementara itu, Angin Baratan diprediksi akan datang lebih lambat dari normalnya.
Menurut paparan Dwikorita, Kepala BMKG, per tanggal 8 September 2023 beberapa Zona Musim (ZOM) telah terkonfirmasi mulai mengalami musim hujan, yakni sebagian besar Aceh, sebagian besar Sumatera Utara, sebagian Riau, Sumatera Barat bagian tengah, dan sebagian kecil Kepulauan Riau. Diprediksi berikutnya, musim hujan akan terjadi di Sumatera bagian tengah dan selatan lalu secara hampir berurutan diikuti oleh Kalimantan, Jawa, kemudian secara bertahap akan mendominasi hampir seluruh wilayah Indonesia pada periode Maret hingga April 2024.
Sementara itu, Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, memaparkan lebih detail tentang awal musim hujan di wilayah Indonesia periode 2023-2024. Uraiannya sebagai berikut:
September 2023
Sebanyak 24 Zona Musim (ZOM) atau 3,4 persen wilayah diperkirakan akan memasuki musim hujan. Wilayah tersebut meliputi sebagian Sumatera Barat dan Riau bagian selatan.
Oktober 2023
Diperkirakan, sekitar 69 ZOM (9,9 persen ) akan memasuki musim hujan. Wilayah tersebut meliputi Jambi, Sumatera Selatan bagian utara, Jawa Tengah bagian selatan, sebagian wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah bagian barat, dan sebagian besar Kalimantan Timur.
November 2023
Diprediksi, sebanyak 255 ZOM (36,5 persen) akan memasuki musim hujan. Daerahnya meliputi Sumatera Selatan, Lampung, sebagian besar Banten, Jakarta, Jawa Barat, sebagian besar Jawa Tengah, sebagian Jawa Timur, Bali, Sebagian kecil NTB, sebagian kecil NTT, Sulawesi Utara, Gorontalo, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian besar Sulawesi Selatan, Maluku Utara bagian utara, dan Papua Selatan bagian selatan.
Desember 2023
Diprediksi, sekitar 153 ZOM (21,9 persen ) akan memasuki Musim Hujan, Wilayahnya mencakup sebagian besar Jawa Timur bagian utara, sebagian wilayah NTB, sebagian NTT, sebagian besar Sulawesi Tenggara, dan sebagian Maluku.
Januari 2024
Diperkirakan, sejumlah 22 ZOM (3,2 persen) akan mengalami awal musim hujan.
Semoga musim hujan di wilayah Indonesia periode 2023-2024 menghadirkan banyak kebaikan & keberkahan. Mudah-mudahan diminimalkan dampak negatifnya. Aamiin.
Wa Allah a’lamu bi al-shawab
Editor: Soleh