Oleh Saleh P Daulay*
Suatu hari, di awal Desember 2019, Pak Asli Chaidir, anggota DPR Fraksi PAN asal Sumbar, menelpon saya. Dia meminta saran terkait tempat pengobatan yang mungkin pas untuk Mas Kuswiyanto. Sebelumnya, saya sudah mendengar samar-samar kalau Mas Kus memang sakit. Tetapi saya tidak tahu sakitnya apa. Hari itulah, pak Asli menjelaskan ke saya soal penyakitnya.
“Dia sudah berobat ke banyak rumah sakit, pak Saleh. Di Surabaya, saat ini, dia berobat jalan di rumah sakit yang terkenal bisa mengatasi penyakit seperti itu. Ternyata belum sembuh juga. Karena itu, dia kemungkinan akan berangkat ke Pineng, Malaysia untuk berobat lanjut. Tapi dia masih berupaya jika masih ada langkah lain yang bisa ditempuh”, kata Pak Asli menjelaskan.
Saya dan Mas Kus
Seketika, saya teringat dengan Pak Nagin, teman kakak saya mengajar pelajaran Agama Islam di SMPN 1 Medan. Pak Nagin ini pernah menderita sakit seperti Mas Kus. Bahkan lebih parah lagi. Lehernya sudah bernanah keliling. Sudah berobat ke mana-mana, bahkan sampai ke Pineng. Tidak sembuh juga. Hingga akhirnya dia berobat ke salah seorang ustad di Medan yang kebetulan asalnya dari tanah Karo.
“Pak Asli, bagaimana kalau dibawa ke Medan aja. Ada teman kakak saya yang penyakitnya sama dengan Mas Kus ini. Alhamdulillah, sekarang sudah sehat walafiat dan sudah bisa mengajar kembali. Padahal, waktu berobat ke Pineng juga tidak sembuh”, kata saya menawarkan.
“Kalau begitu, kita sampaikan ke Pak Kuswiyanto ya. Mana tahu dia mau ke Medan”, kata Pak Asli.
“Iya Pak. Saya juga nanti akan telpon Mas Kus. Saya juga akan minta tolong kakak agar difasilitasi. Kalau yang mau ke Medan, nanti saya juga bantu. Mudah-mudahan bisa sama-sama berangkat”, kata saya menambahkan.
Pak Asli kemudian berkomunikasi dengan Mas Kus. Saya juga menelepon. Kelihatannya, dia tertarik. Tetapi dia tidak bisa langsung berangkat. Dia masih harus ikut terapi di Surabaya sebelum ke Medan. Untuk meyakinkan Mas Kus, saya memberikan nomor telpon Pak Nagin. Saya minta Mas Kus langsung berkomunikasi dengan yang bersangkutan.
Setelah itu, Mas Kus WA saya. Katanya, dia siap berangkat ke Medan, Senin tanggal 23 Desember. Waktu itu, saya merasa lega. Saya berharap upaya ini bisa membantu Mas Kus.
Namun apa daya, kelihatannya rencana upaya berobat ke Medan terpaksa tidak jadi. Kelihatannya, penyakit Mas Kus makin parah. Hingga akhirnya kemarin, Mas Kuswiyanto dipanggil menghadap Allah SWT. Semoga amal ibadah dan seluruh kebaikannya dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT.
Politisi Sederhana dan Disegani
Ketika pertama sekali menjadi anggota DPR, saya dan Mas Kus ditempatkan di Komisi VIII mengurusi masalah sosial, agama, perempuan, anak, dan bencana. Walaupun sudah kenal lama, karena sama-sama aktif di ortom persyarikatan, tetapi saya mengenalnya lebih dekat setelah di Senayan.
Mas Kus adalah politisi yang amanah. Seingat saya, dia sangat jarang absen di rapat, baik rapat komisi, fraksi, maupun paripurna. Dalam setiap rapat, terutama yang berkenaan dengan umat, Mas Kus selalu bersikap kritis. Sangat wajar jika para mitra kerja sangat segan dan berhati-hati memberikan data dalam paparannya. Tidak hanya itu, Mas Kus tidak pernah meninggalkan rapat sebelum rapatnya selesai. Bahkan, ketika kami rapat menentukan ongkos haji, Mas Kus tetap ada hingga pukul 3.30 menjelang Subuh.
Dari sisi penampilan, Mas Kus orangnya sangat rapi, tetapi bersahaja dan sederhana. Suka menyapa dan sesekali bercanda. Walau demikian, dia memiliki prinsip yang dipegangnya dengan teguh. Bahkan, demi prinsip itu, dia rela berseberangan dengan orang yang dinilainya berbuat tidak baik. Dalam beberapa masalah yang dihadapinya, Mas Kus sering berbagi dengan saya.
Bahkan, ketika memutuskan untuk maju menjadi Calon Wakil Bupati Bojonegoro, Mas Kus juga meminta pendapat saya. Waktu itu, saya meminta agar dia tidak usah maju. Sebab, tugas-tugas di DPR juga banyak yang harus dikawal. Tetapi, dia merasa justru lebih bermanfaat jika dia ikut bertarung dan memenangkan pilkada tersebut.
Setelah mengundurkan diri dari DPR, intensitas komunikasi saya berkurang dengan Mas Kus. Saya malah kembali berkomunikasi setelah dia sakit dan berencana mencari pengobatan alternatif itu.
Ya begitulah kehidupan. Kadang apa yang direncanakan, bukan seperti itu yang ditentukan oleh Allah. Semua harus dihadapi dengan iman dan sabar.
.
*) Saleh P Daulay, junior dan sahabat Mas Kuswiyanto.
.
Editor: Arif