Report

Inilah Enam Prinsip Cegah Praktik Kekerasan di Pesantren

1 Mins read

IBTimes.ID – Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Rita Pranawati menyebut bahwa dalam beberapa kasus, kultur, keyakinan, dan nilai yang dianut justru menjadi penguat bagi praktik-praktik kekerasan. Misalnya, di Papua ada istilah “Di ujung rotan ada emas”. Artinya, pendidik belum dianggap mendidik jika belum memukul dengan tongkat. Masih ada budaya yang menganggap kekerasan sebagai hal yang lumrah.

Kasus-kasus praktik kekerasan di lembaga pendidikan terjadi secara merata. Mulai dari Bandung, Banyuwangi, Jombang, Malang, Papua, Sulawesi, dan lain-lain.

Menurut Rita, anak juga sering dianggap sebagai orang yang lemah. Sehingga, anak mudah dijadikan sebagai korban kekerasan. Padahal, di Muhammadiyah, Rita menyebut ada prinsip al-karamah al-insaniyyah, yaitu prinsip yang menghargai harkat martabat kemanusiaan tanpa memandang status anak atau bukan anak.

“Relasi kuasa juga sering menjadi penyebab. Misalnya senior dengan junior. Kalau di asrama ada pendamping. Pengasuh kepada peserta didik,” ujarnya dalam Pengajian Umum PP Muhammadiyah, Jumat (16/9/2022).

Pendisiplinan, imbuhnya, sejatinya bertujuan untuk menciptakan anak didik yang berakhlak mulia, humble, dan knonwledgeable. Maka, pendisiplinan harus bertujuan untuk membangun kesadaran, bukan untuk sekedar balas dendam.

Prinsip-prinsip Pendidikan Berbasis Asrama

Rita menyebut ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menyelenggarakan sekolah berbasis asrama atau pesantren. Pertama, anak 24 jam berada di asrama. Sehingga tingkat kejenuhan dan situasinya sangat berbeda. Keterikatan antara siswa dengan guru atau pengasuh sangat intens. Maka aspek pengasuhan harus menjadi kunci utama.

Kedua, imbuhnya, orang tua harus menyampaikan kondisi kesehatan dan psikologi anak ke pengasuh di asrama. Sehingga ada antisipasi terjadinya praktik kekerasan terhadap anak. Ketiga, komunikasi pengasuh dengan orang tua adalah hal yang penting.

Baca Juga  Cegah 3 Dosa Besar Pendidikan, Peace Generation Gelar AoP Summit

Keempat, pendampingan & pengawasan oleh guru yang sudah matang dan cakap. Sehingga anak-anak memiliki kepercayaan terhadap lembaga pendidikan tersebut,” imbuhnya.

Kelima, mekanisme pelaporan. Peserta didik harus memahami kemana mereka berkonsultasi maupun melaporkan masalah yang dihadapi. Keenam, pendisiplinan untuk kesadaran, bukan untuk balas dendam.

“Solusinya, kalau bicara anak, kita bicara soal kebijakan keselamatan anak. Upaya pencegahan praktik kekerasan harus lebih maksimal dibandingkan dengan penanganan. Penanganan itu lebih panjang. Maka lebih baik pencegahan,” ujar Rita.

Pencegahan dimulai sejak rekrutmen pengelola dan pengasuh. Proses rekrutmen harus melihat rekam jejak calon pengasuh. Pengelola juga harus memahami konvensi hak anak, penyelenggaraan pendampingan anak, dan lain-lain.

Selain itu, penting sekali membuat SOP dan program agar selalu ada pendampingan di jam-jam rentan. Termasuk bagaimana pola pendisiplinan anak didik agar tidak melahirkan berbagai praktik kekerasan dengan dalih pendisiplinan.

Reporter: RH

Avatar
1420 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

Hilman Latief: Kader Muda Muhammadiyah Harus Paham Risalah Islam Berkemajuan

2 Mins read
IBTimes.ID – Hilman Latief, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia menyebut, kader muda Muhammadiyah harus paham isi daripada…
Report

Ema Marhumah: Islam Agama yang Ramah Penyandang Disabilitas

1 Mins read
IBTimes.ID – Ema Marhumah, Dosen Tafsir dan Hadis Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta mengatakan bahwa Islam adalah agama yang ramah terhadap…
Report

Salmah Orbayinah: Perempuan Penyandang Disabilitas Berhak Atas Hak Pendidikan

2 Mins read
IBTimes.ID – Salmah Orbayinah Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah (PPA) menyebut, perempuan penyandang disabilitas berhak atas hak pendidikan. Pendidikan menjadi hak dasar…

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds