Akhlak

Inilah Bentuk Perilaku Durhaka Terhadap Kedua Orang Tua Menurut Islam

4 Mins read

Durhaka Kepada Orang Tua

Pada zaman Rasulullah, ada seseorang (anak) mengata-ngatai kedua orang tuanya dengan perkataan “uf/uh”. Anak itu bernama  Abdur Rahman ibnu Abu Bakar r.a. Awalnya ayah-ibu mengajaknya masuk Islam. Sambil melontarkan kata “uf/ aha, atau cis”, si anak tetap membantah bahwa seperti itu sudah kuno/ hanya dongeng masa lalu, atau tidak sesuai zaman. Ibu-bapaknya mengingatkan kesalahan itu kepada anaknya dan memohonkan ampun kepada Allah. Allah mengabarkan orang seperti itu adalah orang yang merugi. Allah telah menentukan azab neraka kepada mereka yang durhaka. (Ababun Nuzul QS. Al-Ahqaf: 17-18)

Durhaka menurut KBBI berarti ingkar terhadap perintah (Tuhan, Orang tua, Dsb.) Durhaka kepada orang tua adalah dosa besar.

حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ الْمُسَيَّبِ عَنْ وَرَّادٍ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ الْأُمَّهَاتِ وَمَنْعًا وَهَاتِ وَوَأْدَ الْبَنَاتِ وَكَرِهَ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ

Telah menceritakan kepada kami Sa’d bin Hafsh dan telah menceritakan kepada kami Syaiban dari Manshur dari Al Musayyib dari Warrad dari Al Mughirah bin Syu’bah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka kepada kedua orang tua, tidak suka memberi namun suka meminta-minta dan mengubur anak perempuan hidup-hidup. Dan membenci atas kalian tiga perkara, yaitu; suka desas-desus, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta.” (HR. Bukhari: 5518)

Mengapa Tidak Boleh Durhaka kepada Orang Tua?

Ada beberapa alasan pokok, mengapa durhaka kepada kedua orang tua itu dilarang dalam Islam:

  • Jasa ibu tidak bisa dibandingkan dengan yang lain. Jasa itu adalah mengandung anaknya selama sembilan bulan sepuluh hari. Jasa ini tidak bisa diwakili orang lain. (QS. Luqman 14)
  • Pengorbanan ketika melahirkan. Bagaimana susah dan sakitnya ketika melahirkan tidak bisa diwakilkan orang lain, misalnya ayah/suami ibu. (QS. An-Nahl: 78, QS. Al-Ahqaf: 15)
  • Menyusui anaknya selama dua tahun (QS. Luqman: 14) atau selama 30 bulan (QS. Al-Ahqaf: 15). Terpaksanya jasa ini bisa diwakili oleh ibu susuan atau diganti dengan asupan gizi yang lain.
  • Orang tua telah merawat dan mendidik anaknya pada masa bayi bawah lima tahun, dengan kehangatan dan mendidik ilmu komunikasi awal dan cara merawat diri. (QS. An-Nahl: 78)
  • Mencari nafkah untuk menghidupi anak-anaknya. Mencari nafkah pada umumnya dilaksanakan oleh ayah. Mungkin karena situasi tertentu, bisa saja mencari nafkah keluarga dilakukan oleh ibu ataupun ahli kerabat yang lain. (QS. Al-Baqarah: 233)
Baca Juga  Noorhaidi Hasan: Mendamaikan Konsep Civil Society dengan Islam

Bentuk Perilaku Durhaka Kepada Kedua Orang Tua

  1. Berkata kasar kepada orang tua seperti kata-kata, :ah, cis, uh, dancuk, sialan,  dan lain lain yang sama makna, yang menyebabkan orang tua bersedih hati, apalagi sampai menangis. (QS. Al-Ahqaf: 17)
  2. Jika diberi nasihat malah membantah, terutama yang berkaitan dengan akidah dan ajaran akhlak/moral/budi pekerti, sopan santun, atau pun etika lainnya yang membuat orang tuanya marah. (QS. Al-Ahqaf: 17)
  3. Membentak-bentak kedua orang tua dengan volume suara keras dan intonasi tinggi, terutama kalau orang tua sudah agak tuli dan gagal paham. (QS. Al-Isra’: 23)
  4. Tidak menyahut panggilan orangtua seperti yang dilakukan oleh Juraij. Panggilan orang tua harus direaksi/benar-benar disambut meskipun si anak sedang shalat, yaitu dengan mengeraskan lafald/bacaan shalat misalnya takbir Allahu Akbar/
  5. Mengabaikan orang tua karena kalah wibawa dengan istri, seperti perilaku sahabat Alqamah. Pada akhir hidupnya, beliau mengalami kesulitan mengucapkan kalimat thayyibah.
  6. Memukuli orang tuanya sampai orang tua minta tolong, adalah amalan yang dilaknat malaikat. Namun sekarang, kedurhakaan anak tidak hanya memukul sekali dua kali, bahkan sampai tega memenjarakan orang tua sendiri. Ada juga sampai tega membunuh dengan tangan sendiri. Na’udu billahi min dzalika.

Kisah Alqamah yang Lebih Mementingkan Istri Dibanding Ibunya

Dikisahkan, saat ‘Alqamah sakit keras, istrinya mengirim utusan kepada Rasulullah. Begitu menerima kabar, Rasulullah Saw langsung mengutus ‘Ammar, Bilal, dan Shuhaib untuk menjenguk ‘Alqamah dan mengajarinya mengucap kalimat tauhid, Lailahaillallah. Namun, lisannya kelu tak kuasa berucap.   

Akhirnya, mereka kembali memberitahukan hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bertanya, “Apakah di antara kedua orang tuanya masih ada yang hidup?” Disampaikan kepadanya, “Ada, wahai Rasul, ibunya. Ia sudah sangat tua.”  

Baca Juga  PCIM Jerman Gelar Halalbihalal dan Doa untuk Buya Syafii

Rasulullah saw  meminta, “Temuilah ibunya. Sampaikan, ‘Jika engkau masih kuat, datanglah kepada Rasulullah. Jika tidak, diamlah di rumah. Dan Rasulullah yang akan menemuimu.’”  

Singkat cerita, utusan Rasulullah Saw pun bergegas menemuinya. Setiba di hadapan ibunda ‘Alqamah, sang utusan menyampaikan pesan tadi. Dengan bantuan tongkatnya, ibunda ‘Alqamah pun berangkat menemui Nabi Saw.

Setibanya, ia mengucap salam dan dijawab oleh Nabi Saw. Kemudian, Baginda Nabi bertanya, “Wahai ibunda ‘Alqamah, jujurlah kepadaku. Jika berbohong, wahyu Allah akan turun kepadaku. Bagaimana keadaan anakmu?” Ia menjawab, “Wahai Rasul, ‘Anakku itu rajin shalat, rajin puasa, dan banyak sedekah.”  

***

“Lantas bagaimana keadaanmu kepadanya?” desak Rasulullah Saw.

“Aku tidak suka kepadanya. Karena ia lebih mementingkan istrinya, dan durhaka kepadaku.” “Berarti, murka sang ibunda yang membuat ‘Alqamah terhalang mengucap syahadat,” ungkap Rasulullah Saw. Kemudian, Baginda Nabi Saw berkata kepada Bilal, “Hai Bilal, kumpulkanlah kayu bakar sebanyak-banyaknya.” “Untuk apa, ya Rasul?” sela ibunda ‘Alqamah. “Aku akan membakar ‘Alqamah.”  

“Wahai Rasul, dia itu anakku. Hatiku tetap tak tega melihatmu membakar tubuhnya. Apalagi dilakukan di depan mataku sendiri,” rajuk ibunda ‘Alqamah.  

“Wahai ibunda ‘Alqamah, azab Allah itu lebih berat dan lebih kekal. Jika kau ingin Allah mengampuninya, maka ridlai dia. Demi Dzat yang menggenggam jiwaku, shalat, puasa, dan sedekah ‘Alqamah tidak ada manfaatnya selama engkau masih murka kepadanya,” kata Rasulullah Saw panjang lebar.  

“Wahai Rasulullah, di hadapan Allah, para malaikat-Nya, dan seluruh kaum Muslimin yang hadir, aku bersaksi bahwa aku meridlai anakku ‘Alqamah,” ikrar sang ibunda.  

Tak berpikir panjang, Bilal pun menuju rumah ‘Alqamah. Dari luar rumah, dirinya mendengar ‘Alqamah mengucap Lailahaillallah. Setelah itu, Bilal masuk ke dalam rumah dan menyampaikan, “Wahai semua yang hadir, sesungguhnya murka sang ibunda-lah yang membuat lisan ‘Alqamah terhalang mengucap syahadat. Setelah ibunya rida, barulah lisan ‘Alqamah ringan mengucapnya.” 

Baca Juga  Menelusuri Socrates dan Islam Rahmah

‘Alqamah mengembuskan napas terakhir. Pada saat pemakaman, baginda Nabi saw berdiri di pinggir lubang kubur dan berpidato,

“Wahai kaum Muhajirin dan Anshar, siapa saja yang mementingkan istrinya daripada ibunya, maka laknat Allah, para malaikat, dan seluruh manusia adalah untuknya. Allah tidak akan menerima kebaikan dan keadilannya kecuali ia bertobat kepada Allah, memperbaiki sikapnya kepada ibu, dan berusaha mengejar ridlanya. Sesungguhnya ridla Allah berada pada ridla ibu. Murka Allah juga berada pada murka ibu.”

Editor: Saleh

Avatar
77 posts

About author
Majelis Pustaka PCM Semin
Articles
Related posts
Akhlak

Mentalitas Orang yang Beriman

3 Mins read
Hampir semua orang ingin menjadi pribadi yang merdeka dan berdaulat. Mereka ingin memegang kendali penuh atas diri, tanpa intervensi dan ketakutan atas…
Akhlak

Solusi Islam untuk Atasi FOPO

2 Mins read
Pernahkan kalian merasa khawatir atau muncul perasaan takut karena kehilangan atau ketinggalan sesuatu yang penting dan menyenangkan yang sedang tren? Jika iya,…
Akhlak

Akhlak dan Adab Kepada Tetangga dalam Islam

3 Mins read
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis berikut ini: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds