Tarikh

Ketika Kata Jihad “Disalahgunakan” Saat Perang Dunia 1

2 Mins read

Sejak Islam berkembang dan muncul sebagai agama yang membawa peradaban. Istilah jihad telah begitu fenomenal di seluruh dunia. Banyak berbagai golongan maupun individu telah menggunakan kata jihad baik untuk kebaikan maupun kejahatan. Demi mendapatkan pahala atau kekuasaan.

Di dalam Islam sendiri kata jihad telah begitu banyak disalahgunakan untuk kepentingan kelompoknya. Tetapi ini bukan satu-satunya istilah jihad disalahgunakan, dalam sejarah khususnya di era Perang Dunia I (PD I). Istilah jihad telah digunakan oleh pihak luar untuk kepentingan kekuasaan memenangkan perang dunia.

Sejarah dan Istilah “Jihad Made in Berlin”

Demi meraih kekuasaan ada banyak cara yang dilakukan oleh kelompok maupun individu. Salah satunya apa yang dilakukan Jerman dalam Perang Dunia I. Hal ini bermula ketika Kaisar Wilheim II pada tanggal 2 Agustus 1914 mengadakan sebuah perjanjian rahasia antara Jerman dan Kesultanan Ottoman. Peristiwa ini menandai sebuah persekutuan politik antara Kaisar Wilheim II dengan Sultan Mehmed V.

Perjanjian itu bukan hadir begitu saja, melainkan sikap Jerman untuk berusaha memobilisasi kaum Muslim demi tujuan politik dan strategi dalam Perang Dunia I. Maka atas dorongan Jerman, pada tanggal 11 November 1914, seorang syekh Islam bernama Urgupli Hayri mengeluarkan fatwa yang menyerukan agar seluruh kaum Muslim, termasuk yang hidup di wilayah musuh, untuk bangkit melawan kekuatan sekutu (Inggris, Prancis, dan Rusia) (Oktorino, 2017).

Apa yang dilakukan oleh Jerman ini tentu memiliki dasar pertimbangan yang jelas dalam melakukan mobilisasi umat Muslim untuk melakukan jihad. Hal itu tidak lepas dari masukan seorang diplomat sekaligus orientalis asal Jerman, bernama Max von Oppenheim.

Menurut Eugene Rogan dalam bukunya berjudul The Fall of the Ottomans (2014), ide mengenai jihad digencarkan oleh Oppenheim untuk propaganda melawan pihak Inggris dan Prancis. Oppenheim meyakinkan Kaisar Wilhem II bahwa Islam adalah senjata rahasia Jerman.

Baca Juga  Keyakinan Seorang Ibrahim dan Hajar

Oppenheim juga menyakini kampanye propaganda yang sistematis dan tertata rapi akan mendorong komunitas Muslim melakukan pemberontakan di wilayah yang dikuasai Inggris dan Prancis di India, Afrika Utara dan Barat, serta Indocina dan Asia Tenggara (Zamzami, 2018).

Lebih lanjut, Max von Oppenheim mengatakan bahwa jika umat Islam benar-benar dapat dipersiapkan untuk perang suci, jihad akan menjadi senjata yang kuat dengan konsekuensi yang tidak terduga, dan deklarasinya akan menarik jihadis dan uang dari seluruh dunia Muslim.

***

Oppenheim mengklaim bahwa Sultan Ottoman dipandang oleh umat Muslim di seluruh dunia sebagai penguasa Islam terbesar. Sebagai sekutu, ia tentu akan sangat berharga apabila perang di Eropa pecah, dan pengaruhnya dapat digunakan untuk mengobarkan semangat jihad di wilayah dengan penduduk Muslim yang besar (Gana, 2018).

Oppenheim juga mengatakan bahwa Jerman mungkin sangat membutuhkan fanatisme pan-Islam dan persaudaraan anti-Eropa. Apa yang dilakukan oleh Sultan Ottoman ini kemudian dalam praktiknya dipertanyakan apakah keterlibatan Turki Utsmani dan deklarasi jihad ini memang gerakan religius atau tindakan pragmatis? Pada 1915, Snouck Hurgronje seorang orientalis terkemuka mengatakan bahwa panggilan jihad sedianya bukan murni inisiasi kesultanan Ottoman, melainkan jihad buatan Jerman (Zamzami, 2018).

Dari sejarah serta pengertian istilah jihad di atas, dapat dikatakan bahwa kata jihad dengan pengertiannya yang luas dapat digunakan secara ‘sembarangan’ demi tujuan politik dan kekuasaan. Itu jugalah yang terjadi pada saat ini ketika kata jihad yang semestinya dilakukan untuk menahan hawa nafsu. Tetapi di saat bersamaan digunakan juga untuk melayani nafsu kekuasaan.

Daftar Referensi

Almascaty, H. B. (2001). Panduan Jihad (Untuk Aktivis Gerakan Islam). Jakarta: Gema Insani Press.

Baca Juga  Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

Gana. (2018, Oktober 24). Islam dan Perang Dunia I (Max von Oppenheim, Pencetus Jihad dari Jerman). Retrieved from Gana Islamika.

Oktorino, N. (2017). Bulan Sabit dan Swastika (Kisah Legiun Muslim Soviet Hitler). Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Zamzami, F. (2018, November 12). Perang Dunia I, Jihad Made in Eropa. Retrieved from Republika.co.id.


Iklan kemitraan Lazismu.org

Dimas Sigit Cahyokusumo
20 posts

About author
Alumni Pascasarjana Studi Perdamaian & Resolusi Konflik UGM
Articles
Related posts
Tarikh

Sejarah dan Hadirnya Islam di Alam Minangkabau

3 Mins read
Minangkabau dikenal sebagai salah satu wilayah di Nusantara dengan keelokan alam dan kebudayaan dari nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakatnya. Menurut…
Tarikh

Kisah Abu Nawas Lari dari Rahmat Allah

3 Mins read
Abu Nawas, atau nama lengkapnya Abu Nuwas al-Hasan bin Hani al-Hakami, adalah seorang penyair terkenal dari zaman Abbasiyah yang hidup antara tahun…
Tarikh

Kisah Cinta Terlarang Perawi Hadis dengan Wanita Khawarij: Imran bin Hitthan

3 Mins read
Sejak awal peradaban manusia, kisah cinta telah menjadi sumber inspirasi yang tak ada habisnya. Beberapa kisah cinta menjadi legenda, menginspirasi film dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds