UII Yogyakarta (Universitas Islam Indonesia) ternyata merupakan cikal bakal UIN. Tidak hanya itu, UII Yogyakarta juga merupakan pelopor berdirinya pergururan-perguruan tinggi yang ada di Indonesia sampai saat ini. Pada tulisan ini saya akan menerangkan tentang kelahiran perguruan-perguruan tinggi Islam di Indonesia secara ringkas dan tidak terlalu detail.
Perguruan tinggi Islam negeri terdiri dari STAIN, IAIN, dan UIN. Sebelumnya didahului perguruan tinggi Islam swasta bernama STI. Biasanya para santri lebih tertarik dengan perguruan tinggi Islam negeri yang berlabel UIN. Kualitas UIN dinilai lebih tinggi daripada STAIN dan IAIN. Keberadaan perguran tinggi Islam negeri seperti UIN sekarang ini, merupakan bagian dari jasa perguruan tinggi Islam swasta di Indonesia.
Sejarah Perguruan Tinggi Islam di Pendidikan Indonesia
Pada tahun 1938, Dr. Satiman Wiryosandjoyo melalui majalah ‘Pedoman Masyarakat’ mencetuskan ide pendirian Sekolah Tinggi Islam (STI) sebagai tempat mendidik para mubaligh. Ide untuk mendirikan Sekolah Tinggi Islam tersebut bermula dari kenyataan bahwa, pendidikan tinggi yang ada di Indonesia pada saat itu adalah milik Belanda.
Contohnya seperti Technische Hoogeschool yang kini menjadi Institut Teknologi Bandung, Recht Hoogeschool di Jakarta, dan Sekolah Tinggi Pertanian di Bogor pada waktu itu.
Kemudian pada tujuh tahun berikutnya, tepatnya pada bulan April 1945, Masyumi berhasil membentuk panitia perencana pendirian Sekolah Tinggi Islam (STI) di bawah kepemimpinan Moh. Hatta. Tokoh-tokoh nasional yang terlibat dalam pendirian STI di antaranya adalah, Moh. Hatta, Moh. Natsir, Prof. KHA. Muzakkir, Moh. Roem, dan KH. Wahid Hasyim.
Kemudian Sekolah Tinggi Islam (STI) resmi didirikan pada tanggal 8 Juli 1945 di Jakarta. Tanggal tersebut merupakan 40 hari sebelum proklamasi kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Sekolah Tinggi Islam (STI)Â pada waktu itu telah menjadi basis pengembangan pendidikan yang bercorak nasional dan Islami, serta menjadi tumpuan harapan seluruh anak bangsa pada waktu itu.
Namun keberlangsungan Sekolah Tinggi Islam (STI) sempat terhenti karena Jakarta telah dikuasai oleh Sekutu Belanda. Kemudian seiring dengan berpindahnya ibukota Republik Indonesia ke Yogyakarta, maka Sekolah Tinggi Islam (STI) juga ikut pindah ke Yogyakarta. Lalu STI diresmikan kembali oleh presiden Ir. Soekarno pada tanggal 10 April 1946, bertempat di Dalem Pangulon Yogyakarta.
Perubahan STI menjadi Universitas Islam Indonesia
STI pada saat itu menjadi satu-satunya perguruan tinggi Islam di Republik Indonesia. Pada tanggal 10 Maret 1948, STI berubah menjadi Universitas Islam Indonesia (UII). UII memiliki empat fakultas yaitu Fakultas Agama, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Pendidikan. Kemudian melalui Perpres No. 34 tahun 1950 tanggal 14 Agustus, Fakultas Agama UII dinegerikan menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang berkedudukan di Yogyakarta.
Hal tersebut juga merupakan awal dari kelahiran Universitas Islam Negeri (UIN) di seluruh Indonesia. Setelah itu melalui Perpres No. 11 tahun 1960, PTAIN dan ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama) dilebur menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang berkedudukan di Yogyakarta. Selanjutnya IAIN terus berkembang di berbagai kota yang ada di Indonesia sampai sebanyak ini. Seiring berjalannya waktu, beberapa IAIN telah berubah menjadi UIN.
Meskipun Fakultas Agama UII telah dinegerikan, namun Universitas Islam Indonesia bisa terus bertahan dan berkembang sebagai Universitas Islam. UII merupakan universitas swasta tertua di Indonesia. Perkembangan Universitas Islam Indonesia sudah terlihat sangat pesat dari dulu dengan melahirkan 22 fakultas cabang yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Contohnya seperti Surakarta, Madiun, Purwokerto, Gorontalo, Bangil, Cirebon, dan Klaten, dengan pusatnya di Yogyakarta.
Namun seiring dengan keluarnya kebijakan pemerintah, cabang universitas harus ditiadakan. Maka cabang-cabang UII yang ada di berbagai wilayah Indonesia berubah menjadi perguruan tinggi baru, baik negeri maupun swasta. Dan ada juga yang bergabung dengan perguruan tinggi yang telah ada.
***
Secara tidak langsung Universitas Islam Indonesia telah mendorong tumbuh dan berkembangnya perguruan-perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Tidak hanya untuk UIN, UII telah menjadi bagian yang sangat penting dalam sejarah perguruan tinggi Indonesia.
Editor: Shidqi Mukhtasor