Perspektif

Kapten Afwan, Peci Abdimu Semoga di Surga

2 Mins read

Rumah dua lantai berwarna dominan cerah itu mendadak ramai. Menjelang kabut malam, tiba-tiba ada tangis pecah, diikuti tetangga, sanak, kerabat, dan masyarakat komplek yang berduyun-duyun datang takziyah ke rumah tersebut.Rumah di Bumi Cibinong Endah Blok A3, RT 02, RW 10, Bogor Jawa Barat itu rumah milik Kapten Afwan. Pilot pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak. Pesawat yang diterbangkannya dilaporkan jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1) siang.

Kapten Afwan tidak sendirian, ia bersama 50 penumpang ada dalam pesawat tersebut. Mereka di antaranya 40 orang dewasa, 7 anak-anak dan 3 Bayi. Ditambah 12 orang, yakni 6 kru aktif dan 6 ekstra kru.Sampai tulisan ini diselesaikan, Ahad (10/1) jam 14.06 WIB, tim gabugan yang berasal dari Basarnas dan TNI masih melakukan pencarian penumpang, Blak Box, dan informasi penting lainnya di kedalaman 13-14 meter di laut Kepulauan Seribu.

Melansir dari Setkab.go.id, Ahad (10/1), dijelaskan bahwa pesawat take off dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Pontianak pada pukul 14.36 WIB. Selanjutnya pada pukul 14.37 WIB melewati 1.700 kaki dan melakukan kontak dengan Jakarta Approach. Pesawat diizinkan naik ke ketinggian 29.000 kaki dengan mengikuti Standard Instrument Departure.

Duka masyarakat Indonesia pecah, segenap pimpinan negara mengucapkan bela sungkawa, begitupun dengan masyarakat, melalui tagar di Twitter #SJW182, mereka beramai-ramai menyemangati para keluarga yang ditinggalkan dan mengucapkan duka.

Sosok Kapten Afwan

“Selama saya kerja di bandara Sultan Hasanuddin Makasar, beliau satu-satunya kaptent yang selalu saya lihat di musholla, beliau identik dengan kopiah putihnya. Beliau rajin berbagi rizki sama anak-anak ground di penerbangannya. Bahkan saya tidak pernah melihat beliau keluar dari mushollah melainkan beliau mengulurkan rezki kepada petugas cleaning musholla. Mending penerbangan beliau yang delay daripada sholat lima waktunya yang delay, beliau orang sholeh, itu sedikit gambaran tentang beliau yang saya tahu, Wallahu A’lam. Al fatihah untuk beliau.” tulis Asry.Agung.

Pesan tersebut disampaikan Arsy Agung, rekan sejawat Kapten Afwan yang bekerja di Bandara Sultan Hasanuddin. Arsy merekam sosok Kapten Afwan sebagai orang yang religius dan suka menolong orang lain.

Baca Juga  Islam Bukan Agama yang Sepenuhnya Mistis Maupun Logis: Apakah Islam Agama yang Bukan-Bukan?

Rekaman lain diungkapkan Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat, namanya Agus Pramudibyo. Kapten Afwan merupakan sosok yang memiliki kepribadian santun dan soleh. Selain santun, Kapten Afwan, yang juga dipanggil dengan nama Haji Afwan, dikenal agamis. Sering mengenakan peci putih.

“Beliau sosok yang baik, baik sekali ya, terus santun orangnya. Saya terakhir ketemu kemarin Jumat. Kondisinya belum tahu. Sosok beliau itu santun baik kalau kadang ada arisan warga itu beliau ngisi tausiyah,” katanya.

Senada, Muhammad yang merupakan keponakan Kapten Afwan, mengatakan Kapten Afwan merupakan sosok yang alim.

“Jika berada di rumahnya pagi hari, maka lantunan muratal ayat ayat Al-Quran akan terdengar. Kapten Afwan juga sosok dermawan, tak hanya kepada keluarga tetapi juga pada warga sekitar.” kenangnya.

Pecinya Abdi di Surga

Ada banyak foto yang beredar di media sosial mengenai detik-detik menjelang wafatnya Kapten Afwan. Ada hal yang menarik perhatian setidaknya ada tiga foto:  Pertama, almarhum mengingatkan salat Subuh; Kedua, Status terakhirnya tentang “Setinggi apapun terbang, tidak akan masuk surga jika tidak salat”; Ketiga, Peci putihnya.

Melihat orang-orang di sekelilingnya yang mengatakan Kapten Afwan sosok yang baik dan ungkapan status beliau, rasanya kita tidak bisa mengelak bahwa Kapten Afwan memang sosok yang sangat religus.

Bahkan Habib Nabiel Al Musawa, sesepuh ormas Islam Majlis Rasulullah SAW Pusat Jakarta dan tokoh senior NU mengungkapkan bahwa pilot ini sudah mendapatkan syahid.

“Orang yang berusaha untuk terus menjaga keshalihan dirinya, maka akhir hidupnya pun akan dijaga Allah agar tetap shalih.” Ungkapnya.

Pengabdian awak kapal ini boleh saja usai. Namun, abdinya akan selalu dikenang masyarakat Indonesia. Peci putih dengan wajahnya yang mengembang akan selalu teringat dalam benak masyarakat Indonesia.

Baca Juga  Bencana dan Musibah sebagai Ujian Hidup

Semoga peci abdimu mengantarkanmu ke Surga. Amin.

Editor: RF Wuland

Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *