Feature

Kampanye hingga Praktik Toleransi di UIN Raden Mas Said Surakarta

3 Mins read

Toleransi tidak seharusnya berhenti hanya di ruang-ruang diskusi. Jadi obrolan dari satu warung kopi ke warung kopi yang lain. Toleransi seharusnya sudah menjadi laku dan sikap hidup yang harus senantiasa kita praktikkan dalam masyarakat, termasuk di lingkungan kampus/ perguruan tinggi.

Bicara soal toleransi, tentunya tidak terlepas dari kita berbicara tentang moderasi beragama. Sebab, dari beberapa indikator moderasi beragama, salah satunya adalah toleransi.

Siang ini (19/12/23), penulis bersama seorang kawan mengunjungi salah satu kampus ternama di Solo, Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta. Nama kampus yang mungkin tidak asing lagi bagi para pembaca tulisan ini.

Penulis tidak akan bicara soal berapa jumlah mahasiswa atau dosen di UIN Raden Mas Said Surakarta, tapi di sini penulis  akan mencoba untuk memotret bagaimana kampanye hingga praktik toleransi dan moderasi beragama di lingkungan kampus tersebut.

Berjumpa dengan Taman Moderasi

Sontak pribadi penulis takjub dan menaruh perhatian lebih dengan apa yang saya temukan di lingkungan kampus UIN Raden Mas Said Surakarta ini. Entah di kampus lain ada atau tidak.

Benar, saya menemukan taman dengan nama yang unik dan menarik “Taman Moderasi”. Waw, keren…. Kampanye toleransi dan moderasi beragama yang dikemas dengan sedemikian menarik oleh pihak kampus untuk dinikmati oleh civitas akademika dan anak muda/mahasiswa.

(Taman Moderasi UIN Raden Mas Said Surakarta/Dokumentasi Pribadi)

Taman Moderasi yang terletak di FEBI UIN Raden Mas Said Surakarta ini diresmikan langsung oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Republik Indonesia pada tahun 2021. Sebuah langkah kecil dalam mengkampanyekan moderasi beragama dan toleransi di lingkungan civitas akademika dan mahasiswa. Taman Moderasi sering menjadi tempat berkumpulnya mahasiswa multikultural yang ada di UIN Raden Mas Said Surakarta.

Baca Juga  Kader Macam Apa Saya Ini?

Moderasi Beragama jadi Mata Kuliah di UIN RMS Surakarta

Hamdan Maghribi Dosen Fakultas Adab dan Bahasa menyampaikan, salah satu upaya serius untuk mendukung gagasan moderasi beragama yang diusung oleh Kementerian Agama sejak tahun 2019,  di UIN Raden Mas Said Surakarta moderasi beragama jadi mata kuliah  yang wajib diambil oleh para mahasiswa .

“Di sini ada mata kuliah khusus moderasi beragama. Di semua prodi Fakultas Adab dan Bahasa, untuk menyambung kebijakan-kebijakan dari Kementerian Agama, ada mata kuliah moderasi beragama, yang sifatnya wajib,” sebutnya.

Hamdan menjelaskan, para mahasiswa wajib mendapatkan pemahaman moderasi  beragama yang benar, dengan indikasi-indikasi nilai seperti tasamuh, tawasuth, dan lain-lain. Semuanya mengacu pada buku dan modul yang dirilis oleh Kementerian Agama.

(Wawancara dengan Pak Hamdan Maghribi/Dokumen Pribadi)

Namun jauh sebelum itu, lanjut Hamdan, para dosen-dosen di UIN Raden Mas Said Surakarta juga diberikan pemahaman dan pelatihan tentang moderasi beragama. Sehingga tidak salah ketika mengajarkannya kepada para mahasiswa.

“Dulu khususnya ketika awal-awal moderasi beragama itu muncul, ketika Pak Lukman Hakim Syaifuddin jadi Menteri Agama, kami itu seringkali ada acara dan pelatihan tentang penanaman moderasi beragama,” jelasnya.

Unit Kegiatan Mahasiswa Islam

Tidak hanya secara kurikulum dan program, moderasi beragama juga sering dibuat dan dikemas dalam format kajian-kajian atau diskusi ringan di lingkungan kampus UIN Raden Mas Said Surakarta dengan berbagai penyelenggara. Salah satunya UKMI (Uni Kegiatan Mahasiswa Islam).

Hamdan Maghribi menyebutkan, mahasiswa yang ada di dalam UKMI itu bermacam-macam. Ada orang Muhammadiyah, MTA, PKS, NU dan masih banyak lagi. Mungkin kalau di kampus lain, mereka disebut dengan sebutan LDK (Lembaga Dakwah Kampus) dan sejenisnya.

Baca Juga  Dirjen PHU: Semua Layanan di Armina Tanggung Jawab Mashariq

 “Di UIN Raden Mas Said ini, kita ganti dengan nama Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI),” tuturnya.

(Kajian UKMI/ Dokumen diambil dari situs resmi UIN RMS Surakarta)

“Jadi unit kegiatan yang isinya itu ada kajian-kajian, pelatihan-pelatihan menulis, dan seterusnya sering berhubungan kajian-kajian tentang moderasi beragama dan toleransi. Bahkan anak-anak hijrah itu kajiannya pada disitu semua,” tambah Dosen Fakultas Adab dan Bahasa itu.

Kampanye Toleransi dan Moderasi Beragama di Media Sosial

Tak berhenti pada taraf kampanye di lingkungan kampus, rupa-rupanya UIN Raden Mas Said Surakarta juga melakukan kampanye moderasi beragama dan toleransi lewat media sosial.

Mereka memanfaatkan segala media sosial dan teknologi yang ada untuk menyampaikan pemahaman moderasi beragama dan toleransi kepada khalayak umum. Salah satu buktinya adalah hadirnya media/situs yang bernama Islamsantun.org dan akun media sosial UIN RMS Surakarta. Silakan Anda kunjungi dan cek sendiri.

Dulu, kata Hamdan, di awal-awal Islamsantun malah pernah menerbitkan 99 kata mutiara, saya termasuk salah satu penulisnya. Dimana itu berisi quote dari sufi, filsuf, ulama-ulama muslim terdahulu, dari hadis yang mengandung nilai-nilai tentang toleransi dan moderasi beragama.

“Kampanye moderasi beragama tidak hanya kami lakukan di lingkungan kampus dalam bentuk papan-papan kecil yang ditempel di setiap dinding ruangan. Tapi kami juga dominan saat ini kampanye di media sosial,” imbuhnya.

“Jadi untuk papan-papan, dulu sempat buming, setelah pandemi itu sepertinya lebih terbiasa dengan online, sehingga memilih untuk kampanye di media sosial,” lanjutnya.

Selain itu, tambah Hamdan, kami juga pernah membuat kumpulan khutbah jumat moderasi beragama. Jadi waktu itu, kita kumpulkan para aktivis moderasi beragama kemudian kita minta untuk menulis khutbah jumat. Bukunya sudah terbit.

Baca Juga  Buya Syafii, Wajah Islam Demokratis, Toleran, dan Emansipatif

Tentunya di atas adalah langkah dan strategi yang menarik dari para pihak Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta untuk terus mengkampanyekan toleransi dan moderasi beragama di lingkungan kampus dan media sosial.

Lewat berbagai kebijakan kampus, moderasi beragama mulai dijadikan program kerja hingga mata kuliah yang wajib bagi para mahasiswa, tujuannya agar mereka mempunyai pemahaman yang moderat dan terbuka. Sehingga dari kebijakan itu mampu terciptanya toleransi di tengah mahasiswa kampus yang multikultural.

*)Konten ini merupakan hasil kerjasama IBTimes dengan Kementerian Agama Republik Indonesia.

Related posts
Feature

Rakernas dan Dinamika Dunia Wakaf

4 Mins read
Jogja, Jumat 1 November 2024. Pukul 05.30 pagi dengan sebuah mobil dari Ringrud Selatan Jogja kami menuju Kartasura. Di perjalanan ikut bergabung…
Feature

Perkuat Toleransi Sejak Dini: Cerita Pesantren Muhammadiyah Terima Kunjungan SMA Kristen

2 Mins read
Kunjungan studi yang dilakukan oleh para siswa Sekolah Kanisius Jakarta ke pesantren Muhammadiyah Al-Furqon, sejak Rabu, 30/10/2024 sampai Jum’at, 1/11/2024 merupakan sebuah…
Feature

Tasawuf di Muhammadiyah (1): Lahirnya Neo-Sufisme

4 Mins read
Ketika mendiskusikan tasawuf di Muhammadiyah, maka yang dibicarakan adalah tasawuf bentuk baru atau Neo-Sufisme. Muhammadiyah sendiri—dalam hal ini tokoh-tokohnya—tidak menolak sepenuhnya tentang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds