Feature

Kalau Mau Kaya, Jangan Jadi Dosen!

4 Mins read

“Sepertinya enak ya jadi dosen. Kerjanya gak berat, dan tidak perlu kotor-kotoran”

Oleh: Andi Azhar

Mungkin bagi sebagian orang, terutama anak-anak muda, pekerjaan sebagai dosen adalah salah satu pekerjaan yang didambakan setelah tidak lulus tes CPNS di Pemerintah Pusat maupun Daerah. Alasannya bisa berbagai macam. Mulai dari pekerjaannya yang dianggap mudah/tidak terlalu berat, hingga tunjangan dan gaji melimpah yang didapat. Selain itu pakaian yang selalu necis atau bahkan kadang bisa seenaknya saja justru yang menjadikan pekerjaan ini menjadi idola bagi sebagian kalangan anak muda.

Tidak salah sebenarnya anggapan tersebut. Menjadi dosen itu memang banyak tunjangannya, tunjangan utang maksudnya. Dosen itu disamakan dengan guru. Bahkan sistem penggajiannya pun disamakan. Ada gaji pokok, tunjangan anak istri, tunjangan makan, serta tunjangan fungsional. Tapi tau tidak berapa nominalnya?

Besaran Gaji Dosen

Seorang dosen muda lulusan S2, jika berhasil tembus menjadi dosen PNS di PTN, maka dia akan menyandang golongan jabatan 3b. Gaji pokok seorang dosen 3b berkisar antara 2,4 – 2,7 juta. Tunjangan jabatan fungsional untuk asisten ahli sekitar 200 – 300 ribu. Lalu tunjangan anak istri sekitar 400 ribu. Total sekitar 3 jutaan untuk take home pay-nya.

Itu seandainya dia sudah full PNS. Kalau baru keterima atau masih CPNS, maka gaji pokok hanya berkisar 60% dari gaji pokok asli serta tanpa tunjangan. 

Bagi yang tidak menjabat struktural, maka 3 jutaan itulah yang ia dapat selama sebulan. Beruntung kalau ia bisa kreatif sambil nyambi-nyambi nyari seseran di luar kampus. Atau nyari hibah penelitian dari pemerintah. Bagi yang tidak bisa nyambi, maka disyukuri sajalah yang 3 jutaan tersebut. Sembari berdoa sering dilibatkan dalam kepanitiaan acara kampus. Hehehe. Oke, itu untuk dosen PNS.

Baca Juga  Merawat Amanat Kemerdekaan

Lalu Bagaimana Dengan Dosen di Universitas Swasta?

Bagi yang bekerja di kampus swasta besar dan terkenal, maka beruntunglah. Karena dia akan diguyur dengan banyak tunjangan dan insentif. Di salah satu kampus terbesar di Indonesia, gaji pokoknya bahkan sudah 125% nya gaji pokok PNS.

Belum lagi tunjangan kinerja maupun tunjangan ini itu yang nominalnya cukup fantastis. Ditambah lagi ada yang namanya gaji ngajar. Dalam sebulan, seorang dosen di kampus tersebut bisa membawa pulang 10 juta bersih.

Itu kalau si dosen tersebut belum sertifikasi. Kalau sudah sertifikasi, maka gaji pokok dikali 2. Sungguh bikin ngiler kan? Hahaha.

Tapi tunggu dulu, itu kan hanya terjadi pada 1 – 2 kampus saja. Perlu diingat, bahwa dari 4 ribuan kampus di Indonesia, yang besar itu tidak lebih dari 5 %. Selebihnya adalah ladang amal bakti bagi putra-putri terbaik bangsa untuk ikut mencerdaskan generasi mudanya.

Ada satu ungkapan “Jangan pernah tanyakan apa yang diberikan oleh negaramu. Tapi tanyakanlah apa yang bisa kamu berikan untuk negaramu

Luruskan Niatmu!!

Bagi yang berkesempatan untuk beramal di luar 5% kampus tersebut, maka luruskanlah niatmu, perbaiki tata cara berpikirmu, dan perluaslah hatimu agar bisa memiliki kesabaran tanpa batas. Disini, anda akan dituntut untuk bisa rangkap jabatan.

Seorang dosen S2 lulusan luar negeri maupun lulusan kampus top negeri ini, bukan tidak mungkin akan berkarir menjadi tukang ketik dan nganter surat terlebih dulu. Bahkan merangkap jadi office boy. Bisa dikatakan, dosen dengan model pekerjaan seperti ini bisa multitasking.

“Hidup memang kadang tak semulus pipinya artis korea”

Predikat sebagai lulusan luar negeri atau dari kampus top di Indonesia, tidak serta merta menjadikan seseorang mendapat posisi yang mentereng. Semua harus melalui karirnya dari paling bawah.

Baca Juga  Mengapa Buya Syafii Sering Dituduh Anti-Islam?

Bahkan tak jarang, perguruan tinggi hanya membayar seadanya untuk semua pekerjaan tersebut. Sebagai gambaran, ada yang dibayar hanya 400 ribu perbulan untuk mengajar, merangkap jadi staff, serta office boy. Dahsyat kan?

Inilah arena amal bakti yang sesungguhnya. Jika seseorang sudah memutuskan untuk menjadi seorang pendidik di perguruan tinggi, hilangkan jauh-jauh pikiran untuk bisa mengumpulkan rupiah demi menyandang status sebagai HORANG KAYA.

Seandainya pun memang bisa terkumpul, maka itulah buah kerja keras dengan memeras keringat siang malam.

Sekali lagi, luruskanlah niat jika memang ingin menjadi seorang dosen. Disini, anda akan dituntut untuk melaksanakan 3 dharma yang teramat mulia yang tidak akan anda temukan di bidang pekerjaan lainnya. Selain mengajar, setiap dosen akan dituntut untuk melakukan penelitian dan publikasi hasil penelitian di jurnal-jurnal bereputasi yang tak jarang mematok biaya.

DOSEN: Kerjaannya Sak DOS, Gajinya Sak SEN!!!

Juga anda akan dituntut untuk melakukan dharma mengabdi pada masyarakat. Sebuah dharma bhakti yang seharusnya ini tidak dikhususkan bagi dosen saja, melainkan kepada semua bidang pekerjaan yang ada. Dan semua itu harus terus dilaksanakan setiap semester.

Kalau tidak melakukan, maka siap-siaplah anda kena tegur dari pimpinan, atau gaji anda akan dipotong.

Bekerja menjadi dosen berarti menghibahkan setengah dari hidup anda untuk menjadi pelayan bagi cerdasnya generasi bangsa. Bagi yang mengajar di kampus top, mereka akan tenang-tenang saja. Input mahasiswanya adalah yang benar-benar sudah tersaring.

Saat memberikan materi kelas, dosen tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk sekadar hal yang remeh temeh. Namun bagi yang di daerah, apalagi swasta, maka waktu akan banyak tersita untuk mengurusi hal-hal kecil.

Jangankan mau memoles untuk menjadi juara lomba inovasi teknologi, membuat mahasiswa aktif kuliah dan aktif di kelas saja memerlukan tenaga ekstra dan kesabaran level tinggi.

Baca Juga  IBTimes Membuat Tulisan Saya Dibaca Ribuan Kali

Bagaimanapun, para mahasiswa ini adalah aset bangsa. Mereka sudah mau kuliah saja sudah beruntung. Tak jarang, bahkan ada mahasiswa yang kadang izin seminggu lebih karena harus membantu orangtuanya panen padi dan sawit. Jadi, wajar jika kemudian amal bhakti para dosen dengan model begini lebih banyak ujian sabar dan ketawakalannya.

Jadi, bagi mereka yang masih menganggap bisa menjadi kaya raya dengan menjadi dosen,  adalah sebuah kesalahan besar. Menjadi dosen itu bukanlah sebuah pekerjaan yang penuh profit. Ini adalah pekerjaan yang lebih banyak amal jariyahnya daripada pendapatan materi semata.

Menjadi dosen itu adalah pembuktian dari wacana-wacana idealisme. Tentang menjadikan bangsa ini sebagai bangsa terdidik untuk terus maju menghadapi tantangan zaman yang dulu sering diteriak-teriakkan dan didiskusikan di bangku kuliah.

Menutup curhatan saya ini, saya ingin mengutip ucapan salah satu dosen saya dulu, menjadi DOSEN itu kerjaannya Sak Dos, bayarannya Sak Sen.

Lantas, masihkah berminat jadi dosen?

.

Selengkapnya, klik di sini

.

Editor: Yahya Fathur R


Avatar
6 posts

About author
Ketua PCIM Taiwan, Kandidat Doktor di Asia University, Dosen di Department of Foreign Language and Literature, Asia University-Taiwan
Articles
Related posts
Feature

Rakernas dan Dinamika Dunia Wakaf

4 Mins read
Jogja, Jumat 1 November 2024. Pukul 05.30 pagi dengan sebuah mobil dari Ringrud Selatan Jogja kami menuju Kartasura. Di perjalanan ikut bergabung…
Feature

Perkuat Toleransi Sejak Dini: Cerita Pesantren Muhammadiyah Terima Kunjungan SMA Kristen

2 Mins read
Kunjungan studi yang dilakukan oleh para siswa Sekolah Kanisius Jakarta ke pesantren Muhammadiyah Al-Furqon, sejak Rabu, 30/10/2024 sampai Jum’at, 1/11/2024 merupakan sebuah…
Feature

Tasawuf di Muhammadiyah (1): Lahirnya Neo-Sufisme

4 Mins read
Ketika mendiskusikan tasawuf di Muhammadiyah, maka yang dibicarakan adalah tasawuf bentuk baru atau Neo-Sufisme. Muhammadiyah sendiri—dalam hal ini tokoh-tokohnya—tidak menolak sepenuhnya tentang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds