Mendengar nama Abu Bakar as-Shidiq tentu terngiang di telinga kita sosok sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah SAW. Usianya hanya terpaut beberapa bulan lebih muda dari Nabi SAW. Abu Bakar berasal dari kabilah Taim bin Murrah bin Ka’ab. Nasabnya bertemu dengan Nabi pada silsilah Adnan.
Nama asli Abu Bakar adalah Abdullah bin Abi Quhafah. Sebelum kedatangan Islam, ia bernama Abu Ka’bah. Ada juga riwayat mengatakan bahwa awalnya bernama Atiq, karena dari pihak ibunya tidak pernah ada anak laki-laki yang hidup. Konon, ibunya bernadzar apabila lahir laki-laki maka akan diberi nama Abu Ka’bah dan akan disedekahkan kepada Ka’bah. Ada sumber lain mengatakan bahwa Atiq itu bukan namanya melainkan julukan karena warna kulitnya yang putih.
Rasulullah Wafat
Nabi Muhammad SAW berpulang ke rahmatullah pada 12 Rabiul Awwal 11 Hijriyah atau bertepatan dengan 3 Juni 632 Masehi. Setelah tersiar kabar wafatnya, para sahabat sangat terkejut. Umar bin Khattab yang duduk di tengah mereka mengatakan bahwa Rasulullah tidak meninggal, melainkan sedang pergi menghadap Tuhannya. Umar terus mengancam orang-orang yang mengatakan bahwa Rasulullah telah wafat.
Ketika tersiar kabar Rasulullah wafat, Abu Bakar sudah pulang ke rumahnya di Sunh di pinggir kota Madinah. Lalu, beliau bergegas menuju rumah Aisyah. Dilihatnya Nabi Muhammad SAW sudah diselubungi kain di salah satu bagian rumahnya. Lantas menyingkap kain itu dari wajah nabi Muhammad lalu menciumnya dan berkata: “Alangkah sedapnya sewaktu engkau hidup, dan alangkah sedapnya waktu engkau wafat.”
Setelah itu, Abu Bakar segera keluar lalu berkata kepada mereka: “Saudara-saudara! Barangsiapa menyembah Muhammad, Muhammad sudah meninggal. Tetapi barangsiapa yang menyembah Allah, Allah selalu hidup, tak pernah mati.” Kemudian Abu Bakar membaca firman Allah surat Ali Imran (3): 144 yang artinya: “Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya pun telah berlalu rasul-rasul. Apabila dia mati atau terbunuh kamu akan berbalik ke belakang? Barangsiapa berbalik ke belakang sama sekali tak akan merugikan Allah, tetapi Allah akan memberi pahala kepada orang-orang yang bersyukur.” Lantas seketika itu Umar jatuh tersungkur dan baru meyakini bahwa Rasulullah telah wafat.
Abu Bakar Menjadi Khalifah
Masa Rasulullah SAW hidup adalah masa wahyu dari Allah. Allah telah menyempurnakan agama itu untuk umat manusia, telah melengkapi karunia-Nya dan dengan Islam sebagai agama yang dipilih-Nya untuk mereka. Banyak hambatan ketika Abu Bakar menggantikan Rasulullah sebagai pemimpin, karena masa transisi yang menimbulkan kekhawatiran bagi seluruh umat Islam ketika itu.
Timbulnya gejala-gejala kegoncangan juga sudah mengancam sebelum Rasulullah wafat. Sebagai contoh Musailamah bin Habib di Yamamah yang menyatakan bahwa dirinya adalah nabi setelah Rasulullah. Juga Aswad Ansi di Yaman yang mendakwakan bahwa dia nabi sekaligus tukang sihir. Itulah sebabnya setelah mendengar berita Rasulullah wafat mereka menjadi murtad dan banyak Kabilah yang menyatakan tidak lagi tunduk pada kekuasaan Madinah. Mereka mulai menganggap bahwa zakat itu sama dengan keharusan membayar pajak, oleh karena itu mereka menolak.
Pemberontakan dan Perang Riddah
Penolakan dan pemberontakkan menjalar ke seluruh jazirah Arab begitu Rasulullah wafat. Sampai juga berita itu kepada Abu Bakar dan mereka berbeda pandangan tentang bagaimana menangani masalah tersebut. Satu golongan berpendapat untuk tidak menindak mereka yang menolak membayar zakat selama mereka masih mengakui bahwa tidak ada tuhan selain Allah.
Akan tetapi Abu Bakar tetap bersikeras bahwa mereka yang menolak membayar zakat dan murtad harus diperangi. Dan itulah awal perang Riddah yang memakan waktu hampir satu tahun lamanya. Riddah berakar dari kata radda, irtadda yang artinya berbalik ke belakang dan pelakunya dinamakan murtad.
Ratusan bahkan ribuan terbunuh dalam perang Riddah. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam menentukan sejarah Islam. Andaikata Abu Bakar tunduk pada pada pihak yang menyetujui perang, akibatnya kekacauan akan lebih luas ke seluruh jazirah Arab. Sebaliknya jika akhirnya kalah, maka sejarah dunia Islam akan sangat berbeda dengan sekarang.
Maka tidak berlebihan jika kemenangan itu akhirnya berpihak kepada Abu Bakar. Berarti beliau telah mengubah arah sejarah dunia Islam. Keimanan Abu Bakar yang sanggup mengobarkan semangat para sahabat yang untuk selalu membala agama Allah, maka Allah jawab dengan kemenangan pada perang Riddah.
Editor: Arif