Tasawuf

Ilmu Falak dan Intelektual Islam

4 Mins read

Oleh: Dartim Ibnu Rushd

Ilmu falak secara bahasa berasal dari kata falak yang memiliki makna orbit atau garis edar benda-benda angkasa atau dalam hal ini orbit bulan, bumi dan matahari. Sedangkan secara istilah ilmu falak adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas tentang gerak benda-benda angkasa serta penerapannya dalam kehidupan manusia.

Prinsip perkembangan ilmu falak dengan mengunakan prinsip perkembangan empiris ilmiah. Yaitu dengan menganalisa suatu kejadian yang sudah terjadi, kemudian disusun menjadi kerangka teori yang sistematis untuk selanjutnya dapat digunakan untuk memprediksi kejadian yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. 

Nama lain atau istilah lain yang terkenal untuk menyebutkan ilmu falak ini adalah ilmu hisab atau astronomi. Hisab secara bahasa memiliki makna perhitungan. Karena memang pada prinsipnya ilmu falak atau astronomi ini menggunakan rumus-rumus perhitungan angka-angka untuk menghasilkan hasil prediksi yang akurat. Oleh karena itu tidak menjadi masalah orang itu mau menyebut dengan ilmu falak maupun dengan ilmu hisab.

***

Selain dasar dari ilmu pengetahuan alamiah, ilmu falak juga memiliki dasar fikiyah. Dasar fikiyah ilmu falak atau hisab adalah dikembangkan dari adanya ayat-ayat Al-Quran yang mendorong penggunanan ilmu tersebut dalam kaitannya untuk memprediksi penentuan waktu. Walaupun di dalam ayat-ayat itu penyebutannya hanya secara tersirat. Tersirat di sini artinya adalah bahwa Al-Quran memberikan isyarat bahwa bulan, bumi dan matahari adalah salah satu tanda kekuasaan Allah yang bergerak sesuai dengan sunnahnya. Sehingga bergerak dengan teratur, sistematis, periodik dan dapat diprediksi.

Dengan demikian makna tersirat ilmu falak dalam Al-Quran tidak menyebutkan nama dari metodenya. Tetapi esensi atau benang merahnya yang mengindikasikan adanya ilmu falak sekaligus manfaatnya. Apalagi yang berkaitan dengan penentuan waktu-waktu ibadah, maka dalam hal penggunaan metode yang tepat menjadi begitu penting.

Baca Juga  Klasifikasi Cinta Menurut Imam Al-Ghazali

***

Karena berkenaan dengan kekhusyuan dan kemantapan dalam menjalankan ibadah. Oleh karena itu ayat-ayat yang mendorong untuk penggunaan hal itu di antaranya adalah Q.S. Yunus (5): 10,  Q.S. Yasin (36): 38-40 dan Q.S. Al-Isra (17): 12. Demikian seperti yang terdapat dalam surat Yasin: 38-40.

“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Q.S. Yasin : 3840).

Tradisi Ilmu Falak Zaman Kenabian

Selain itu dalam hadis nabi juga ada beberapa hadis yang mengisaratkan untuk pengunaan falak atau hisab dalam penentuan waktu yang penyebutannya secara tersirat. Contoh hadis itu di antaranya adalah:

Telah bersabda Rasulullah Saw: “Bulan itu dua puluh Sembilan maka jangan berpuasa hingga kalian melihatnya (hilal) dan jangan berbuka hingga kalian melihatnya, maka jika terhalang (hilal) maka qadarkanlah baginya tiga puluh.

Mengacu dari hadis di atas, pada awalnya penentuan bulan, terutama yang berkaitan dengan bulan ibadah seperti awal dan akhir ramadhan, pada masa Nabi Saw dilakukan dengan lebih banyak menggunakan metode ruyat. Metode ruyat yaitu melihat langsung penampakan hilal yang pertama kali muncul di awal bulan.

Jika seandainya hilal tidak kelihatan karena awan atau yang lain, maka bulan itu digenapkan menjadi tiga puluh hari. Hal ini dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya karena satu-satunya metode yang mungkin untuk dilakukan pada saat itu yaitu hanya dengan metode ruyat semata. Di mana teknologi tentang ilmu falak dan astronomi pada saat itu masih belum berkembang seperti era sekarang.

Baca Juga  Gerhana Matahari dalam Khazanah Islam

***

Hal ini dikuatkan oleh sabda Nabi Saw dalam salah satu hadisnya yang menyatakan bahwa umatnya itu masih dalam keadan ummy yaitu belum bisa menulis dan berhitung dalam arti perhitungan matematis. Berikut redaksi hadis itu yang artinya adalah sebagai berikut “Sesungguhnya Nabi Saw telah bersabda: sesungguhnya kami adalah ummat yang ummy tidak bisa menulis dan tidak bisa menghitung. Bulan itu begini dan begini dan begini. Yakni Beliau melipatkan ibu jarinya pada yang ketiga, dan bulan itu begini dan begini dan begini. Yakni sempurna tiga puluh

Sehingga memang pada zaman Nabi dan para sahabat penggunaan ilmu falak dan hisab belum dapat dilakukan. Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk dalam bidang astronomi, akurasi metode hisab atau falak jauh lebih baik dari pada hanya sekedar ruyat. Di samping itu sebenarnya dari hadits Nabi di atas dapat kita maknai kata qadarkanlah dan sempurnakanlah adalah suatu isyarat bahwa ada metode lain selain melihat bulan secara langsung. Metode lain itu mengisyaratkan dengan metode perhitungan ilmu falak atau ilmu hisab.

Urgensi Belajar Ilmu Falak

Oleh karena itu di era modern seperti sekarang ini kebutuhan akan ilmu falak menjadi begitu sangat penting. Karena berkaitan dengan masalah ibadah yang mempengaruhi bagaimana nanti kekhusyuan dalam menjalankan ibadah tersebut. Secara umum aplikasi dan penggunaan ilmu falak atau hisab adalah untuk menentukan waktu-waktu yang ada di bumi (hari, bulan, dan tahun) dan berkaitan dengan prediksi kapan terjadinya fenomena-fenomena yang terjadi pada benda-benda langit (penentuan arah kiblat dan gerhana).

Selanjutnya secara khusus atau secara syar’i tujuan penggunaan ilmu falak adalah pertama, untuk menentukan arah kiblat suatu daerah di seluruh permukaan bumi. Kedua,menentukan jadwal awal waktu shalat di seluruh daerah di permukaan bumi supaya kita dapat mempersiapkan segala sesuatunya sebelum melaksanakan shalat. Ketiga, menentukan awal dan akhir bulan-bulan ibadah secara lebih akurat.

Baca Juga  Al-Qur'an dan Big Data (Part 1)

***

Contohnya seperti menentukan awal dan akhir bulan Ramadhan, menentukan awal tahun hijriyah, menentukan tanggal 10 Zulhijah dan menetukan pembuatan kalender Hijriyah secara akurat. Kemudian yang terakhir, keempat adalah untuk memprediksi kapan waktu terjadinya gerhana, baik itu gerhana bulan maupun matahari. Karena ada salah satu bentuk ibadah sunnah yang berkaitan dengan fenomena gerhana tersebut yaitu shalat gerhana.

Apalagi di era seperti sekarang ini penggunaan ilmu falak sudah didukung oleh software-software computer yang mudah dan murah. Ada banyak software computer dalam aplikasi ilmu falak seperti: Accurate Times, Moonphase, Qiblah, Stellarium dan lain-lain yang tingkat akurasinya dikatakan oleh ilmuwan maupun ulama falak mendekati keadaan yang sebenarnya.  Dengan seperti itu Ilmu falak atau astronomi selain sebagai kekayaan khazanah dalam hal keilmuan Islam namun juga sebagai contoh nyata bentuk penerapan suatu ilmu dalam kehidupan manusia yang sangat penting untuk diperhatikan.

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (3): Praktik Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah tidak menjadikan tasawuf sebagai landasan organisasi, berbeda dengan organisasi lainnya seperti Nahdlatul Ulama. Akan tetapi, beberapa praktik yang bernafaskan tentang tasawuf…
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (2): Diskursus Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah pada awal mula berdirinya berasal dari kelompok mengaji yang dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan dan berubah menjadi sebuah organisasi kemasrayarakatan. Adapun…
Tasawuf

Urban Sufisme dan Conventional Sufisme: Tasawuf Masa Kini

3 Mins read
Agama menjadi bagian urgen dalam sistem kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, pasti memiliki titik jenuh, titik bosan, titik lemah dalam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds