Akidah

Ibnu Miskawaih: Cara Membuktikan Adanya Tuhan itu Gampang!

2 Mins read

Biografi Ibnu Miskawaih

Nama lengkap dari Ibnu Miskawaih adalah Abu Ali Al-Khozim Ahmad ibn Muhammad bin Ya’kub bin Miskawaih.

Dari namanya itu, ia dikenal dengan Ibnu Miskawaih, atau ada yang juga menyebut namanya Ibnu Maskawaih.

Nama dari Ibnu Miskawaih ini diambil dari nama kakeknya. Semua kakeknya ini belum beragama Islam, tapi beragama Majusi (persi). Seiring berjalannya waktu, kakeknya masuk agama Islam.

Gelarnya adalah Abu Ali. Maka, banyak yang tidak lagi heran, bahwa Ibnu Miskawaih ini adalah pengikut atau tergolong penganut aliran Syi’ah. Selain gelar yang sudah didapat, ada gelar lagi yang dilontarkan ke dirinya, yaitu Al-Knazain yang berarti bendaharawan.

Jadi, pada waktu itu, kekuasaan ‘Adhuhd Ad-Baulah dari Bani Buwaih, memercayakan jabatan bendahara kepada Ibnu Miskawaih. Sehingga, Ibnu Miskawaih ini mendapatkan gelar “Al-Knazain”.

Ia lahir di Ray (sekarang itu dikenal sebagai Teheran). Mengenai tahun kelahirannya, ada beberapa perbedaan penyebutan, atau berbeda pendapat dari para peneliti.

Ada yang menyebut bahwa kelahirannya itu pada tahun 320 H/932 M (Yaitu Margoliouth). Sedangkan yang lain juga ada yang menyebutkan lagi pada tahun 352 H (seperti Abdul Aziz Izzat). Mengenai wafatnya itu, diketahui pada tanggal 9 Shafar 421 H yang mana itu bertepatan pada tanggal 16 Februari 1032 M.

Pendapat Ibnu Miskawaih tentang yang Wujud

Ia punya hubungan erat dengan ilmu pengetahuan. Ia berpendapat bahwa segala sesuatu yang wujud ini, tumbuh dan juga berkembang melalui beberapa fase. Keseluruhannya itu merupakan mata rantai sebuah kehidupan.

Jadi, pada fase demi fase, diawali dengan sesuatu yang sangat sederhana. Terus berevolusi juga berkembang sehingga dari proses fase awal ini, akan menjadikan capaian derajat yang lebih tinggi.

Baca Juga  Jodoh: Takdir yang Tergantung Ikhtiar Manusia

Manusia misalnya, berevolusi dan berkembang bukan hanya difokuskan pada fisik, tetapi berkembang juga kecerdasannya. Cara berpikirnya lebih maju sehingga kebijaksanaanlah yang akan menyelimuti dirinya, bahkan bisa mendekati derajat malaikat.

Cara Membuktikan Adanya Tuhan

Menurutnya, membuktikan adanya Tuhan itu sangatlah mudah. Karena bukti itu sudah melekat atau sudah terbukti dalam dirinya sendiri, maka Ibnu Miskawaih bisa mengatakan  bahwa pembuktian adanya Tuhan itu mudah.

Tetapi, di balik itu, Ibnu Miskawaih juga mengatakan ada kesukaran, mengenai keterbatasan akal manusia itu sendiri untuk menjangkaunya. Kata Ibnu Miskawaih, kalau manusia itu ingin membuktikan adanya Tuhan, maka ia harus bersabar dalam menghadapi berbagai macam kesukaran. Lambat laun, ia akan sampai juga dalam ranah pembuktian pembuktian adanya Tuhan dengan mudah. Sehingga ia benar yakin bahwa Tuhan nyata adanya.

Ibnu Miskawaih ini sudah mengatakan bahwa pembuktian adanya Tuhan itu sudah menjadi kesepakatan dari para filosof sejak dahulu kala.

Ia berusaha membuktikan adanya Tuhan dengan mengatakan bahwa Tuhan itu Esa, azali (tanpa awal), juga bukan sebuah materi. Tuhan itu dapat diketahui dengan cara menidakkan, bukan dengan cara afirmasi.

Bisa dimisalkan begini, bahwa Tuhan itu bukan suatu badan, Tuhan tidak bergerak, Tuhan tidak menciptakan dan sebagainya. Maka dari itu, Tuhan itu tidak sama dengan konsepsi suatu apapun, dan tidak ada yang menyerupai-Nya dalam bentuk apapun.

Tentang membuktikan adanya Tuhan, dapat dilakukan secara negasi. Namun, banyak kalangan yang menkritik pendapatnya.

Sebenarnya, argumen yang ditonjolkannya untuk membuktikan adanya Tuhan adalah adanya suatu gerak, atau sebuah perubahan.

Terjadinya gerak itu dibuktikan dengan pergerakan-pergerakan yang terjadi di alam. Argumennya ini diambil dari argument Aristoteles, yaitu argumen gerak. Tuhan adalah sebagai pencipta dari segala sesuatu yang ada di Dunia ini.

Baca Juga  Kenapa Politeisme Lebih Mudah Memiliki Hubungan Baik dengan Kepercayaan Lain?

Menciptakan dari awal segala sesuatu dari tiada. Maka yang perlu dipahami adalah, tidak ada artinya mencipta, jika yang diciptakan sudah ada wujud sebelumnya. Maka bisa disimpulkan bahwa segala sesuatu yang diciptakan dari tiada.

Editor: Yahya FR

Ihwanun Nafi’
11 posts

About author
Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Akidah

Ragam Makna Iman dan Tauhid, Mana yang Lebih Tepat?

3 Mins read
Tauhid merupakan prinsip dasar iman di dalam Islam yang membedakan dirinya dengan segenap agama lain. Bahwa Allah itu esa, tidak berbilang, tidak…
Akidah

Jangan Jadikan Agama Sebagai Alat Pendangkal Akidah!

4 Mins read
Semua agama di dunia ini mempunyai hal-hal yang dianggap suci (the Sacred), misalnya, kitab suci, nabi, dan lain-lainnya. The Sacred menurut M. Amin Abdullah, dalam bukunya Multidisiplin, Interdisiplin, dan Transdisiplin, merupakan Nonfalsifiable Postulated Alternate Realitie. Pada artian lain, disebut dengan hal yang tidak bisa dipermasalahkan, difalsifikasi, dan diverifikasi oleh siapapun.
Akidah

Kesadaran Beriman Orang-Orang Modern

3 Mins read
Di era saat ini, teknologi mengalami perkembangan yang sangat luar biasa. Kemajuan teknologi merupakan bukti dari keberhasilan sains modern. Namun, dibalik kemajuan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds