Perspektif

Membentuk Kesalehan Ekologis Melalui Pesantren Ekologi

3 Mins read

Ekologis – Sekarang  ini isu lingkungan menjadi problem kita semua. Sebagai contoh nyata yang bisa kita rasakan adalah perubahan iklim yang kian menghawatirkan.

Perubahan iklim terjadi sebagai dampak negatif dari aktivitas industri dan pertanian, perusakan keanekaragaman hayati, pencemaran tanah, air dan udara oleh zat kimia berbahaya. Memang, persoalan kerusakan lingkungan ini begitu kompleks.

Berdasarkan kompleksitas tersebut, beragam upaya dilakukan untuk mengatasi persoalan kerusakan lingkungan, salah satunya melalui agama sebagai suatu kekuatan luar biasa yang dapat mempengaruhi manusia.  Salah satu bentuk upaya agama dalam menjawab persoalan kerusakan lingkungan adalah melalui pendidikan, yaitu di pesantren ekologis.

Munculnya Pesantren Ekologis

Sayyid Hossein Nasr dalam bukunya Man and Nature: The Spiritual Crisis of Modern Man menyebutkan bahwa krisis lingkungan yang terjadi berkorelasi dengan krisis spiritual eksistensial manusia modern. Hal ini berdampak pada hilangnya nilai-nilai sakral terhadap alam ataupun lingkungan di mana dia bisa hidup.

Pesantren Ekologi muncul untuk membumikan nilai-nilai agama sebagai uapaya menjawab persoalan lingkungan. Salah satu pesantren ekologi yang bisa kita lihat adalah Pesantren Ekologi At-Thaariq.

Dalam website-nya, diketahui bahwasannya pesantren ini berdiri pada akhir bulan tahun 2009, berlokasi di Sukagalih, Tarogong Kidul, Garut Jawa Barat. Pesantren tersebut dipimpin oleh pasangan suami istri bernama Ibang Lukmanuddin dan Nisa Wargadipura.

Dengan mengusung motto “ramah terhadap bumi, ramah terhadap manusia, dan ramah terhadap masa depan”,  Pesantren Ekologi Ath Thaariq mengajarkan pengetahuan dan praktik agroekologi untuk melindungi dan mencintai bumi, manusia, dan masa depan. Dalam hal ini, pesantren ekologi At Thaariq menempatkan Agama Islam sebagai pondasi untuk menjaga lingkungan.

***

Dalam tulisan Fahrurrazi tentang Role of Eco-Pesantren Ath Thaarriq Oleh Pak Ibang sebagai pimpinan, menjelaskan beberapa ayat Al -Qur’an dan hadis yang dijadikan sebagai rujukan untuk mengatasi kerusakan lingkungan di antaranya: QS. Ar-Rum: 41-42, QS. Al-Araf: 56-58, QS. Shad: 27, QS. Hud: 6, QS. Al-Qashas: 77, QS. Al-Araf:56. Dan hadis dari Nabi Muhammad yang mengharuskan kita memberi makan dan memelihara hewan yang kita jadikan sebagai kendaraan dan mengambil air susu darinya.

Baca Juga  Merajut Simpul Ekologi Islam yang Putus

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa sebagai muslim yang baik, pastilah menjadikan Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber hukum dan pengetahuan dalam menjalankan kehidupan. Maka ketika Al-Qur’an dan hadis memerintahkan untuk senantiasa berbuat baik kepada alam, maka sejatinya dia mendapatkan pahala karena telah menjalankan perintah-Nya.

Dengan begitu, sudah jelas bahwa Islam memegang peran penting untuk menjaga bumi dan segala yang ada di dalamnya dari kerusakan yang diakibatkan oleh perilaku manusia yang rakus dan eksploitatif.

Bentuk Kesalehan Ekologis

Sering kita dengar kata “saleh” dalam kehidupan sehari hari. Sebagaimana yang kita ketahui, ketika seseorang disebut orang saleh, maka yang ada dalam pikiran kita adalah orang yang rajin beribadah kepada Allah dan berperilaku baik terhadap sesama manusia. Namun bagaimana yang dimaksud kesalehan ekologis?

Abdullah dalam bukunya Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Qur’an menjelaskan bahwasanya kesalehan ekologis adalah kesadaran dan kearifan serta kepedulian tentang pentingnya lingkungan hidup dan dikristalisasikan dalam tindakan pelestarian lingkungan hidup.

Sedangkan menurut Sumantri dalam bukunya yang berjudul Kesehatan Lingkungan mengatakan sebagai akhlak yang tercakup di dalamnya relasi manusia dengan Allah, relasi antar manusia dan relasi manusia dengan lingkungan atau alam

Bahkan dalam al quran sendiri menyebutkan peranan penting orang saleh dalam menjaga kehidupan di muka bumi. Tercantum dalam QS. Al-Anbiya: 105.

وَلَقَدۡ كَتَبۡنَا فِي ٱلزَّبُورِ مِنۢ بَعۡدِ ٱلذِّكۡرِ أَنَّ ٱلۡأَرۡضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ ٱلصَّٰلِحُونَ 

Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh

Berikut ini merupakan bentuk-bentuk kesalehan Ekologi, di antaranya ;

Bertanggung Jawab

Allah Swt menyatakan bahwa alam semesta beserta isinya adalah milik-Nya. Manusia hanya menjadi sebagai pengelola dan dalam kerangka tujuan yang telah ditetapkan-Nya.

Baca Juga  Fast Fashion yang Membawa Petaka

Oleh karena itu kepemilikan manusia hanya bersifat titipan, yang pada suatu saat nanti harus dipertanggung jawabkan terhadap pemilik-Nya.

Dengan demikian tidak seharusnya manusia bersikap eksploitatif dan merusak alam yang akan menyebabkan manusia mendapatkan kehancurannya sendiri.

Kepedulian Terhadap Alam

Rahmatan lil alamin bukanlah hanya sebuah jargon yang hanya terucap dari mulut, tapi rahmatan lil alamin adalah tujuan dari Islam itu sendiri. Rahmatan lil alamin tidak hanya meliputi manusia, tapi semua yang ada di alam semesta ini.

Maka, sudah seharusnya Islam menjadi sentral dalam menciptakan nuansa kehidupan bermanifestasikan kasih sayang bagi alam semesta tersebut.

Tidak Hidup Berlebihan

Memasuki era konsumerisme seperti sekarang, menyebabkan seseorang mudah sekali untuk melakukan konsumsi berlebih. Entah itu terkait dengan makanan, materi, atau energi. Dari konsumsi berlebih ini menghasilkan “sampah” yang menjadi salah satu persoalan lingkungan.

Karena sampah datang dari apa yang kita konsumsi, maka dengan menjalani kehidupan sederhana secara tidak langsung, telah berkontribusi terhadap salah satu persoalan lingkungan yang tengah kita hadapi.

Editor: Yahya FR

Avatar
5 posts

About author
Tertarik terhadap isu sosial, keagamaan dan lingkungan
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *