Riset

Ketertarikan Barat dalam Mengkaji Ajaran Islam

3 Mins read

Seiring dengan perkembangan zaman, agama Islam melalui berbagai rentetan sejarah perjalanannya hingga mencapai masa kejayaannya dan menempatkannya pada pusat perhatian dunia. Hal tersebut menjadikan agama Islam semakin terkenal dan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Kesuksesan itulah yang mengundang berbagai negara untuk mempelajari dan mendalami ajaran agama Islam, tak terkecuali dengan apa yang dilakukan oleh negara Barat.

Para sarjana di negara tersebut melakukan pengkajian terhadap ajaran Islam dengan berbagai metode mereka masing-masing. Nah, dalam pembahasan singkat ini, penulis ingin sedikit memberi gambaran bagaimana kajian ajaran Islam yang ada di negara Barat tersebut.

Kajian keislaman di Barat mulai muncul dan diminati sekitar abad ke-19. Tepat ketika para sarjana Barat mulai tertarik mempelajari dunia Timur, khusunya dunia Islam. Dalam sejarah, perjumpaan Barat-Islam bahkan telah di mulai sejak abad ke-13, yaitu ketika sebuah universitas di Perancis banyak mempelajari karya sarjana Islam.

Pada awalnya, kajian-kajian keislaman tersebut hanya berfokus pada bidang filsafat dan ilmu pengetahuan. Sehingga karya-karya para filsuf dan saintis muslim tersebut yang dipelajari oleh sarjana Barat. Sementara di era modern ini, kajian sarjana Barat lebih terbuka pada cabang-cabang keilmuan Islam yang lainnya, seperti Al-Qur’an, hadits, dan fikih.

Kajian Al-Qur’an di Barat

Penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Barat merupakan proses awal persentuhan Barat dengan Al-Qur’an. Kemudian hal-hal yang berkaitan dengan Al-Qur’an menjadi sesuatu yang menarik minat untul dikaji di kalangan sarjana Barat. Dalam perkembangannya, beberapa kajian Al-Qur’an di mulai dengan kajian sejarah Nabi Muhammad.

Namun, kajian ini juga tidak menafikan penjelasan tentang kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad. Beberapa tokoh yang mengkaji Al-Qur’an adalah Gustav Weil, Aloys Sprenger, William Muir, dan Theodore Nolkede serta Fazlurrahman.

Baca Juga  Tamariks, Tanaman dalam Al-Qur'an yang Jarang Dikenal

Salah satu dari tokoh tersebut, yakni Fazlurrahman mengajukan setidaknya ada tiga kategori terkait dengan potret kajian Al-Qur’an di Barat. Pertama, karya-karya yang berupaya mencari pengaruh Yahudi-Kristen di dalam Al-Qur’an. Kedua, karya-karya yang mencoba membuat rangkaian kronologis dari ayat-ayat Al-Qur’an. Ketiga, karya-karya yang bertujuan untuk menjelaskan keseluruhan atau aspek-aspek tertentu saja di dalam ajaran Al-Qur’an.

Menurut beliau, seharusnya kategori ketiga yang mendapatkan banyak perhatian. Namun dalam kenyataannya kategori pertama dan kedua lah yang mendapatkan minat intelektual Barat terhadap Al-Qur’an.

Kajian Hadits di Barat

Selain kajian Al-Qur’an, kajian hadits juga menjadi daya tarik di kalangan sarjana Barat. Mereka mencoba membaca hadits secara berbeda dengan berusaha mencari metodologi lain dari para ulama Islam. Para orientalis memiliki dua pendekatan dalam mengkaji hadits, yaitu pendekatan revisionis dan tradisionalis.

Pendekatan revisionis ini mengkaji sumber-sumber Islam dengan metode kritik sumber (source-critical methods). Sedangkan pendekatan tradisionalis meneliti sumber-sumber Islam dan mengujinya dengan cara-cara yang sesuai dengan berbagai asumsi dan tradisi kesarjanaan muslim. Salah satu tokoh dalam pendekatan revisionis misalnya, Ignaz Golziher.

Ignaz dianggap sebagai sebagai orang yang berpengaruh dalam mengembangkan kajian hadits di Barat. Dalam hasil kajiannya, ia mengkritik hadits dari aspek periwayatan, bahwa tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan periwayatan oleh generasi selanjutnya dan bukan berasal dari perkataan Nabi secara langsung yang dapat dipengaruhi oleh rentan waktu yang cukup jauh.

Selain Ignaz, ada beberapa sarjana Barat yang melakukan kajian dalam bidang hadits ini. Diantaranya; Josep Schacht, Ignaz Golziher, G.H.A.Juyuboll, Eerik Dickson, Aarent J Wensinck, Nicholson, WD. Van Wijagaarden.

Terdapat beberapa sebab yang mendorong para sarjana Barat dalam mengkaji hadits diantaranya; yaitu melalui penyelidikan hadits, para sarjana Barat dengan mudah dapat membunuh Islam. Adanya keinginan yang kuat dari para sarjana Barat untuk mendiskreditkan Islam. Terdapat banyak kontradiksi dalam materi korpus hadits, dan kontradiksi dalam korpus tadi memerlukan sebuah metode. Sehingga kebutuhan metode tersebut merangsang para orientalis untuk memperkenalkan metode penyelidikan mereka.

Baca Juga  Pimpinan Muhammadiyah Cabang Digital, Mungkinkah?

Kajian Fikih di Barat

Selanjutnya, yakni kajian dalam bidang fikih di kalangan sarjana Barat. Dalam Islam, Fikih memainkan fungsi ganda, yaitu sebagai hukum positif dan moral. Aspek inilah yang membedakan konsep hukum Islam dengan konsep hukum di Barat.

Dalam Islam, etika dan agama menyatu dengan aturan-aturan hukum positif. Robert Brunschvig menyebut hukum Islam dengan “ethico juridical” yang berarti “hukum etika”. Berbeda dengan di Barat, hukum positif tidak mungkin menyatu dengan hukum moralitas, meskipun keduanya menyentuh lahan pembahasan yang sama.

Bagi mereka “law that is not humanly enacted and recognized, and whose observance is not ascertainable by human faculties, is not law”, artinya hukum yang tidak dibuat dan diakui secara manusiawi, dan yang ketaatannya tidak dapat dipastikan oleh kemampuan manusia, bukanlah hukum. Selain Robert, tokoh yang melalukan kajian di bidang fikih ialah N. calder dan N.J. Coulson.

Itulah beberapa kajian Islam yang dilakukan oleh sarjana Barat terhadap tema keislaman, diantaranya dalam mengkaji Al-Qur’an, hadits, dan fikih.

Editor: Saleh

Kavita Nur Iswari
1 posts

About author
Mahasiswa Semester Lima Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an dan Sains Al-Ishlah (STIQSI) Lamongan
Articles
Related posts
Riset

Di mana Terjadinya Pertempuran al-Qadisiyyah?

2 Mins read
Pada bulan November 2024, lokasi Pertempuran al-Qadisiyyah di Irak telah diidentifikasi dengan menggunakan citra satelit mata-mata era Perang Dingin. Para arkeolog baru…
Riset

Membuktikan Secara Ilmiah Keajaiban Para Sufi

2 Mins read
Kita barangkali sudah sering mendengar kalau para sufi dan bahkan Nabi-nabi terdahulu memiliki pengalaman-pengalaman yang sulit dibuktikan dengan nalar, bahkan sains pun…
Riset

Lazismu, Anak Muda, dan Gerakan Filantropi untuk Ekologi

2 Mins read
“Bapak ini kemana-mana bantu orang banyak. Tapi di kampung sendiri tidak berbuat apa-apa. Yang dipikirin malah kampung orang lain,” ujar anak dari…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds