Tarikh

Kisah Nabi Musa dan Kematian Firaun di Laut Merah

4 Mins read

Jauh sebelum kematian Firaun di laut merah, Raja Fir’aun khawatir bahwa dirinya akan dikalahkan oleh seorang bayi Bani Israil. Ia mengadakan gerakan pembersihan bayi laki-laki Bani Israil.

Masa Kecil Nabi Musa As. (Qs. Alqashash: 6 -13)

Ibu Musa sangat khawatir akan nasib anaknya itu. Beliau berfikir bagaimana cara menyelamatkan anaknya tercinta, yaitu Musa. Dalam QS. Al-Qashash: 10 diceritakan bahwa Allah membimbingnya. Maka disusuilah anaknya itu sampai puas, kemudian diletakkannya di atas rakit kecil dan dihanyutkan ke sungai Nil. Rakit itu hanyut mengikuti arus sungai Nil, masuk ke dalam istana Raja Fir’aun. Kakak perempuan Musa mengikuti sepanjang sungai Nil.

Asiyah, istri Fir’aun, tertarik dengan bayi itu dan memohon suaminya diperkenankan mengambilnya sebagai anak pungut. Setelah debat keras, bayi Musa dijadikan menjadi anak asuh. Setelah seharian di istana, bayi Musa pun haus lalu menangis minta air susu ibu. Ternyata para wanita di istana tidak ada yang dimaui. Maka istana mengadakan sayembara mencari ibu susu.

Kakak perempuan Musa mengecek kebenaran bayi apakah benar-benar adiknya, sambil menawarkan jasa wanita desa yang bisa menyusui anak itu. Istri Fir’aun setuju. Maka bergegaslah ia  menyampaikan berita itu kepada Ibu Musa.

Ibu Musa mengikuti sayembara itu, dan bayi Musa mau menyusunya. Sejak itu, Ibu Musa menjadi ibu susu anaknya sendiri dan mendapat gaji dari istana. Setelah masa menyusui habis bayi Musa dikembalikan ke istana.

Membunuh Orang Qibthi (Qs.Alqashash: 15-21)

Ketika berjalan-jalan di sebuah kota, Musa melihat dua orang sedang berkelahi. Orang pertama dari bani Israil dan orang kedua dari keluarga Fir’aun. Orang pertama meminta bantuan Musa agar Musa mau menolongnya. Musa pun membantunya. Dengan sekali pukul orang kedua terkapar mati. Atas peristiwa ini Musa ketakutan dan hijrah sampai ke negeri Madyan.

Baca Juga  Hijrah Nabi Musa: Dari Mentalitas Inferior Bangsa Israel Hingga Impian ’Tanah yang Dijanjikan’

Masa Mengembara (Alqashash: 23)

Maka Nabi Musa sampai di sumber air negeri Madyan. Dijumpainya sekumpulan orang sedang meminumkan hewan ternak. Di sisi lain Musa melihat dua perempuan sedang menunggu gilirannya. Maka Musa bertanya kepada dua wanita itu, “Apakah maksudmu di sini?”

Wanita itu menjawab, “Kami tidak dapat meminumkan ternak-ternak kami sebelum para lelaki itu meninggalkan tempat itu. Sedang ayah kami seorang lelaki yang sudah tua!’

Maka Musa pun membantu wanita itu untuk memberi minum ternaknya. Setelah selesai ia kembali ke tempat semula. Tak lama kemudian salah satu dari dua wanita tadi menemui Musa dan atas nama ayahnya (Nabi Syuaib), mengundang agar Musa datang ke rumahnya untuk dijamu. Nabi Musa pun curhat kepada Nabi Syuaib.

Satu wanita tadi mengusulkan agar Syuaib mengambil Musa sebagai tenaga kerja karena Musa orang kuat dan dapat dipercaya. Maka nabi Syuaib pun menikahkan Musa dengan salah satu putrinya dengan masa kerja/ pengabdian delapan tahun atau sepuluh tahun lebih utama. Nabi Musa pun menerimanya.

Sepuluh tahun kemudian, Musa a.s. sekeluarga berangkat dengan membawa sejumlah kambing pemberian mertuanya. Malam sangat gelap dan dingin. Di suatu tempat, beliau menghidupkan api. Berkali-kali api itu tidak mau menyala. Musa sangat heran. Tiba-tiba beliau melihat api. maka ia berkata kepada istrinya agar mereka menunggu. Nabi Musa mendekati api itu. (Qs. Alqashash: 29)

Di tempat api itu, Allah memberi dua mukjizat kepada Musa, yaitu pertama, tongkat saktinya. Kedua dari tangan bisa menjadi putih tanpa cacat jika dimasukkan ke dalam leher bajunya. Allah juga menugaskan Musa untuk berdakwah kepada Raja Fir’aun. Nabi Musa memohon kepada Allah agar dalam berdakwah itu ditemani oleh saudaranya, yaitu Nabi Harun. Allah mengabulkan doa tersebut.

Baca Juga  Bagaimana Cara Islam Masuk Singapura?

Sihir Dahsyat Fir’aun dan Musa (Qs. Asy-Syu’ara: 18 – 51)

Ketika Musa datang kepada Fir’aun hendak mengajak kembali kepada ajaran Allah, Raja Fir’aun menolak dengan tutur kata halus. Dia menceritakan masa kecil Musa dalam asuhannya. Fir’aun mengatakan bahwa Musa itu tidak tahu membalas budi kepada Fir’aun. Musa membunuh orang Qithfi, kemudian minggat, dan sekarang kembali malah mengajak debat, main sihir, dan berperang melawannya.

Main sihir pun dilaksanakan. Fir’aun  memilih waktu pagi hari bertepatan dengan hari raya kaumnya. Tukang-tukang sihir undangan Fir’aun mengawali permainan dengan melemparkan tali temali. Dalam pandangan Nabi Musa dan Nabi Harun, tali-temali itu berubah menjadi ular-ular kecil yang banyak hendak menyerang Musa dan Harun. (Qs. Asyu’ara: 45)

Nabi Musa pun melemparkan tongkatnya. Maka tongkat itu berubah menjadi seekor ular kobra besar yang kemudian menelan habis ular-ular kecil tukang sihir Fir’aun. Tukang-tukang sihir Fir’aun mengaku kalah, lalu berbalik  menyatakan beriman kepada Tuhan Musa.

Fir’aun berkata: “Apakah kamu sekalian beriman kepada Tuhan Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Jika kamu tidak kembali kepada agamamu semula,  aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya.” 

Para tukang sihir itu menjawab, “Tidak masalah bagi kami; sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami, sesungguhnya Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman.” (Qs. Asy-Syu’ara: 51). Akhirnya para tukang sihir bayaran itu dibantai oleh Fir’aun dan anak buahnya.

Kematian Firaun di Laut Merah (Qs.Asy-Syu’ara: 52-66)

Karena merasa dipermalukan oleh Musa, Fir’aun mengerahkan seluruh pasukannya untuk berburu warga Bani Israil dan Musa beserta anak buahnya. Allah mewahyukan kepada Musa, agar ia mengumpulkan umatnya dan membawanya hijrah dari  Mesir pada malam hari. Jumlah umat yang dibawa nabi Musa sudah mencapai enam ratus ribu orang lebih.

Baca Juga  Inilah Doa Nabi Musa Ketika Membelah Lautan

Fir’aun mendengar bahwa Musa dan umatnya sudah melarikan diri dari negeri Mesir, maka Firaun dan pasukannya untuk memburunya. Akhirnya terkejarlah mereka di tepi Laut Merah.

Melihat hal itu,  Bani Israil ketakutan. Allah mewahyukan kepada Musa untuk memukulkan tongkatnya ke air laut Merah di depannya. Seketika terjadilah mukjizat. Laut Merah terbelah. Tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar, ada dua belas belahan sehingga tiap-tiap sibt (kabilah) Bani Israil menempuh satu jalan. Dan Allah memerintahkan Musa untuk melintasi belahan air laut tersebut.

Fir’aun beserta anak buahnya, tahu kalau laut itu terbelah. Karena ambisinya, mereka terus mengejar memasuki belahan air laut itu sambil berteriak-teriak mengancam Nabi Musa beserta anak buahnya.

Akhirnya sampailah Musa dan anak buahnya ke darat. Sementara Fir’aun dan anak buahnya masih di arena laut. Lalu Allah menutup jalan itu. Benturan air dari sisi kanan dan sisi kiri sangat keras. Terjadilah Tsunami. Fir’aun dan anak buahnya tenggelam semuanya dihempas-hempas ombak.

Dalam sekaratnya, raja Fir’aun mengakui kekalahanannya dengan Allah, dan menyatakan percaya kepada Tuhan Musa dan Bani Israil. (Qs. Yunus: 90). Namun, setekah kematian Firaun terjadi di Laut Merah. Imannya sudah tidak ada manfaatnya lagi. (Al-Mu’min: 84-85).

Editor: Nabha

Avatar
77 posts

About author
Majelis Pustaka PCM Semin
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *