Inspiring

Keteladanan ‘Urwah bin Zubair: Sang Fuqaha Sab’ah

4 Mins read

Keteladanan terpancar dari salah seorang tokoh generasi tabi’in, yaitu ‘Urwah bin Zubair. Sosok yang menjadi salah satu figur rujukan ilmu pada masanya dan dikenal sebagai pribadi yang memiliki akhlak mulia. Seorang yang paling banyak meriwayatkan Hadis dari Sayyidah ‘Aisyah r.a. Beliau seorang yang zuhud dan tak terbelenggu dengan nafsu duniawi.

Kelahiran ‘Urwah bin Zubair

Nama lengkap ‘Urwah bin Az-Zubair adalah Abu ‘Abdillah ‘Urwah bin Zubair bin ’Awwam bin Khuwailid bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza bin Qushay bin Kilab Al-Qurasyi Al-Asadi Al-Madani Al-Taabi Al-Jalil. Dilahirkan pada tahun 23 atau 22 Hijriah pada masa akhir kekhalifahan ‘Umar bin Khatab. Sebagian mengatakan pada masa ‘Utsman bin ‘Affan di kota Madinah. Putra dari pasangan Zubair bin ’Awwam r.a dan Asma’ binti Abi Bakar Ash-Shiddiq r.a. Beliau adalah adik kandung dari ‘Abdullah bin Az-Zubair r.a sekaligus keponakan dari ‘Aisyah r.a.

Dari bibi nya itulah, ‘Urwah banyak mengambil sanad dan meriwayatkan hadits Rasulullah saw. Sehingga kemudian ‘Urwah menjadi tabi’in yang paling mengetahui hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah r.a dari Nabi Muhammad saw.

Rihlah Ilmiah

Dengan semangat dalam thalabul ilmi (menuntut ilmu agama) yang tidak mengenal lelah, ia menemui sisa-sisa para sahabat Rasulullah saw. yang masih hidup. Ia ketuk setiap pintu rumahnya, ia sabar menanti dan shalat bersamanya, serta selalu aktif dalam setiap halaqoh (majelis) ilmu mereka, sehingga usahanya membuahkan hasil yang dapat mewujudkan apa yang menjadi keinginannya. Ia menjadi salah satu dari tujuh tokoh fiqih di kota Madinah  yang banyak orang datang menimba ilmu dan meminta fatwa kepadanya.

Beliau adalah salah satu dari Fuqaha Sab’ah (Tujuh ahli Fiqih) dari Madinah bersama Sai’d Al-Musayyab, al-Qasim bin Muhammad, Kharijah bin Zaid, Abu Salamah bin Abdurrahman, ‘Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah, Sulaiman Bin Yassar.

Baca Juga  Yahya Muhaimin: Keteguhan, Kepribadian, dan Perjuangan di Muhammadiyah

Kisah Hidup Sabar dan Kemuliaan ‘Urwah

Menurut Ibnu Syaudzab, ‘Urwah selalu berdzikir dan membaca seperempat al-Qur’an dan shalat malam setiap harinya. Seperti dikatakan oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan : “Barang siapa ingin melihat seseorang dari ahli Surga, hendaklah ia melihat ‘Urwah bin Zubair”. Ia tidak pernah meninggalkan rutinitas tersebut kecuali pada malam ketika kakinya dipotong karena terkena penyakit akilah, penyakit itu merupakan salah satu penyakit yang sedang mewabah di bangsa Arab kala itu, dimana orang yang terkena, akan membengkak kaki nya dan membusuk sedikit demi sedikit, mulai dari ujung kaki hingga keatas.

Dikisahkan oleh Hisyam bin ‘Urwah, suatu ketika ‘Urwah bin Az-Zubair mendapat tugas untuk menemui khalifah Al-Walid bin ‘Abdil Malik di ibukota kekhalifahan di Damaskus di negeri Syam. Maka berangkatlah beliau beserta rombongan dari kota Madinah menuju kota Damaskus. Setibanya di suatu tempat yang masih dekat dengan kota Madinah yang bernama Wadi Al-Qura, muncul pada kaki kiri beliau luka kecil. Lama kelamaan luka tersebut mengeluarkan nanah. Luka tersebut bukan semakin sembuh malah semakin bertambah parah dan juga menyebabkan kakinya busuk.

Kehilangan Kaki

Sampailah beliau kepada Khalifah Al-Walid di kota Damaskus. Pada saat itu, penyakit tersebut telah menjalar sampai setengah betis kiri. Begitu meihat keadaan ‘Urwah, Khalifah Al-Walid segera memanggil dokter-dokter terbaik di Damaskus. Maka terkumpulah para dokter dan segera memeriksa penyakit yang beliau derita tersebut. Setelah di diagnos jenis penyakit yang menimpa beliau, sampailah mereka pada keputusan bahwa kaki beliau harus secepatnya diamputasi. Sebab kalau tidak, penyakitnya akan terus menjalar ke arah anggota badan yang lain. Disampaikanlah keputusan tersebut kepada beliau dan ternyata beliau bisa menerimanya dengan tabah.

Baca Juga  Jumatan Online Lebih Khusyuk Ketimbang Jumatan Offline

Kemudian para dokter tersebut menawarkan obat bius kepada beliau agar nantinya tidak merasakan sakit ketika kakinya digergaji. Namun beliau menolak tawaran tersebut seraya mengatakan: “Aku tidak pernah menyangka terhadap seorang yang beriman kepada Allah bahwa dia akan minum suatu obat yang akan membuat hilang akalnya sehingga dia tidak mengenal Rabbnya. Akan tetapi kalau kalian mau memotongnya silahkan, dan aku akan berusaha menahan rasa sakitnya.”

Maka dimulailah operasi pemotongan kaki beliau yang sebelah kiri dengan gergaji pada bagian atas sedikit dari kaki yang tidak terkena penyakit. Sewaktu proses amputasi tersebut sedang berlangsung, beliau tidak bergeming atau bergerak sama sekali dan juga tidak terdengar rintihan rasa sakit sedikitpun. Maka ketika telah selesai dari proses pemotongan kaki dan juga telah selesai dari shalatnya, datanglah khalifah Al-Walid menghibur beliau.

Dan berkatalah ‘Urwah kepada dirinya sendiri: “Ya Allah, segala puji hanya untuk-Mu, dahulu aku memiliki empat anggota tubuh (dua kaki dan dua tangan), kemudian Engkau ambil satu. Walaupun Engkau telah mengambil anggota tubuhku namun Engkau masih menyisakan yang lain. Dan walaupun Engkau telah memberikan musibah kepadaku namun masa sehatku masih lebih panjang darinya. Segala puji hanya untuk-Mu atas apa yang telah Engkau ambil dan atas apa yang telah Engkau berikan kepadaku dari masa sehat.”

Al-Walid berkata: “Belum pernah sekali pun aku melihat seorang syaikh yang kesabarannya seperti dia.”

Kehilangan Putra

Dan pada malam itu juga bersamaan dengan telah selesainya operasi pemotongan kaki, beliau mendapatkan kabar bahwa salah seorang putra beliau yang bernama Muhammad meninggal dunia karena ditendang oleh kuda sewaktu sedang bermain-main di dalam kandang kuda.

Baca Juga  Musdah Mulia, Pembela HAM dan Demokrasi yang Kontroversial

Maka berkatalah beliau kepada dirinya sendiri: “Segala puji hanya milik Allah, dahulu aku memiliki tujuh orang anak kemudian Engkau ambil satu dan Engkau masih menyisakan enam. Maka walaupun Engkau telah memberikan musibah kepadaku namun masa sehatku masih lebih panjang darinya. Dan walaupun Engkau telah mengambil salah seorang anakku maka sesungguhnya Engkau masih menyisakan yang lain.”

Selama menunggu proses penyembuhan kakinya, beliau tinggal di kediaman khalifah selama beberapa hari sekaligus sambil menyelesaikan keperluan yang lain. Kemudian setelah dirasa telah sembuh dan semua urusan telah selesai, kembalilah rombongan ke kota Madinah. Selama dalam perjalanan pulang, tidak pernah terdengar sepatah kata pun lisan beliau menyebut-nyebut tentang musibah yang menimpa kakinya dan kematian yang menimpa putra kesayangannya. Dan juga tidak terlihat beliau mengeluhkan musibah yang menimpanya kepada orang lain.

Kematian

Beliau wafat pada tahun 93 Hijriah dalam usianya yang ke-70 tahun dalam keadaan sedang berpuasa. Hisyam bin ‘Urwah mengatakan: “Dahulu ayahku berpuasa terus-menerus (banyak berpuasa) dan meninggal dalam keadaan berpuasa. Ketika ajal menjelang, dia sedang berpuasa, lalu keluarganya memintanyanya agar berbuka saja namun dia menolak. Sungguh dia telah menolak, karena dia berharap kalau kelak dia bisa berbuka dengan seteguk air dari sungai Kautsar di dalam bejana emas dan di tangan bidadari”. Demikianlah kisah perjalanan hidup dari salah satu penyambung perjuangan dakwah Rasulullah SAW.

editor: Yusuf R Y

Avatar
4 posts

About author
Mahasiswa
Articles
Related posts
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…
Inspiring

Sosialisme Islam Menurut H.O.S. Tjokroaminoto

2 Mins read
H.O.S Tjokroaminoto, seorang tokoh yang dihormati dalam sejarah Indonesia, tidak hanya dikenal sebagai seorang aktivis politik yang gigih, tetapi juga sebagai seorang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *