Riset

Insiden di Turi, Sleman: Perlu Pendekatan Komprehensif

2 Mins read

Sebenarnya, di satu sisi saya masih berat membahas soal kecelakaan atau insiden di Turi, Sleman, kemarin sore (21/2). Terlalu berat, baik bagi saya pribadi apalagi bagi ayah-ibu, karena kehilangan anaknya. Pun demikian, ada beberapa catatan yang perlu ditulis sebagai pengingat dan perbaikan bagi kita semua ke depan.

Tiga Catatan

Pertama, secara teologis. Bagaimanapun bentuk kejadian atau insiden di Turi, hendaklah kita berprasangka baik pada Tuhan Yang Rahman dan Rahim. Allah membuat skenario terbaik atas semua makhluknya yang bila itu berbentuk sesuatu yang “buruk,” maka itu adalah bentuk penyucian diri makhluk-Nya. Sehingga menjadi penyebab diterima oleh tangan Tuhan secara terbuka yang penuh kebahagiaan abadi. Di samping itu, skenario itu menjadi cobaan kenaikan tingkat, anak tangga pendekatan diri pada-Nya, dan sebagai sarana perbaikan kehidupan manusia secara luas. Dengan demikian, pemaknaan kita atas kejadian itu bukanlah azab dalam makna peyoratifnya, dan memberikan penilaian negatif atas korban.

Kedua, akhlak atau etika. Secara etis, kita yang tidak terlibat langsung dengan insiden di Turi hendaknya menjaga perasaan keluarga korban dengan tidak membagikan foto-foto kejadian, foto korban, foto anak-anak yang tengah mengalami tekanan mental yang berat itu. Bila ingin berbagi ungkapan kesedihan dan bela sungkawa, hendaknya dilakukan dengan baik tanpa eksploitasi wajah anak. Demikian juga, hendaknya menggunakan kata-kata yang tidak menyudutkan, yang semakin membuat pihak-pihak yang mengalami kejadian itu makin berat.

Ketiga, secara profesional. Setiap latihan, kegiatan dan acara dengan berbagai bentuknya, harus diperhitungkan secara matang, khususnya bagian safety dan security. Apalagi kalau melibatkan banyak orang. Kegiatan-kegiatan tertentu, memiliki risiko yang lebih tinggi sehingga perhitungan dan penjagaan juga harus lebih kuat. Praksisnya, di kepanitiaan harus ada bagian safety dan security khusus, jangan dibebankan hanya pada ketua pelaksana.

Baca Juga  Kiri Islam, Alternatif Menghadapi Superioritas Barat

Tugas bagian safety dan security adalah merencanakan pengamanan dan keselamatan atas seluruh pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan secara detil. Perencanaan itu dibuat menjadi SOP yang ketat. Kemudian melaksanakan perencanaan dan SOP  itu secara disiplin, tidak ada satupun hal yang dianggap kecil dan remeh kalau bicara soal safety. Sudah banyak sekali pelajaran dan pengalaman soal ini, di mana satu hal kecil bisa menyebabkan malapetaka besar, misalnya setitik bara di sebatang korek api yang tampaknya sudah mati menyebabkan kebakaran hutan yang hebat.

Pasca Insiden

Saya ingat bagaimana mentor saya marah besar karena tali prusik atau karmantel (tali untuk naik turun tebing) terinjak. Apa pasal? Kalau terinjak lalu ada sebutir pasir masuk ke serat tali, lama kelamaan tali yang menegang karena dipakai angkut beban itu tergesek-gesek dalamnya oleh butir pasir itu, maka akan aus dan robek sedikit demi sedikit di bagian dalam. Kalau tali itu dipakai bergantung, bisa tiba-tiba putus. Apa nyawa kita mau ditukar sebutir pasir? Ya, sedetil itu!

Kesadaran atas safety ini sudah cukup baik terlaksana di banyak bidang: industri, perhotelan, rumah sakit, gedung-gedung bertingkat  dan sebagainya. Ini saatnya masuk ke dunia pendidikan anak.

Pasca insiden di Turi, tentu teman-teman tim Kesehatan, Pencarian, dan Pertolongan akan sigap melakukan tugasnya. Kita harus berterima kasih pada mereka yang juga acap kali menempuh risiko untuk menemukan dan menyelamatkan korban.

Nah, setelah itu, sangat penting penanganan psikologis baik untuk anak-anak yang selamat, orang tua korban, termasuk kakak pembina kegiatan itu. Beban psikologis mereka sangat.. sangat.. sangat berat! Apalagi, ditambah tekanan dari berbagai pihak termasuk para netizen. Kalau tidak ditangani baik, trauma psikologis ini akan tertanam lama sekali dan menghambat kehidupan mereka. Bisa jadi, mereka tidak lagi mau beraktivitas di alam bebas sama sekali, bahkan tidak berani keluar rumah. Bisa juga sampai depresi berat jangka panjang.. atau sampai mengalami Post Traumatic Stress Disorder yang manifestasinya bisa sangat berat: skizofrenia sampai munculnya hasrat bunuh diri..

Baca Juga  Suami-Istri dan Tidur Bersama: Konsep Pasangan dalam QS al-Naba’ Ayat 8 & 9

Tak henti saya berdoa untuk para korban, survivor, keluarganya, dan semua yang terkait dengan insiden di Turi. Semoga hasilnya akan baik semua. Amin!

Editor: Arif

17 posts

About author
Santri Nogotirto. Dokter Spesialis Anestesi
Articles
Related posts
Riset

Di mana Terjadinya Pertempuran al-Qadisiyyah?

2 Mins read
Pada bulan November 2024, lokasi Pertempuran al-Qadisiyyah di Irak telah diidentifikasi dengan menggunakan citra satelit mata-mata era Perang Dingin. Para arkeolog baru…
Riset

Membuktikan Secara Ilmiah Keajaiban Para Sufi

2 Mins read
Kita barangkali sudah sering mendengar kalau para sufi dan bahkan Nabi-nabi terdahulu memiliki pengalaman-pengalaman yang sulit dibuktikan dengan nalar, bahkan sains pun…
Riset

Lazismu, Anak Muda, dan Gerakan Filantropi untuk Ekologi

2 Mins read
“Bapak ini kemana-mana bantu orang banyak. Tapi di kampung sendiri tidak berbuat apa-apa. Yang dipikirin malah kampung orang lain,” ujar anak dari…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds