Tarikh

Islam di Asia Tenggara: Masuk dengan Perdamaian, Bukan Kekerasan

3 Mins read

Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka, sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara, dan Asia Barat.

Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu kelihatan sejalan dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China di bawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).

Masuknya Islam ke Negeri China

Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab sudah turut serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China. Pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) Kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah datang empat orang Muslim dari Jazirah Arabia.

Yang pertama, bertempat di Canton (Guangzhou), yang kedua menetap di kota Chow, yang ketiga dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalah seorang mubalig dan sahabat Nabi Muhammad dalam sejarah Islam di China. Ia juga mendirikan masjid di Canto, yang disebut Masjid Wa-Zhin-Zi (Masjid kenangan atas Nabi).

Karena itu, sampai sekarang, kaum muslim China membanggakan sejarah perkembangan Islam di negeri mereka, yang dibawa langsung oleh sahabat dekat Nabi Muhammad sendiri, sejak abad ke-7 dan sesudahnya. Makin banyak orang Muslim berdatangan ke negeri China, baik sebagai pedagang maupun mubalig yang secara khusus melakukan penyebaran Islam.

Sejak abad ke-7 dan abad selanjutnya Islam telah datang di daerah bagian Timur Asia, yaitu di negeri China, khususnya China Selatan. Namun ini menimbulkan pertanyaan tentang kedatangan Islam di daerah Asia Tenggara (Zubaidah: 2016).

Baca Juga  Islam Liberal dan Islam Literal: Benci, tapi Rindu

Islam Masuk Asia Tenggara

Islam masuk ke Asia Tenggara melalui suatu proses damai yang berlangsung selama berabad-abad. Penyebaran Islam di kawasan ini terjadi tanpa pergolakan politik ataupun melalui ekspansi pembebasan yang melibatkan kekuatan militer, pergolakan politik, pemaksaan, struktur kekuasaan, dan norma-norma masyarakat dari luar negeri, melainkan masuk melalui jalur perdagangan, perkawinan, dakwah, dan pembauran masyarakat muslim Arab, Persia, dan India dengan masyarakat pribumi.

Watak Islam seperti itu diakui banyak pengamat atau orientalis di masa lalu, di antaranya Thomas W. Arnold. Dalam buku klasiknya, The Preaching of Islam, Arnold menyimpulkan bahwa penyebaran dan perkembangan Islam di Asia Tenggara berlangsung secara damai. Azyumardi menambahkan bahwa penyebaran Islam di Asia Tenggara berbeda dengan ekspansi Islam di banyak wilayah Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika yang oleh sumber-sumber Islam di Timur Tengah disebut fath (atau futuh), yakni pembebasan, yang dalam praktiknya sering melibatkan kekuatan militer. Meskipun futuh di kawasan-kawasan yang disebutkan terakhir ini tidak selamanya berupa pemaksaan penduduk setempat untuk memeluk Islam. Sebaliknya, penyebaran Islam di Asia Tenggara tidak pernah disebut sebagai futuh yang disertai kehadiran kekuatan militer.

Masuknya Islam ke berbagai wilayah di Asia Tenggara tidak berada dalam satu waktu yang bersamaan, Melainkan berlangsung selama berabad-abad, dan tidak merata di seluruh tempat. Kondisi wilayah-wilayah di Asia Tenggara pada saat itupun berada dalam situasi politik dan kondisi sosial budaya yang berbeda-beda. Misalnya, pada paruh kedua abad ke-13 M, para penguasa di Sumatera Utara (di Aceh yang sekarang ini) sudah menganut Islam.

***

Pada saat yang sama, hegemoni politik di Jawa Timur masih di tangan raja-raja beragama Syiwa dan Budha di Kediri dan Singasari. Ibu kota Majapahit, yang pada abad ke-14 sangat penting, pada waktu itu belum berdiri. Begitu pula Kerajaan Islam Demak, ia baru berdiri bersamaan dengan melemahnya kekuasaan Majapahit. Karena itu, tidaklah mudah untuk menjawab “kapan, di mana, mengapa, dan dalam bentuk apa” Islam mulai menimbulkan dampak pada masyarakat Asia Tenggara untuk pertama kalinya.

Baca Juga  Kisah Nabi Musa Bertemu dan Berguru dengan Nabi Khidir

Banyak peneliti yang mengatakan bahwa Islam telah datang ke Asia Tenggara sejak abad pertama hijriah (7 M), seperti diyakini oleh Arnold. Ia mendasarkan pendapatnya pada sumber-sumber Cina yang menyebutkan bahwa menjelang akhir perempatan ketiga abad ke-7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera.

Sebagian orang Arab ini dilaporkan melakukan perkawinan dengan wanita lokal, sehingga membentuk nukleus sebuah komunitas muslim yang terdiri dari orang-orang Arab pendatang dan penduduk lokal. Menurut Arnold, anggota-anggota komunitas muslim ini juga melakukan kegiatan-kegiatan penyebaran Islam.

Pendapat yang sama juga ditegaskan Oleh J. C. van Leur, bahwa koloni-koloni Arab muslim sudah ada di barat laut Sumatera, yaitu Barus, daerah penghasil kapur barus terkenal sejak tahun 674 M. Pendapatnya ini didasarkan pada cerita perjalanan para pengembara yang sampai ke wilayah Asia Tenggara. Catatan Cina juga menyebutkan bahwa di masa Dinasti Tang, tepatnya pada abad ke-9 dan 10 M, orang-orang Ta-Shih sudah ada di Kanton (Kan-fu) dan Sumatera.

Ta-Shih adalah sebutan untuk orang-orang Arab dan Persia, yang ketika itu jelas sudah menjadi muslim. Terjalinnya hubungan dagang yang bersifat internasional antara negara-negara di Asia bagian barat dan timur agaknya disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam di bawah pemerintahan Bani Umayyah di bagian barat, kerajaan Cina zaman dinasti Tang di Asia bagian Timur, serta kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara.

***

Berbeda dengan pandangan Arnold, menurut Taufik Abdullah, belum ada bukti bahwa pribumi Nusantara di tempat-tempat yang disinggahi oleh para pedagang Muslim itu sudah menganut agama Islam. Adanya koloni yang terdiri dari para pedagang Arab itu karena mereka berdiam di sana untuk menunggu musim yang baik untuk berlayar.

Baca Juga  Gus Dur: Mendirikan Negara Islam itu Tak Wajib!

Islam di Asia Tenggara pada awalnya diperkenalkan melalui hubungan dagang dan perkawinan. Para pedagang muslim Arab diyakini menyebarkan Islam sembari melakukan perdagangan di wilayah ini. Para pedagang muslim tersebut juga melakukan perkawinan dengan wanita lokal.

Dengan pembentukan keluarga muslim ini, maka komunitas-komunitas muslim pun terbentuk, yang pada gilirannya memainkan andil besar dalam penyebaran Islam. Selanjutnya dikatakan, sebagian pedagang ini melakukan perkawinan dengan keluarga bangsawan lokal sehingga memungkinkan mereka atau keturunan mereka mencapai kekuasaan politik yang dapat digunakan Untuk penyebaran Islam (Helmiati: 2014).

Editor: Yahya

Khuriyatul Aqliyah
3 posts

About author
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *