Perspektif

Islam dan International Mind

3 Mins read
Oleh: Rahmat Zuhair*

 

Islam adalah agama yang damai, menjadikan penganutnya menjadi manusia yang paripurna. Islam dan international mind adalah teman sejati. Karena Islam adalah agama yang menjadikan perdamaian dunia sebagai salah satu tujuannya. Tetapi perang pemikiran yang ada sekarang membuat Islam menjadi agama yang ditakuti oleh sebagian orang. Bahkan penganutnya sekalipun menjadi takut dalam mendalami ajaran Islam.

 

Islam Agama Damai

Islam adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah Kristen, pemeluk Islam saat ini lebih dari 1,5 miliar jiwa di seluruh dunia. Islam punya arti penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Konsep penyerahan diri dalam Islam mempunyai arti bahwa kita hidup di dunia dan saat ini bukanlah dengan kekuatan individu. Melainkan ada dzat yaitu Allah Subhanahu Wa Taala yang mengatur segalanya.

Islam sebagai agama perdamaian menuntun para penganutnya untuk menjadi manusia manusia yang paripurna dalam berpikir dan bertindak. Menjadi sebuah keharusan di dalam agama Islam bahwa seorang hamba harus menyesuaikan perkataan dan tindakannya. Jika tidak, seseorang akan termasuk golongan orang-orang munafik. Begitupun sebaliknya tindakan harus diselaraskan dengan perkataan, karena pembohonglah yang tidak mempunyai sifat tersebut.

Islam memandang perdamaian adalah sebuah keharusan, karena di dalam ajaran Islam tidak ada satupun yang bertentangan dengan fitrah manusia. Ketika ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini menjadikan kita bingung dan berseberangan dengan pikiran kita, maka yang perlu dilakukan oleh seorang muslim adalah kembali kepada Alquran dan Hadiss.

Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah:115)

Baca Juga  Jabatan adalah Amanat: Jangan Dikejar!

Ayat diatas menyadarkan kepada kita bahwa seharusnya sebagai seorang muslim dimanapun dia pergi maka kita harus tetap menunjukkan sikap sebagai muslim yang sejati. Sikap dimana memandang orang lain sebagai makhluk ciptaan yang sama dengan kita. Semua yang ada dibumi maupun dilangit adalah ciptaan Allah Subhanahu Wa Taala.

Tugas kita adalah bersikap seperti yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam yaitu “berbudilah kepada sesamamu dengan budi yang mulia”. Tidak peduli apakah dia Islam atau bukan. Tanpa perhitungan apakah dia satu kelompok dengan kita atau bukan. Tugas kita adalah menurunkan ego masing masing untuk tetap menjaga toleransi dan perdamaian dengan sesama ciptaan Allah Subhanahu Wa Taala.

 

Islam dan International Mind

Mengutip salah satu pesan dari cendekiawan muslim Indonesia yaitu Buya Hamka, beliau mengatakan, “Rasa kebencian dan permusuhan jiwa sendiri merana, karena akan membodohkan diri sendiri dan termakan barang yang dipantangkan. Kita tidak tahu karena tidak berilmu”. Menjadi sebuah keharusan untuk kita mempunyai pikiran terbuka (open mind) dalam berkehidupan global.

Menjawab ketakutan orang orang yang menganggap Islam adalah agama yang radikal, tugas kita sebagai muslim seharusnya memperbaiki pola pikir dan konsisten belajar. Pola pikir yang dimaksud adalah pola pikir dalam bersosialisasi. Seharusnya seorang muslim memandang sesama manusia adalah sama. Karena sama-sama ciptaan Tuhan, bukan sama dalam hal kelompok dan keyakinan.

Terlalu sempit bagi seorang muslim jika memiliki pola pikir dalam bersosialisasi yang menganggap benar kelompok sendiri. Dalam setiap pribadi muslim harus tertanam pola pikir International minded yang artinya adalah saling menghargai, saling kenal, dan harus kritis. Pola pikir seperti ini bukan menjadikan kita rendah diri terhadap bangsa ataupun kelompok lain. Justru bertujuan untuk menjaga kemaslahatan umat seluruh alam.

Baca Juga  RUU P-KS: Mandat IWD dan Kesepakatan Beijing

Allah sendiri, pencipta manusia sebagai makhluk sosial, menyeru mereka semua dengan firman-Nya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa dia antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal” (QS. al-Hujurat ayat: 13).

Untuk memiliki international mind seorang muslim tak harus melancong ke segala penjuru bumi. Karena ada beberapa keterbatasan mulai dari biaya, waktu dan faktor lain jika harus melancong ke banyak tempat. Islam telah menawarkan satu solusi untuk memiliki pola pikir tersebut yaitu dengan membaca. Dengan membaca kita mengenal siapa pencipta kita dan bagaimana kita harus bersikap.

Buku adalah jendela dunia. Maka untuk mengenal dunia kita harus banyak membaca. Dengan mengenal dunia maka secara tidak langsung kita sedang membangun pondasi pola pikir international minded. Yang sesungguhnya merupakan nilai dari ajaran Islam itu sendiri.

 

*) Mahasiswa IPB University

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds