Sekilas tentang Kang Jalal
Jalaluddin Rakhmat atau yang biasa dipanggil Kang Jalal merupakan seorang tokoh sekaligus pakar komunikasi yang disegani keberadaannya.
Pada tanggal 15 Februari 2021, ia baru saja berpulang ke rahmatulloh. Semasa hidupnya, ia telah melahirkan karya-karya berupa tulisan yang menjadikannya sebagai seorang cendekiawan muslim. Salah satu bukunya yang kemudian dicetak ulang dan mengalami pembaharuan pada tahun 2021, ialah bukunya yang berjudul Islam Aktual.
Cara Menulis Kang Jalal dalam Bukunya Islam Aktual
Dalam buku itu, Kang Jalal banyak menulis materi-materi yang secara garis besar berada dalam ruang lingkup yang sama yakni manusia. Hal itu pula yang menjadikannya sebagai seorang humanis.
Sebab, dibanding dengan berfokus kepada hal-hal yang sifatnya “tekstual”, Kang Jalal lebih memilih materi-materi yang sifatnya esensial. Sehingga karena itu, materi-materi yang ditulisnya mengandung sifat-sifat cinta kepada sesama manusia.
Meski Kang Jalal ialah seorang yang tegas dalam tulisannya, bila dilihat dari bukunya itu, ia merupakan seorang “penyayang”.
Tak jarang, di dalam bukunya, ia memperlihatkan bentuk kasih sayangnya itu melalui saran dan kritik yang ia sampaikan. Saran-saran yang ia sampaikan dalam bukunya tidak terlihat menggurui, tetapi lebih terlihat seperti berkisah.
Sebab dalam menyampaikan sarannya, ia “selipkan” secara implisit pesan yang ingin ia sampaikannya itu dalam sebuah kisah. Tentu bukan tanpa maksud ia seperti itu, bisa saja ia ingin pembaca lebih dalam lagi tulisannya bukan hanya sekadar lewat begitu saja.
Sedangkan cara ia memberi kritik terlihat begitu tegas, tapi meski begitu ia tetap memerhatikan adab yang membuatnya terhindar dari kesan “menjelek-jelekkan”. Hal itu tentu bisa saja terjadi, sebab ia mengaplikasikan keilmuannya terutama ilmu komunikasi yang dimilikinya. Sehingga cara-cara seperti itu dapat ia lakukan.
Selain itu, Kang Jalal bukan hanya mengaplikasikan ilmu komunikasinya dalam sebuah kritik saja melainkan pada penyampaian materi yang ia tulis dalam bukunya juga. Bila diperhatikan dengan saksama, tulisan dalam bagian-bagian yang ada di buku tersebut berkronologis seperti membangun sebuah cerita.
Dalam setiap bagiannya, Kang Jalal terlihat seperti memasukkan awal dan akhir cerita dalam bukunya itu, sehingga bila diperhatikan, itu seperti membangun sebuah runtutan kisah.
Cerita atau kisah yang seperti dibuat oleh Kang Jalal bukan tanpa sebab, pasti terdapat alasan yang membuatnya “harus” merangkai materi seperti layaknya sebuah cerita. Bisa saja hal itu ia lakukan agar materi yang ditulisnya dapat dipahami secara mudah.
***
Sebab kelebihan yang ada dalam sebuah tulisan yang bentuknya cerita, tidak lain ialah akan memudahkan pembaca ketika membaca tulisannya. Sebab tulisannya akan terlihat mengalir karena keberadaan alur yang ada dalam sebuah tulisan.
Selain itu, penanda lain bahwa ia menggunakan cerita sebagai alatnya dapat dilihat dari materinya itu sendiri. Sebab materi yang ada dalam tulisannya itu disampaikan dengan kisah-kisah sejarah Islam. Hal itu selain dapat memperkuat argumennya, juga dapat memberikan pengetahuan mengenai kesejarahan Islam.
Sehingga secara tidak langsung, Kang Jalal memberikan “combo” kepada pembaca. “combo” yang dimaksud ialah ilmu yang didapatkan ole pembaca. Sebab selain pesan yang pembaca akan dapatkan, melalui tulisan itu, pembaca pun akan mengetahui kesejarahan Islam.
Lagi-lagi, bukan tanpa alasan ia masukkan kesejarahan Islam itu, barangkali Kang Jalal menilai bahwa pembaca kurang mengetahui sejarah-sejarah keislaman, sehingga dalam materinya dengan sengaja ia “memberikan” kesejarahan islam agar pembaca dapat mengetahui juga mengenai tentang kesejarahan Islam.
Editor: Yahya FR