Feature

Selain Bahasa, Kampung Inggris Pare Juga Ajarkan Moderasi Beragama

2 Mins read

Berbicara tentang Pare, mayoritas orang langsung tertuju pada sebuah desa yang memiliki banyak kursusan bahasa yang populer disebut Kampung Inggris. Memang namanya Kampung Inggris, namun tidak hanya menyediakan fasilitas pembelajaran bahasa Inggris saja, tetapi juga berbagai bahasa dari belahan dunia, seperti bahasa Turki, bahasa Arab, hingga bahasa Jepang dan bahasa Mandarin.

Selama lima bulan saya belajar bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare, banyak manfaat yang saya peroleh. Selain menyelami kebodohan dalam lini bahasa, saya juga mendapatkan teman-teman seperjuangan dari berbagai daerah di Indonesia. Dari latar belakang etnis, suku, ras, bahasa maupun agama, seperti Sumatera, Ambon, Madura, Sulawesi, Jawa, dan masih banyak lagi.

Dengan saling berinteraksi dan berdiskusi dengan mereka, saya jauh lebih memahami betapa kayanya Indonesia ini, dengan keragaman kebudayaan yang melekat pada setiap individunya.

Statement atau justifikasi negatif mengenai kelompok A kepada kelompok B, misalnya si B itu sukunya keras, agamanya tidak sebaik agama si A, atau apapun yang cenderung saya dapat dari opini orang dan kebanyakan hanya bersumber dari “katanya”. Tidak satupun saya temukan di Kampung Inggris Pare.

Saya yang asli orang Jawa merasa bangga ketika bisa mengenal dan mengetahui beragam budaya dari teman-teman yang saya temui di Kampung Inggris Pare, termasuk bahasa daerah masing-masing.

Bahkan beberapa teman, sering meminta ajari bahasa Jawa kepada saya. Kata mereka, sayang sekali apabila berbulan-bulan tinggal di Jawa namun belum mengerti bahasa Jawa.

Bahkan ada yang mengatakan, “Tidak masalah kursus bahasa Inggrisnya bayar, tapi kursus bahasa Jawanya gratis” canda mereka.

Hal yang sama pun saya minta kepada mereka. Meminta mengajari bahasa yang sering digunakan saat berkomunikasi dengan orang-orang di kampung halaman masing-masing.

Baca Juga  Amin Abdullah: Enam Jalan Moderasi Beragama

Ibarat sambil menyelam minum air, pulang-pulang dari Kampung Inggris Pare bukan hanya kemampuan bahasa Inggris saja yang didapat, tetapi juga paham dengan bahasa yang dikenalkan oleh teman-teman dari setiap daerah di Indonesia.

Masyarakat Asli Pare Saling Menghormati Keyakinan Masing-Masing

Lebih dari itu, hal yang membuat Kampung Inggris Pare memiliki suasanadamai dan rukun, yaitu tidak ada orang-orang yang menonjolkan sentimen agamanya. Dalam artian, masyarakat asli Pare maupun pendatang saling menghormati keyakinan yang dianut oleh setiap individu.

Kami semua membaur menjadi satu. Sederhanya saja, saat saya dan teman Muslim lainnya melaksanakan salat maghrib. Hampir setiap hari teman saya yang berkeyakinan non-Muslim bersedia menunggu kami selesai salat agar bisa makan malam bersama.

Hal tersebut yang menurut saya menjadi poin plus ketika memilih belajar bahasa di Kampung Inggris Pare. Makna dari moderasi beragama yang merupakan sebuah kampanye perdamaian dari pemerintah, tidak hanya saya pahami melalui sebuah tulisan saja, melainkan wujud nyata di mana kehidupan yang memiliki perbedaan bisa hidup berdampingan.

Kampung Inggris ibarat miniatur nusantara yang mampu merepresentasikan makna dari Bhineka Tunggal Ika itu sendiri. Tidak peduli latar belakang yang melekat pada setiap individunya, kami berjalan pada koridor yang memiliki tujuan sama. Tidak ada istilah ke-Jawaan, ke-Batakan, ke-Baratan, maupun ke-Timuran. Kami disatukan sebagai ke-Indonesiaan.

Sebagai negara yang multikultural, tak jarang terdapat kelompok-kelompok yang memang ingin mengahancurkan keragaman ini. Menimbulkan kres yang mengakibatkan kurangnya toleransi dalam beragama dan berbudaya. Atau dalih-dalih ingin menyeragamkan dan menganggap bahwa agamanya yang paling sempurna.

Bangsa Indonesia memiliki keragaman etnis, suku, bahasa, budaya, serta agama yang merupakan sebuah keniscayaan yang tidak akan bisa luntur. Sehingga, toleransi merupakan aspek paling penting dalam kehidupan bernegara masyarakat Indonesia.

Baca Juga  Membangun Peradaban Berbasis Iqra' dan Wasjud

Merujuk pada pernyataan Gus Dur yang merupakan bapak pluralisme, bahwa perbedaan keyakinan secara teologis tidak akan menghalangi umat beragama yang berbeda untuk saling bekerja sama, terutama yang menyangkut masalah kemanusiaan.

Baginya, sikap saling memahami merupakan hal yang fundamental bagi umat beragama. Sehingga, dapat sama-sama melakukan refleksi diri dan menegakkan moralitas, keadilan, dan perdamaian umat manusia.

***

Inilah yang menjadikan Kampung Inggris Pare lebih menarik. Belajar bersama untuk menggapai sebuah tujuan di masa depan. Dibalut dengan kehangatan dan kerukunan para siswa, guru, serta masyarakat di dalamnya.

Keberagaman yang seperti ini yang perlu dilestarikan dan dirawat dengan cinta. Sehingga, menjadi energi besar untuk menciptakan perdamaian dan persatuan di negeri multikultural yang kaya raya ini.

The highest result of education is tolerance” – Helen Keller

Editor: Yahya FR

Siti Roisadul Nisok
1 posts

About author
Santri di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang dan YPPP An-Nuriyah Surabaya, alumni mahasiswa filsafat
Articles
Related posts
Feature

Rakernas dan Dinamika Dunia Wakaf

4 Mins read
Jogja, Jumat 1 November 2024. Pukul 05.30 pagi dengan sebuah mobil dari Ringrud Selatan Jogja kami menuju Kartasura. Di perjalanan ikut bergabung…
Feature

Perkuat Toleransi Sejak Dini: Cerita Pesantren Muhammadiyah Terima Kunjungan SMA Kristen

2 Mins read
Kunjungan studi yang dilakukan oleh para siswa Sekolah Kanisius Jakarta ke pesantren Muhammadiyah Al-Furqon, sejak Rabu, 30/10/2024 sampai Jum’at, 1/11/2024 merupakan sebuah…
Feature

Tasawuf di Muhammadiyah (1): Lahirnya Neo-Sufisme

4 Mins read
Ketika mendiskusikan tasawuf di Muhammadiyah, maka yang dibicarakan adalah tasawuf bentuk baru atau Neo-Sufisme. Muhammadiyah sendiri—dalam hal ini tokoh-tokohnya—tidak menolak sepenuhnya tentang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds