Kaunia

Alasan Fritjof Capra Mengkritik Sains Modern

3 Mins read

Perkembangan ilmu pengetahuan telah banyak merubah peradaban dunia ini. Seperti halnya peradaban sejak zaman Yunani Kuno, sampai peradaban modern, itu semua merupakan hasil dari pemikiran manusia saat itu.

Sehingga, akibat dari pemajuan peradaban tersebut, banyak merubah tatanan kehidupan sosial di masyarakat. Namun dalam perkembangannya, ilmu pengetahuan yang identik dengan sains modern ini, ternyata banyak menimbulkan persoalan.

Salah satu kritik yang keras terhadap sains modern datang dari seorang filsuf bernama Fritjof Capra. Ia merupakan seorang tokoh yang konsen terhadap dunia fisika dan juga banyak membicarakan isu-isu lingkungan.

Ia banyak mengkritik pemikiran atau paradigma yang ditimbulkan oleh modernitas yang disebut oleh Capra sebagai pemikiran mekanistik dualism.

Hal demikian dilakukan karena ia beranggapan bahwa dunia sains modern saat ini banyak menimbulkan persoalan, sebab menganggap realitas yang ada selain manusia itu merupakan objek yang bisa dieksploitasi untuk kepentingan manusia.

Kehidupan Fritjof Capra

Fritjhof Capra merupakan seorang ilmuwan Barat yang lahir pada 1 Februari 1939 di Wina Austria. Ia memperdalam keilmuannya di Universitas Wina dengan mengambil studi terkait dengan Fisika. Ia banyak belajar tentang fisika kepada Werner Heisenberg yang merupakan salah satu fisikawan penemu teori kuantum.

Fritjof Capra menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1966 dan mendapatkan gelar PhD di bidang fisika. Dalam pandangan Capra pertama kali yang ia anggap sebagai bapak sains modern ialah Galileo yang mengkombinasikan pengetahuan fisika dan matematika.

Pemikiran Capra sehingga mencoba meninjau pemikiran pengetahuan sains modern, ini di warnai oleh filsafat India dan China yang konsep berpikirnya yaitu monistis dan organis (Latif, 2020). Capra dalam mengkritik perkembangan pemikiran sains modern yaitu dengan cara mengambungkan sains modern dan mistisisme timur.

Baca Juga  Rotasi dan Revolusi Bumi dalam Ilmu Fisika dan Al-Quran

Ia berpendapat dengan menggabungkan keduanya sebagai suatu konsep paradigma sains agar seluruh manusia dapat memandang keberadaan sesuatu yang saling berhubungan satu sama lain.

Akibat perkembangan sains modern, serta cara berpikir yang mekanistik membuat manusia lupa akan keadaan sekelilingnya.

***

Manusia beranggapan bahwa semua yang ada di bumi ini selain manusia, adalah objek, dan karena merupakan sebagai objek, maka manusia seenaknya mengeksploitasi lingkungan.

Capra tidak hanya berfokus kepada kegiatan intelektualitas yang abstrak, ia juga banyak berbicara tentang kesadaran lingkungan. Maka, ia mendirikan sebuah organisasi yang bernama Ecoliteracy yang bertujuan untuk memberikan edukasi terkait hidup yang berkelanjutan dnegan menjaga keberlangsungan ekosistem lingkungan.

Ia juga berharap kepada generasi yang akan datang, untuk tidak terjebak kepada pemikiran mekanistik dualism atau cara berpikir Cartesian dan Newtonisme, yang menganggap hanya manusia sebagai mahkluk yang menguasai seluruh alam yang dijadikan sebagai objek dalam kehidupan manusia.

Beberapa karya Fritjof Capra diantaranya The Tao of Physic: An exploration of The Parallels Between Modern Physic and Easter Mysticism, The Turning Point: Science, Society and The Rising Culture (1982), The Web of Live: A New Sinthesis of Mind and Matter (1996), The Hidden Connection: A Science for Sustainable Living (2003)

Pemikiran Fritjof Capra dan Realitas Kehidupan

Capra saat mengkritik sains modern, ia menawarkan satu paradigma berpikir yang ia sebut sebagai painteisme dan mistisime timur yang mencampurkan pemikiran fisika dan metafisika, mencampurkan hasil pengujian secara empiris dengan dugaan mistisime.  

Yang menarik adalah, pemikiran Capra ini justru memberikan suatu jalan baru bagi perkembangan sains modern, sekaligus membongkar konsep sains modern selama ini yang jauh dengan dunia metafisika.

Baca Juga  Review Buku: Sains Religius Agama Saintifik

Capra dalam konsep paradigma sains mistisnya memberikan peran agama sebagai bagian dari pengetahuan yang harus di jaga. Sehingga, ia berusaha membawa manusia kepada kesadaran dunia fisika ke dalam tubuh format mistik panteisme yang meganggap bahwa manusia dalam melihat realitas alam juga harus melihat bahwa ada diri Tuhan di dalam alam itu sendiri.

Capra juga mengharapkan pengetahuan intuisi agar menjadi salah satu bagian dari penghayatan terhadap realitas alam ini.

Sebagaimana juga kritik Karl Popper terhadap pengetahuan Ilmiah yang tidak menganggap keberadaan pengetahuan intuisi (non ilmiah) sebagai bagian dari pengetahuan.

Peradaban Barat saat ini, realitasnya menjauhi nilai teologi dalam sains modern yang dikembangkan. Realitas ini justru menghampiri banyak realitas peradaban kita.

Bagaimana dunia perguruan tinggi kita, sebagaimana yang dikatakan oleh Prof Heddy Shri Ahimsa guru Besar Antropologi UGM, bahwa dunia penguruan tinggi kita itu mengandung nilai positivistic yang hanya kebenaran sains saja yang dijadikan rujukan.

***

Sementra itu, Capra juga sangat memberikan peluang kepada pengetahuan intuisi untuk menjadi bagian dari pengetahuan paradigma yang ia konsepkan yaitu Panteisme-mistisisme.

Maka dari itu, sebagai seorang muslim untuk menghilankan pemikiran yang jumud, perlu menguasai ilmu pengetahuan untuk merebut Kembali peradaban Islam yang telah hilang dari genggaman.

Konsep ilmu pengetahuan yang hari ini banyak di contohkan oleh peradaban Barat. Maka, kuasai ilmu pengetahuan dengan pendekatan wahyu atau dengan kata lain menghubungkan penegathuan sains dan wahyu.

Editor: Yahya FR

Asman
3 posts

About author
Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan
Articles
Related posts
Kaunia

Ru'yat Ta'abbudi dan Penyatuan Kalender Islam

2 Mins read
Perkembangan pemikiran tentang kalender Islam di kalangan ormas Islam mengalami kemajuan baik dari segi pemikiran maupun instrumentasi astronomi yang dimiliki. Hal ini…
Kaunia

Menaksir Berat Sapi Secara Cepat

1 Mins read
Kaunia

Moderasi dalam Sidang Isbat

3 Mins read
Di Indonesia kehadiran sidang Isbat sudah lama diperdebatkan keberadaannya. Di satu sisi dianggap sebagai jembatan untuk mempertemukan perbedaan pandangan antara pendukung hisab…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *