Inspiring

Ibnu Khuzaimah, Ulama Hadis dengan Banyak Keistimewaan

4 Mins read

Nama asli dari Ibnu Khuzaimah yaitu Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah an-Naisaburi. Ia lahir di Naisaburi, bagian timur negara Iran pada bulan Safar tahun 233 H. Ibnu Khuzaimah lahir di masa pemerintahan khalifah al-Mu’tasim, yang mana ia mempunyai kebijakan dengan menyiksa para ahli hadis.

Kebijakan tersebut berlangsung hingga kekhalifahan selanjutnya (al-Watsiq). Pada akhirnya, kekhalifahan dipegang oleh al-Mutawakkil yang membuat perkembangan hadis melaju pesat. Beliau sangat menghormati para ulama hadis dan sering mengundang para ulama hadis tersebut ke istana serta melakukan pencarian dan kajian hadis di masyarakat.

Safari Ilmu Ibnu Khuzaimah

Ibnu Khuzaimah memiliki ketertarikan untuk belajar dari salah satu ulama hadis yaitu Ibnu Qutaibah. Keinginan itu tidak langsung terwujud setelah ayahnya menyuruh beliau untuk mempelajari Al-Qur’an dahulu. Setelah mengkhatamkan Al-Qur’an, beliau pergi ke berbagai tempat untuk mencari ilmu.

Dimulai dari Irak, Syam, dan Mesir, beliau sudah mendapatkan banyak ilmu dan menjadi seorang faqih sekaligus muhaddis yang hebat. Guru-guru beliau di antaranya, Ishaq bin Rahawaih, Muhammad bin Humayd, Mahmud bin Ghayalan, Utbah bin Abdillah al-Marwazi, dan masih banyak lagi.

Bahkan Imam Bukhari dan Imam Muslim pernah menjadi guru sekaligus murid beliau. Ini dikarenakan pada kegiatan pembelajarannya sering bertukar posisi dari guru menjadi murid dan sebaliknya.

Banyak sekali karya-karya beliau pada masanya yang mana beliau sudah menulis karya hingga 140 kitab. Namun yang sampai pada kita saat ini hanya ada dua kitab yaitu Kitab Al-Tauhid dan Shahih Ibnu Khuzaimah. Beliau wafat pada tahun 311 H di Naisaburi.

Ibnu Khuzaimah berjalan ke berbagai negeri untuk mendapatkan hadis. Di antaranya negeri Irak, Syam, Mesir, dan kota yang lainnya. Ia memasuki daerah Jurjaan pada bulan Rajab tahun 300 H dan meriwayatkan hadis di sana.

Selanjutnya, ia keluar menuju Ribaath Dahistaan dan meriwayatkan hadis di sana, dan meng-imla’-kannya di sebuah masjid tua di daerah tersebut.

Guru dan Murid-Murid Ibnu Khuzaimah

Sejatinya, Ibnu Khuzaimah mendengar Hadis dari Ishaq bin Rahawaih dan Muhammad bin Humaid. Namun ia tidak meriwayatkan hadis dari mereka berdua. Pasalnya, ia menulis dari mereka ketika masih ia masih kecil sebelum ia dapat memahaminya.

Baca Juga  Kisah M Yunus Anis ‘Terperangkap’ di Minangkabau pada Masa PDRI

Di antara guru- guru Ibnu Khuzaimah adalah ‘Aliy bin Hajar di Marwa, Yunus bin Abdil A’la di Mesir, Ahmad bin Ibrahim Ad-Dauraqiy dan saudaranya yang bernama Ya’qub, Muhammad bin Harb di Waasith, Muhammad bin Abaan Al-Mustamliy, dan lain-lain.

Sedangkan beberapa di antara murid- muridnya adalah Abu Bakr Al-Isma’ili di Jurjan dan Dahistan, Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdil-Hakam, Muhammad bin Al-Fadhl bin Muhammad bin Khuzaimah, Abu Hatim Al-Busti (Ibnu Hibban), Abu Ahmad bin ‘Adiy (Ibnu ‘Adiy), Abu Bakr Ahmad bin Ishaq Ash-Shibghiy, Abu Ahmad Al-Hakim, dan masih banyak yang lainnya.

Penilaian dan Perkataan Para Ulama Naqd Tentangnya

Ibnu Hibban berkata:

كان -رحمه الله- أحد أئمة الدنيا علما وفقها وحفظا وجمعا واستنباطا، حتى تكلم في السنن بإسناد لا نعلم سبق إليها غيره من أئمتنا، مع الإتقان الوافر والدين الشديد إلى أن توفى رحمه الله

“Ia – rahimahullah – salah seorang imam dunia dalam ilmu, kefaqihan, hapalan, pengumpulan (ilmu-ilmu), dan istinbath. Hingga, ia mampu berkata/meriwayatkan Hadis-hadis dengan sanad yang kami tidak mengetahui ada orang yang mendahuluinya dari kalangan imam-imam kami; bersamaan dengan pengetahuannya yang sempurna dan kebenaran agamanya hingga ia meninggal dunia, rahimahullah”

ما رأيتُ على وجه الأرض من يحفظ صناعة السنن، ويحفظ ألفاظها الصحاح، وزياداتها، حتى كأنَّ السنن كلها بين عينيه إلا محمد بن إسحاق بن خزيمة فقط

“Aku tidak pernah melihat di muka bumi orang yang menghafal Hadis-hadis, menghafal lafadz-lafadz shahihnya, dan penambahannya hingga seakan-akan seluruh Hadis berada di depan matanya, selain dari Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah saja”

Ad-Daruquthni berkata:

كان ابن خزيمة إمامًا ثبتًا معدوم النظير

“Ibnu Khuzaimah adalah seorang imam yang tsabat, tidak ada bandingannya”

Abu Sa’d As-Sam’aniy berkata:

اتفق أهل عصره على تقدمه في العلم…وكان أدرك أصحاب الشافعي وتفقه عليهم

“Orang-orang di jamannya telah sepakat mendahulukannya dalam hal ilmu….. dan ia pernah menjumpai sahabat-sahabat Syafi’i dan belajar kepada mereka”

Abul-‘Abbas ibn Suraij berkata:

Baca Juga  Belajar Memaafkan dari Buya Hamka

يُخْرِج النُّكت من حديث رسول الله صلى الله عليه وآله بالمِنقَاش

“Ia mengeluarkan intisari/faedah dari Hadis Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam dengan pahat.

Abu ‘Abdillah Al-Hakim berkata:

فضائل هذا الإمام مجموعة عندي في أوراق كثيرة، وهي أكثر وأشهر من أن يحتملها هذا الموضع

“Keutamaan imam ini terkumpul padaku dalam banyak kertas. Hal itu lebih banyak dan lebih terkenal/masyhur dari yang disebutkan di tempat ini”

Muhammad bin Sahl Ath-Thusi berkata:

سمعت الربيع بن سليمان وقال لنا: هل تعرفون ابن خزيمة؟ قلنا: نعم. قال: استفدنا منه أكثر مما استفاد منا

“Aku pernah mendengar Ar-Rabi’ bin Sulaiman, dan ia berkata kepada kami : ‘Apakah kalian mengetahui Ibnu Khuzaimah ?’. Kami berkata : ‘Ya’. Ia berkata : ‘Kami lebih banyak mengambil faedah darinya, daripada ia mengambil faedah dari kami”

Al-Hafidh Abu ‘Ali An-Naisaburi berkata:

كان ابن خزيمة يحفظ الفقهيات من حديثه كما يحفظ القارئ السورة

“Ibnu Khuzaimah menghafal permasalahan-permasalahan fiqh dari hadisnya sebagaimana ia seorang qari’ menghafal satu surat (dalam Al-Qur’an)”

لم أر أحدًا مثل ابن خزيمة

“Aku tidak pernah melihat seorang pun yang semisal dengan Ibnu Khuzaimah”.

Adz-Dzahabi memberikan komentar atas perkataan di atas:

يقول مثل هذا وقد رأى النسائي

“Ia telah berkata semisal dengan ini padahal ia pernah melihat An-Nasa’i”

Ibnu Abi Hatim pernah ditanya tentang Ibnu Khuzaimah, lalu ia berkata:

ويْحَكُم! هو يُسال عنّا ولا نُسال عنه ! هو إمام يُقتدى به

“Celaka kamu, ia lah yang seharusnya ditanya tentang kami, dan bukan kami yang ditanya tentangnya. Ia adalah seorang imam yang diteladani”

Adz-Dzahabi berkata:

عنى في حداثته بالحديث والفقه، حتى صار يُضرب به المَثل في سعة العلم والاتقان

“Ia menyibukkan diri di masa mudanya dengan hadis dan fiqh, hingga menjadi patokan dalam keluasan ilmu dan itqaan”

لابن خزيمة عظمة في النفوس، وجلالة في القلوب لعلمه ودينه، واتباعه السنة

“Ibnu Khuzaimah mempunyai kebesaran jiwa dan keagungan hati karena ilmu dan (kebaikan) agamanya, serta sikap ittiba’-nya terhadap sunnah”

Ibnu Katsir berkata:

Baca Juga  Kartini, Perempuan yang Merdeka

كان بحرًا من بحور العلم، طاف البلاد ورحل إلى الآفاق في الحديث وطلب العلم، فكتب الكثير وصنف وجمع، وكتابه الصحيح من أنفع الكتب وأجلها، وهو من المجتهدين في دين الاسلام، حكى الشيخ أبو إسحاق الشيرازي في طبقات الشافعية عنه أنه قال: ما قلدتُ أحدًا منذ بلغت ست عشرة سنة

“Ia adalah laut dari lautan ilmu, mengembara ke berbagai negeri untuk mencari Hadis dan ilmu. Lalu ia banyak mencatatnya, menulisnya, dan mengumpulkannya. Dan kitabnya Ash-Shahiih adalah kitab yang paling besar dan bermanfaat. Ia termasuk mujtahid dalam agama Islam. Asy-Syaikh Abu Ishaq Asy-Syiiraziy menghikayatkan dalam Thabaqat As-Syafi’iyyah darinya (Ibnu Khuzaimah), bahwasannya ia pernah berkata : ‘Aku tidak pernah bertaqlid kepada siapapun sejak aku berusia 16 tahun”

Ibnu ‘Abdil-Haadiy berkata:

الحافظ الثبت، إمام الأئمة، وشيخُ الإسلام، أبو بكر، محمد بن إسحاق بن خزيمة

“Seorang haafidh yang tsabat, imamnya para imam, syaikhul-Islam, Abu Bakr Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah”

Muhammad bin Al-Fadhl berkata:

استأذنت أبي في الخروج إلى قتيبة، فقال: اقرإ القرآن أولا حتى آذن لك. فاستظهرت القرآن، فقال لي: امكث حتى تصلي بالختمة. ففعلت، فلما عيَّدنا، أذن لي، فخرجت إلى مرو، وسمعت بمرو الرُّوذ من محمد بن هشام صاحب هشيم، فَنُعِيَ إلينا قتيبة

“Aku pernah mendengar kakekku (Ibnu Khuzaimah) berkata: ‘Aku meminta izin ayahku untuk keluar menemui Qutaibah’. Maka ayahku berkata : ‘Bacalah (hafalkanlah) Al-Qur’an terlebih dahulu, hingga aku berikan izin kepadamu’. Aku pun menghafalkan Al-Qur’an’. Lalu ayahku berkata lagi: ‘Tinggallah dulu hingga engkau shalat dengan mengkhatamkan Al-Qur’an’. Lalu, aku pun melakukannya. Ketika kami merayakan hari raya ‘Ied, ayahku mengizinkanku. Aku pun keluar menuju daerah Marwi, dan aku mendengar di Marwi dari Muhammad bin Hisyam, sahabat Husyaim. Lalu sampailah kepada kami khabar wafatnya Qutaibah”

Berikut adalah pemaparan singkat terkait Ibnu Khuzaimah dan keistimewaannya. Semoga penulis maupun pembaca dapat mengambil pelajaran sekaligus menjadi motivasi dari Ibnu Khuzaimah untuk terus berproses menjadi muslim yang kaffah.

Editor: Rivan

Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *