Jujur saya baru tahu ternyata tanggal 10 April merupakan milad dari Kanal Moderasi Islam, IBTimes. Padahal 10 April merukan tanggal kelahiran putra kembar saya. Tahu portal ini melalui beberapa tulisan yang terlihat kritis dan berbeda dengan portal artikel lainnya. Lebih menarik lagi adanya gambar ilustrasi yang menarik dan kreatif.
Pembahasan yang disajikan sangat menggugah pembaca untuk berpikir keras terhadap setiap tema yang ada. Makin menarik karena para penulis kebanyakan masih muda. Isi yang berbobot dan inovatif dengan mengangkat masalah yang mungkin jarang dibahas oleh kanal lain. Sehingga menjadikan IBTimes sebagai salah satu rujukan dalam mengolah sudut pandang lain, khususnya dari prespektif anak muda ataupun dari akar rumput.
Aku dan IBTimes
IBTimes bukan milik Persyarikatan Muhammadiyah. Namun perannya selama ini membawakan dakwah Muhammadiyah dengan caranya sendiri yang inovatif dan tidak kaku. Bahasanya yang mudah dipahami, membuat khalayak mulai dari kalangan pelajar hingga tokoh bangsa pun banyak yang menikmati tulisan yang disajikan oleh IBTimesID.
Namanya media, pasti ada yang menikmati, ada pula yang membenci. Namun, konsisten dengan langkah menjadikan IBTimes, salah satu portal yang afiliasi kepada Muhammadiyah yang menjadi tujuan dalam mencari referensi bacaan. Baik mengenai fikih, maupun masalah sosial lainnya.
Saya sendiri terbilang baru menjadi penikmat tulisan IBTimes, kira-kira menjelang akhir tahun 2019. Kemudian, melalui kegelisahan saya yang entah mau kemana saya tuangkan, akhirnya saya memilih IBTimes sebagai tempat mencurahkan keresahan tersebut. Mulailah memberanikan diri menuangkannya ke dalam kalimat.
Hingga akhirnya tulisan saya pertama kali terbit di IBTimesID tepat sehari sebelum milad saya di 18 Januari lalu, anggap saja ini kado. Melalui Istrimu: Kau Jadikan Ratu atau Pembantu? sebagai tulisan pertama saya. Tulisan yang dimulai dari kegelisahan akan peran istri, terkadang ada yang dijadikan sebagai ratu dalam rumah tangga, dan tak sedikit pula yang bagaikan pembantu di istananya sendiri.
Dari situlah, semangat menulis dari membaca artikel-artikel dari para penulis hebat, mulai dari mahasiswa hingga tokoh bangsa ini tumbuh. Hingga beberapa tulisan saya tertampung di IBTimes, salah satunya yang menuai berbagai macam reaksi dari para pembaca adalah tulisan saya mengenai rokok. Terinspirasi dari tulisan Ustadz Nurbani Yusuf di IBTimes pula dengan tema Dosa Besar Pembuat Fatwa Haram Rokok.
Ribuan Kali Dibaca
Tulisan yang terbit di hari kedua bulan Februari 2020 itu dibaca lebih dari 4.000 kali, di mana tulisan itu merupakan kegelisahan saya yang juga perokok ini yang bertanya-tanya. Apakah saya yang perokok ini masih dianggap sebagai warga persyarikatan atau tidak, ketika fatwa rokok haram tahun 2010 dan ditambah fatwa haram rokok vape di tahun 2020?
Lega bercampur senang ketika kegelisahan itu dapat tertuang dan IBTimes menerima curhatan saya tersebut. Tulisan itu pula terangkai kata sambil menikmati rokok hehehe, yang disertai pertanyaan tersebut pada diri saya dan mungkin para warga persyarikatan yang juga masih ‘ngudud‘.
Berawal dari pengalaman pribadi, dan adanya kasus bullying siswa di salah satu sekolah menengah pertama di Jawa Tengah. Membuat saya ingin menulis bagaimana peran sekolah Muhammadiyah dalam ‘merehabilitasi’ anak nakal, dan itu pun saya rasakan sendiri yang dimana saya dulu termasuk dalan kategori ‘anak nakal’ tersebut. Tulisan yang dibaca lebih dari 6.000 orang tersebut, menuai banyak reaksi dan nyinyiran dari warganet, apalagi bagi mereka yang hanya membaca judul.
Namun, dengan tenang dan santai saya menyikapinya. Maklum, kadang warganet baru membaca judul, lalu ngamuk. Itu pun membuat saya mempunyai inspirasi dengan tulisan Jangan Jadi “Muhammadiyah Garis Nesu”, sebagai reaksi saya terhadap nyinyiran tadi yang sekilas menganggap tulisan saya memojokan sekolah Muhammadiyah.
Muhammadiyah itu Gerakan, Bukan Keyakinan adalah tulisan saya selanjutnya yang dinikmati oleh 6.000 lebih pembaca. Tulisan yang mendapat balasan dari mas Robby Karman, Sekjen DPP IMM. Tulisan mas Robby merupakan pelengkap dari tulisan saya yang memancing beragam reaksi tersebut.
Debat yang Mencerahkan
Mendapat inspirasi dari tulisan mas Robby, Sekjen DPP IMM mengenai UAH dan hadiah, saya pun menulis hadiah pula, di mana Pak Din Syamsuddin sebagai tokoh yang saya bahas. Din Syamsuddin: Hadiah NU untuk Muhammadiyah yang terbit pada awal Maret 2020 tersebut banyak sekali menuai reaksi hingga tulisan balasan dari Pak Agusliadi (Eks Ketua PD. Pemuda Muhammadiyah Bantaeng, Sulawesi Selatan dan Komisioner KPU Kab. Bantaeng Periode 2018-2023) dan mas Novianto Topit (Sekretaris DPP IMM 2018-2020).
Seakan menjadi debat yang mencerahkan, begitulah nikmat tersendiri yang hadir secara alami dengan menggugah pikiran dan pemikiran. Dan beberapa artikel saya yang kini sudah sekitar 30-an ini yang dimuat IBTimesID selama 3 bulan terakhir, dari berbagai kegelisahan saya pribadi, seri tulisan tentang KOKAM, hingga masalah dan isu yang sedang hangat dibicarakan termasuk masalah pandemi COVID-19.
Membaca artikel di IBTimes, menambah wawasan dan membangkitkan rasa ingin menulis. Menulis di IBTimesID, bagai merawat akal sehat dan menggali keislaman menuju arah kemajuan zaman. Selamat milad ke 1 tahun IBTimesID, kanal moderasi Islam yang aktual, mendalam, dan mencerahkan.
Setahun sudah 2.000 lebih tulisan yang disajikan, dan selalu menarik serta menambah wawasan. Tanggal 10 April juga merupakan milad dari buah hati saya yang double alias kembar, Zayyid Dahlan Mahendra dan Ziyyad Dylan Mahendra yang kini menginjak usia 2 tahun. Setahun lebih tua dari IBTimesID, hehehe.
Semoga IBTimes semakin berkemajuan dengan mengemban dakwah persyarikatan, panjang umur, dan terima kasih atas segala apresiasi serta terima kasih sudah menampung segala curahan hati ini.
Editor: Nabhan