“New Normal” merupakan istilah baru yang saat ini sering kita jumpai di berbagai media sosial atau pemberitaan. Istilah new normal lahir dari situasi atau kondisi tatkala pandemi Covid-19 mewabah di masyarakat. Sehingga, new normal dimaknai sebagai tradisi baru dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Baik itu bekerja, sekolah, berdagang, berwisata, dan aktivitas lainnya. Hal ini pun juga berdampak terhadap anak kanker, khususnya di Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI).
Pandemi Covid-19 ini merupakan salah satu wabah terbesar di dunia. Hal demikian berdampak pada menurunya produktivitas global. Apabila tidak dilakukan langkah-langkah cepat dalam menyelesaikan masalah ini, maka akan menimbulkan dampak yang lebih besar. Di antaranya perekonomian yang melemah, banyak perusahan gulung tikar, PHK dimana-mana, transportasi terhenti, dan kriminalitas meningkat. Berangkat dari dampak-dampak tersebutlah new normal menjadi alternatif yang banayak dipilih oleh berbagai kalangan.
Banyak pihak yang telah melakukan imbauan kepada masyarakat ketika Covid-19 sudah semakin meningkat. Beberapa hal yang diterapkan antara lain physical distancing, memakai masker, cuci tangan, tidak berkerumunan, lockdown, meningkatkan pola hidup sehat dan bersih, dan transaksi uang tunai juga sudah berkurang.
Pada negara tertentu, imbauan tersebut sudah menjadi aturan baku untuk mencegah menyebarnya Covid-19. Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa tempat sudah diterapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).
PSBB ini berdampak pada aktivitas perubahan sistem yang ada di beberapa instansi seperti lembaga pendidikan, perkantoran, dan lembaga sosial. Banyak lembaga pendidikan dan perkantoran yang menjalankan aktivitasnya secara daring (dalam jaringan). Namun, bagaimana dengan lembaga sosial, salah satunya Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia yang memiliki 8 Cabang di Indonesia?
New Normal di YKAKI
Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia biasa disingkat YKAKI, merupakan yayasan yang memberikan berbagai fasilitas, seperti rumah singgah dengan nama ‘Rumah Kita’, sekolah dan transportasi bagi anak-anak penderita kanker. YKAKI ini sangat memperhatikan hak-hak anak penderita kanker dalam menjalani pengobatan yang terbaik. Selain itu, yayasan ini juga mengakomodir hak belajar dengan program Sekolah-ku serta hak bermain anak-anak tersebut.
Pada keadaan normal, kegiatan di YKAKI, antara lain mengantar anak-anak check-up ke rumah sakit sesuai jadwal yang telah diatur. Sementara itu, orang tua berperan menjaga kebersihan ‘Rumah Kita’ dengan gotong royong membersihkannya serta melakukan kegiatan belajar mengajar di ‘Sekolah-ku’. Khusus kegiatan belajar mengajar di Sekolah-ku merupakan aktivitas rutin bagi anak-anak penderita yang ada di YKAKI.
Bentuk kegiatannya, antara lain belajar tatap muka, belajar kelas memasak, beraktivitas bercocok tanam, dan membuat prakarya. Semua kegiatan itu rutin dilakukan pada saat keadaan normal. Maka dari itu dengan adanya pandemi Covid-19 ini berdampak pada aktivitas tersebut, salah satunya kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan belajar mengajar saat pandemi Covid-19 dengan aturan PSBB, guru-guru YKAKI tidak diperkenankan mengajar tatap muka dan tidak masuk kerja. Sehingga, dalam mengatasi ini YKAKI memberikan aturan baru pada guru-guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring agar kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung.
Seiring berjalannya waktu, guna meningkatkan produktivitas di masyarakat akhirnya PSBB dilonggarkan dan diterapkan dengan sistem new normal. Pada masa new normal, masyarakat sudah terlihat beraktivitas kembali dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, membawa hand-sanitizer, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menjaga kebersihan.
Hal demikian dapat kita temukan di berbagai perkantoran, pertokoan, mall, rumah makan, pasar, tempat-tempat transportasi, dan lembaga-lembaga sosial. Mereka semua telah menyediakan tempat cuci tangan. Semua masyarakat juga terlihat memakai masker, ada juga yang selalu membawa hand-sanitizer. Hal itu merupakan “tradisi baru” di masa transisi pandemi Covid-19 yang kita kenal dengan istilah new normal.
Memenuhi Hak Anak Penderita Kanker
Khusus untuk YKAKI, new normal juga berimplikasi dalam kegiatan anak-anak penderita. Sebelum diterapkannya new normal YKAKI, semua elemen lainnya baik orang tua, anak, karyawan, dan guru diharuskan mencuci tangan dan untuk tamu yang datang dianjurkan memakai masker. Tradisi itu semua sudah diterapkan di YKAKI, namun ada beberapa perbedaan salah satunya pada kegiatan belajar mengajar bagi anak-anak penderita.
Kegiatan belajar-mengajar pada era new normal, jika dilihat dari keputusan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring hingga pandemi Covid-19 ini benar-benar hilang. Hal ini dikarenakan anak-anak sangat senang berkumpul dan tidak bisa mengatur diri, sehingga berpotensi terjangkit virus. Begitu pula yang terjadi pada anak-anak kanker khususnya di YKAKI.
Anak-anak kanker sangat rentan terjangkit virus tersebut. Sehingga tidak diperkenankan untuk melakukan pembelajaran tatap muka atau pembelajaran yang sifatnya berkumpul/berkerumunan. Dalam mengatasi hal itu, YKAKI dengan aturan new normal-nya, anak-anak tetap bisa melaksanakan kegiatan belajar mengajar tatap muka.
Aturan tersebut antara lain menggunakan masker pada saat KBM berjalan, jaga jarak antara guru dengan anak. Setiap satu guru dibagi mengajar beberapa anak, sehingga tidak berkumpul. Disamping itu, semua guru dan anak diharuskan rajin mencuci tangan. Dengan adanya era new normal ini, menjadi solusi terbaik bagi kelangusngan pengobatan dan pendidikan anak-anak kanker.
Hak belajar dan hak bermain anak pun bisa terpenuhi serta tingkat kehati-hatiannya dalam menjaga kebersihan pun menjadi lebih baik. Harapan kedepan semoga pandemi Covid-19 ini benar-benar hilang. Sehingga, aktivitas yang ada di YKAKI berjalan lebih baik dan tidak dihantui Covid-19. Dengan demikian, anak-anak pun dapat menerima kunjungan atau mendapat support dari masyarakt sebagai penyemangat mereka.
Editor: Nirwansyah/Nabhan