Wacana Moderasi Beragama telah menjadi isu populer semenjak kasus-kasus intoleransi dan kekerasan atas nama agama sering terjadi di Indonesia. Kementerian Agama menjadikan Moderasi Beragama sebagai sebuah program prioritas sejak tahun 2018 di bawah Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin. Hingga pada tahun 2019, Moderasi Beragama menjadi bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang diatur dalam PERPRES No. 18 tahun 2020. Program ini merupakan bagian dari Pembangunan Karakter Sumber Daya Manusia (SDM).
Kementerian Agama terus mendorong institusi yang berada di bawah naungannya untuk mensukseskan program tersebut. Terbentuknya Rumah Moderasi Beragama sebagai fasilitator, advokasi, dan mediasi yang tersebar di berbagai wilayah adalah bukti nyata keseriusan program moderasi beragama.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci yang terletak di Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi juga mengambil peran dalam melaksanakan program-program Moderasi Beragama di wilayah Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci.
Internalisasi Program Moderasi Beragama
Sejak tahun 2021, IAIN Kerinci terlibat aktif dalam program Moderasi Beragama. Rektor IAIN Kerinci, Prof. Dr. H. Asa’ari M.Ag termasuk angkatan pertama yang mengikuti program Master Training Moderasi Beragama bersama 29 Rektor PTKIN lainnya. Pada tahun yang sama, IAIN Kerinci menyelenggarakan Pelatihan di Wilayah Kerja (PDWK) Kementerian Agama yang ditujukan kepada para Dosen dan Tenaga Pendidikan di lingkungan IAIN Kerinci. PDWK difokuskan pada pelatihan Moderasi dan Kerukunan Beragama.
Dalam rangka menanamkan nilai-nilai moderasi beragama di lingkungan IAIN Kerinci, Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) menambahkan mata kuliah “Pendidikan Multikultural dan Moderasi Beragama”. Mata kuliah ini bertujuan untuk memberi pemahaman Moderasi Beragama dengan harapan para Mahasiswa mampu memahami, menghayati, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut keterangan dari Sekertaris Jurusan PAI, Ali Zebua, M.Pd menyatakan bahwa terdapat peningkatan pemahaman Moderasi Beragama di kalangan Mahasiswa PAI. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tugas akhir mahasiswa yang secara serius meneliti Moderasi Beragama. Produktivitas akademik ini terus dilakukan berbagai pihak hingga tercipta kebiasaan yang sarat dengan nuansa moderasi beragama di lingkungan IAIN Kerinci.
IAIN Kerinci secara serius juga membentuk Rumah Moderasi Beragama. Salah satu Dosen yang dipilih terlibat aktif sebagai Instruktur Moderasi Beragama di wilayah Jambi. Selain itu, keterlibatan Dosen IAIN Kerinci juga dapat dilihat dari keaktifan di Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci. Sejak tahun 2017, Dr. Hadi Chandra salah satu Dosen di IAIN Kerinci terlibat aktif sekaligus menjadi Ketua FKUB wilayah Kerinci. Peran terbaru IAIN Kerinci menjadi Fasilitator Seleksi Moderasi Beragama Calon PPPK Kementerian Agama 2023 yang diselenggarakan pada tanggal 12 Desember 2023.
Tantangan Moderasi Beragama di Wilayah Kerinci: Politik Identitas
Wilayah Kerinci merupakan daerah homogen. Konflik moderasi beragama justru terjadi antar sesama. Berdasarkan data Bawaslu Provinsi Jambi, Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh merupakan dua dari tiga daerah rawan pemilu di Provinsi Jambi. Hal ini disebabkan sering terjadi politik identitas di kedua wilayah tersebut.
Berbagai pihak termasuk IAIN Kerinci berupaya untuk menjadi fasilitator dalam penyebaran nilai-nilai moderasi beragama. Keterlibatan Dosen IAIN Kerinci pada bulan Oktober 2023 melalui FKUB menghasilkan keputusan untuk mengajak berbagai pihak terutama masyarakat Kerinci untuk tidak terjebak dalam politik identitas yang menggunakan atribut agama. Mengingat, politik identitas berdasarkan agama menjadi tantangan serius di wilayah Kerinci.
Senada dengan hal itu, secara khusus IAIN Kerinci menggelar pelatihan yang bertajuk Pelatihan Deteksi Dini Konflik Sosial dan Keagamaan pada tanggal 20 Desember 2023. Dr. Nurzen selaku salah satu narasumber menyatakan bahwa perlu pihak terkait yakni Bawaslu Kabupaten dan Kota mengetahui bakal calon konflik sehingga dapat meminimalisir konflik yang akan terjadi.
Politik Identitas di Kerinci bersumber dari etnis dan agama. Di sisi lain, Politik identitas memiliki dampak positif yang dapat difungsikan sebagai sarana memperjuangkan pembangunan dan pemberdayaan di wilayah Kerinci. Dengan rasa kesukuan yang kuat, Politik Identitas berbasis kesukuan akan menjadi alat yang efektif dalam kemajuan di wilayah Kerinci.
Tetapi, Politik Identitas yang dikemas menjadi politik praktis yang berasaskan agama kerap menjadi isu intoleransi dan kekerasan. Mengingat mayoritas masyarakat Kerinci menganut agama Islam. Terbukanya konflik sosial dan keagamaan berpotensi besar.
IAIN Kerinci sebagai Pilot Project Moderasi Beragama
Moderasi Beragama menjadi salah satu program yang dapat meminimalisir kekerasan atas nama agama. Salah satu hasil dari program Moderasi Beragama adalah terbukanya ruang dialog atas permasalahan-permasalahan agama.
Berbagai upaya IAIN Kerinci dalam Moderasi Beragama telah terbukti nyata, baik dari segi implementasi ke dalam kurikulum pendidikan, seminar moderasi beragama, pembentukan Pusat Moderasi Beragama, pelatihan, dan ikut serta dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
Sebagai salah satu Institusi yang aktif dalam Moderasi Beragama, upaya tersebut terangkum dalam beberapa langkah di antaranya adalah terus mendorong dialog dan persatuan di Kerinci. Membangun kesadaran Moderasi Beragama dimulai dari internal kampus. Dan senantiasa mengembangkan program Moderasi Beragama di wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh.
Selain itu, Tri Dharma Perguruan Tinggi di lingkungan IAIN Kerinci juga erat dengan Program Moderasi Beragama. Dari segi pendidikan di IAIN Kerinci, Moderasi Beragama dimasukkan ke dalam Kurikulum begitupun dengan Kegiatan Keagamaan di IAIN Kerinci yang terus mengajarkan nilai Moderasi Beragama melalui Unit Ma’had al-Jami’ah.
Dari segi penelitian, para Mahasiswa dan Dosen di IAIN Kerinci terus memproduksi karya tulis yang berkaitan dengan Moderasi Beragama. Dari segi pengabdian kepada masyarakat, keterlibatan para Civitas Akademika tidak terbantahkan lagi.
Pengalaman pribadi penulis dalam praktik baik Moderasi Beragama di IAIN Kerinci ketika menjabat Direktur Ma’had al-Jami’ah IAIN Kerinci pada tahun 2022. Di tahun yang sama, penulis bersama para musyrif dan musyrifah saling bahu membahu membentuk kurikulum yang diterapkan di Ma’had al-Jami’ah.
Pembentukan Kurikulum tersebut berdasarkan dari hasil penelitian penulis tentang pencegahan radikalisme agama di institusi kampus. Hasil penelitian menunjukan pengajaran materi agama Islam yang berbasis pada kitab-kitab kuning karya ulama salaf yang bernuansa moderat mampu membentuk karakter moderat para mahasantri dan mencegah pemahaman radikal di kalangan mahasiswa. Mengingat, mahasiswa sangat rentan terpapar ideologi radikal.
Kitab kuning telah menjadi materi keagaman terpercaya di hampir seluruh pesantren di Indonesia. Kitab Kuning menjadi materi wajib yang diajarkan di Ma’had al-Jami’ah di antaranya meliputi bab akidah, fikih, hadis, dan lain-lain. Meskipun begitu, para pengelola Ma’had al-Jami’ah juga memfasilitasi kelas peminatan. Di antaranya konsentrasi Bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan Tahfiz.