Kaunia

Islam itu Mengatur Hak Hidup Manusia dan Alam Semesta

4 Mins read

Beberapa waktu lalu Joe Biden menjadi sorotan di dunia internasional. Hampir seluruh negara mengecam Amerika kala sebuah drone menjadikan luluh lantak sebuah rumah di Kabul, ibu kota Afghanistan. Na’as, sepuluh korban jiwa berjatuhan dengan tujuh diantaranya adalah anak-anak.

Investigasi yang dilakukan oleh media massa menemukan bahwa intelijen negeri Paman Sam tidak memiliki data yang cukup lengkap dan akurat. Siapa yang menjadi target sasaran? Apa benar ia merupakan informan ISIS? Yang ada hanya ‘insting’ dari beberapa pimpinan militer yang curiga atas gerak-gerik seseorang dengan mobilitas yang tinggi.

Kasus ini menyita perhatian karena beberapa hal. Pertama, betapa adidaya sebuah negara hingga dapat leluasa menghabisi nyawa manusia. Ironis, bahwa semakin tinggi capaian teknologi mereka, tidak malah menempa rasa kemanusiaan. Sebaliknya dan yang kedua, mereka justru manusia semakin beringas. Jelas, bahwa tewasnya anak-anak disini hanya dianggap sebagai sebuah collateral damage, kerusakan sampingan.

Semakin menggelisahkan karena kenyataan selama ini Amerika dan banyak negara-negara barat lain menampilkan diri sebagai pembela hak asasi manusia. Tak jarang intervensi mereka lancarkan untuk mempengaruhi berbagai kebijakan domestik negara-negara berkembang. Padahal, kenyataannya mereka adalah negara yang sangat tidak mengapresiasi hidup manusia itu sendiri!

Di belahan bumi yang lain, Cina mengalami krisis kehidupan yang berbeda. Evergrande, perusahaan pembangunan negara jatuh bangkrut karena gagal membayar hutang. Saking besarnya perusahaan itu sehingga imbasnya kepada ratusan kontraktor penyedia jasa pendukung turut ambruk. Hajat hidup banyak orang terancam.

Namun demikian yang menjadikan pusing Xi Jinping adalah hasil pembangunan itu. Sementara Evergrande meninggalkan beberapa kota hantu yang telah megah menjulang namun tanpa penduduk, kelestarian lingkungan telah tergadaikan. Hutan-hutan yang dulu menjadi paru-paru Cina, telah beralih menjadi apartemen bertingkat.

Baca Juga  Alam Semesta dalam Al-Qur'an

Rakyatnya mungkin bisa melihat kecantikan matahari ketika beranjak dan turun kembali ke peraduan. Namun, pengalaman itu akan terganggu oleh nafas mereka yang tersedak oleh udara yang cemar.

Nyawa adalah Hal Tak Ternilai

Islam menganggap nyawa adalah hal yang tak ternilai. Saking bernilainya nyawa itu, satu nyawa setara dengan kemanusiaan itu sendiri. Dalam sebuah ayat, Tuhan berfirman;

Oleh karena itu (Kami) tetapkan suatu hukuman bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. (Q.S. Al Maidah [5], 32)

Kebernilaian jiwa ditegaskan dalam dua kalimat yang saling melengkapi di atas. Pada kalimat pertama, terdapat kalimat negatif, bahwa membunuh satu manusia saja sama dengan mengambil nyawa ‘semua manusia’. Pun sebaliknya, pada kalimat positif dinyatakan, menyelamatkan satu nyawa seperti menyelamatkan seluruh umat manusia.

Makna ini dapat diselaraskan dengan misi amar ma’ruf nahi munkar, mendorong kebaikan dan mencegah kemukaran dalam konteks kehidupan. Bahwa kita dituntut untuk menjaga, merawat dan melestarikan kehidupan sebagai wujud amar ma’ruf, sekaligus mencegah perenggutan nyawa tak berdosa sebagai manifestasi nahi munkar.

***

Tersembunyi di balik ayat tersebut pula sebuah misi transendental mengenai kemanusiaan dan inklusivitas. Tuhan tidak menyebutkan suatu kaum atau ras tertentu ketika memerintahkan kita melindungi kehidupan, namun pada setiap nyawa dari latar belakang apapun berlaku hal yang sama sebagai objek pelestarian kehidupan.

Artinya, setiap nyawa manusia berharga bagi Tuhan. Tidak boleh kita melakukan diskriminasi pada siapapun atas dasar perbedaan identitas kelompok karena mereka semua bernilai bagi-Nya. Apalagi bila tindakan itu mengarah kepada hilangnya nyawa seseorang. Sungguh Tuhan akan sangat murka.

Baca Juga  Masa Depan Indonesia Tergantung Maju-Mundurnya Muhammadiyah

Kemudian, terdapat pula pesan ekologis yang lebih tersembunyi dan sering terlewatkan. Kalimat ‘kerusakan di muka bumi’ jangan sekali-kali dipahami sebagai kebolehan membunuh. Disini sedang ditunjukkan keberadaan nyawa lain yang juga sangat bernilai seperti nyawa manusia. Itulah nyawa ‘bumi’ atau alam semesta.

Maka, pemikiran yang antroposentris tidak berlaku. Manusia musti beralih kepada ‘semestasentrisme’ dengan memahami dirinya sebagai bagian vital dari alam semesta yang bertugas untuk menjaga keseimbangan alam ketimbang menciptakan ‘kerusakan di muka bumi’ demi pemenuhan hidup pribadi mereka.

Kekhalifahan Inklusif dan Ekologis Alam Semesta

Pengungkapan pesan-pesan Tuhan di atas memiliki implikasi penting dalam kehidupan kita. Yang paling mula bahwa kita musti mendorong persamaan hak semua orang di semua ranah, baik di mata hukum, lingkungan sosial dan kelas ekonomi. Tidak diperbolehkan bagi kita untuk mempertahankan kondisi yang mengistimewakan yang satu dengan merendahkan yang lain.

Toh, seperti yang ditegaskan Tuhan bahwa setiap kehidupan seorang manusia adalah sama berharga seperti seluruhnya. Maka, keperluan apa dibutuhkan oleh setiap manusia tanpa terkecuali harus kita upayakan bersama dapat terpenuhi. Disini bisa muncul hukum, “kebutuhanmu adalah kebutuhanku”, pun sebaliknya.

Maka dalam kenyataan hidup kita harus bergerak bersama melawan tirani atas nama apapun yang menegasikan keberagaman dan memaksakan kebenaran dalam versinya. Kehidupan merupakan kehidupan karena disana terdapat perbedaan. Menghalangi perbedaan sama saja dengan membunuh kehidupan itu sendiri.

Di lingkup dunia juga usaha dari elit-elit global untuk menentukan segala sistem dan ideologi ekonomi monopolistik harus kita hadapi dengan berani. Hegemoni mereka selain menunjukkan minimnya pengakuan dan penghormatan sesama juga mendemonstrasikan pengingkaran hak hidup alam lingkungan kita.

***

Maklum, bagi mereka asalkan cuan bertambah maka polusi dan kehancuran alam dapat dipahami sebagai upaya modernisasi. Agaknya mengherankan apa yang mereka pikirkan ketika anak-cucu mereka kelak mendapat peninggalan alam semesta yang telah hancur dibuatnya.

Baca Juga  Hukum Newton dalam Perspektif Ilmu Fisika dan Al-Quran

Dengan demikian, tugas kekhalifahan manusia tidak hanya lagi berfokus pada usaha penciptaan dunia yang adil bagi seluruh umat manusia. Namun tugas itu ditambah dengan suatu tugas kekhalifahan ekologis yang bertujuan pada pelestarian lingkungan selaku rumah dan sumber nutrisi bagi keberlangsungan umat manusia.

Tidak usah jauh-jauh ke panggung dunia, di sekitar kita sendiri, di daerah pinggiran dan minim pembangunan banyak terjadi pembunuhan dan perampokan ‘hijau’. Untuk menghadapinya musti kita satukan langkah dan upaya yang terukur. Permasalahan lingkungan bukan sekedar permasalahan mereka yang ada di hilir, atau di daerah rawan bencana. Melainkan masalah kita semua umat manusia.

Ketika langkah terasa berat dan hati ingin mengurungkan langkah maka musti diingatkan pada diri: bahwa satu manusia yang menderita berarti penderitaan seluruh manusia. Dan, bahwa penderitaan hewan, tumbuhan dan lingkungan pada hakikatnya adalah satu dengan penderitaan manusia juga.

Sebabnya, ketika hutan gundul, satwa punah dan sungai tercemar, maka tinggal menunggu waktu bagi manusia meraung kesakitan. Saat itu nafas kita tersengal, makanan jadi langka dan air bersih tak tersedia.

Editor: Yahya FR

Avatar
31 posts

About author
Dosen Fakultas Psikologi UMM dan Aktivis Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM)
Articles
Related posts
Kaunia

Ru'yat Ta'abbudi dan Penyatuan Kalender Islam

2 Mins read
Perkembangan pemikiran tentang kalender Islam di kalangan ormas Islam mengalami kemajuan baik dari segi pemikiran maupun instrumentasi astronomi yang dimiliki. Hal ini…
Kaunia

Menaksir Berat Sapi Secara Cepat

1 Mins read
Kaunia

Moderasi dalam Sidang Isbat

3 Mins read
Di Indonesia kehadiran sidang Isbat sudah lama diperdebatkan keberadaannya. Di satu sisi dianggap sebagai jembatan untuk mempertemukan perbedaan pandangan antara pendukung hisab…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds