Kalam

Ketika Pendosa Menjadi Objek Kajian Ilmu Kalam

3 Mins read

Agama Islam adalah agama yang mengajarkan kepada pemeluknya untuk selalu berbuat baik. Di dalam Al-Qur’an pun banyak ayat yang menyeru agar seorang muslim taat dan patuh pada perintah dan larangan Allah. Namun di zaman yang canggih ini, kejahatan semakin marak dilakukan. Semua hal bisa lebih mudah diakses lewat teknologi yang ada di genggaman manusia. Tanpa disadari, manusia hampir setiap hari melakukan dosa.

Hal ini merupakan tantangan bagi manusia modern agar bisa mengendalikan teknologi dengan baik. Namun sayangnya, sekarang teknologilah yang justru mengendalikan manusia. Akibatnya, kejahatan dengan perantara teknologi sudah menjadi hal yang lumrah dan merajalela. Lalu apakah manusia zaman sekarang sudah menyepelehkan perbuatan dosa?

Jika ditarik ke zaman dulu, tepatnya pada awal abad Hijriah, manusia pendosa menjadi topik pembicaraan utama. Topik ini diperbincangkan karena status iman seseorang sangatlah penting hingga menyebabkan umat Islam terpecah-belah. Aliran-aliran ini disebut aliran kalam yang bersikeras mempertahankan argumentasinya masing-masing dalam membahas status pendosa besar. Dan setiap aliran mempunyai alasan tersendiri untuk melandaskan argumentasinya tersebut (Muthahhari, 2010).

Aliran pertama yang menjadikan pendosa sebagai objek kajiannnya adalah Khawarij. Pada saat perang Shiffin, aliran Khawarij ini keluar dari barisan Ali karena tidak setuju dengan keputusan tahkim (arbitrase) yang dilakukan Ali dan Muawiyah.

Khawarij menganggap bahwa semua orang yang terlibat pada peristiwa ini kafir karena telah melanggar hukum Allah. Dari sini Khawarij membangun argumentasinya bahwa pelaku dosa besar bukan lagi seorang mukmin. Namun statusnya sudah berganti menjadi kafir dan kelak akan kekal di neraka (Yusam, 2016).

Selanjutnya muncul lagi aliran baru sebagai bentuk respon terhadap doktrin Khawarij. Aliran ini disebut Murjiah karena aliran ini menangguhkan semuanya pada Tuhan. Dalam artian, Murjiah menyerahkan keputusan pada Tuhan terkait status dan nasib pendosa besar di mana tempatnya kelak di akhirat. Namun, Murjiah beranggapan bahwa selagi masih ada iman di dalam hatinya, seorang mukmin yang melakukan dosa statusnya tidak kafir dan masih tetap mukmin (Nasution, 1986).

Baca Juga  Konsep Tauhid Imam al-Junaidi al-Baghdadi

Argumentasi Murjiah ini sangat bertolak belakang dengan Khawarij. Pertikaian antara dua aliran ini juga dilatarbelakangi oleh masalah politik sehingga menyebabkan kedua aliran ini terus bersekutu. Lalu muncul lagi aliran kalam yang keluar dari pertikaian ini dan membangun doktrinnya sendiri yang dilandasakan pada argumentasi logis. Aliran ini disebut Muktazilah yang diperkenalkan oleh Washil bin ‘Atha.

Doktrin muktazilah berbeda dengan doktrin aliran sebelumnya. Muktazilah mengatakan bahwa pelaku dosa besar berada di antara dua posisi yang disebut dengan Al-Manzil bain Al-Manzilatain. Pendosa tidak bisa dikategorikan lagi sebagai mukmin mutlak karena berani melanggar perintah dan larangan Allah, namun juga tidak bisa dikatakan kafir karena di dalam hatinya masih tertanam iman (Yusuf, 2016). Dalam hal ini Muktazilah mengkategorikan pendosa sebagai mukmin yang fasik yang kelak di akhirat akan di tempatkan di tempat antara surga dan neraka.

Selanjutnya muncul lagi bentuk respons kepada Muktazilah yaitu aliran Asy’ariah. Aliran ini tidak setuju dengan Muktazilah yang melulu melandasakan argumentasinya pada akal dan menafikan wahyu. Menurut Asy’ariah iman adalah pengakuan dalam hati, pengakuan secara lisan, lalu pembuktian secara amal. Jadi menjadi seorang mukmin minimal pengakuan dan menanamkan iman dalam hatinya. Jika melakukan dosa besar maka masih tetap mukmin (Razak, 2012).

Namun sebaiknya, pelaku dosa besar segera bertaubat agar dosanya diampuni. Asy’ariah sangat tidak setuju dengan konsep Al-Manzil bain Al-Manzilatain karena hal itu tidak pernah dijelaskan dalam Al-Qur’an.

Setelah melihat beberapa argumentasi aliran kalam, nampaknya di sini status pendosa besar menjadi objek kajian yang begitu penting hingga menyebabkan pertikaian dan perselisihan antar aliran dalam teologi Islam. Perbincangan terkait iman dan kufur terus dibahas. Lalu bagaimana bisa manusia zaman modern menyepelehkan ini dan bisa seenaknya berbuat dosa?

Baca Juga  Cara Membedakan Metode Berpikir Teologi dan Filsafat

Iman adalah hubungan manusia dengan Allah. Hubungan yang mengikat antara manusia dengan Allah. Oleh karena itu konsep iman selalu menjadi pembahasan karena iman merupakan bukti kepercayaan kita terhadap kuasa Allah. Selanjutnya terkait pembuktian iman setiap aliran mempunyai pandangan masing-masing. Namun sebagai seorang mukmin, sebaiknya kita melaksanakan perintah dan larangan Allah sebagai bukti kepatuhan kita terhadap Allah.

Perdebatan tentang status pendosa besar di kalangan para mutakallim (teolog muslim) telah memberikan pembelajaran bahwa perbuatan dosa menjadi penghalang kita dari Allah. Oleh karena itu sebisa mungkin seorang muslim berupaya menghindarkan dirinya dari perbuatan dosa, terutama saat ini ketika begitu gampangnya perbuatan dosa dilakukan.

Pembunuhan marak, pelecehan seksual juga banyak terjadi hingga berujung pada perzinaan. Perlu diingat, terknologi juga mampu menjerumuskan para remaja ke arah pergaulan bebas. Dengan teknologi kejahatan-kejahatan seperti ini sangat mudah dilakukan.

Walaupun aliran-aliran kalam berdebat tentang status pendosa besar, namun semuanya sepakat bahwa seorang pendosa yang bertaubat sebelum mati dengan taubat yang sungguh-sungguh, maka statusnya akan kembali menjadi mukmin. Allah adalah maha pengampun. Sebesar apapun dosa dan kesalahan seseorang jika dia mau bertaubat dengan sesungguh-sungguhnya maka Allah akan mengampuninya. Wa Allah A’lam.

Editor: Yusuf

Nur Lailatul Chabibah
1 posts

About author
Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Kalam

Inilah Tujuh Doktrin Pokok Teologi Asy’ariyah

3 Mins read
Teologi Asy’ariyah dalam sejarah kalam merupakan sintesis antara teologi rasional, dalam hal ini adalah Mu’tazilah serta teologi Puritan yaitu Mazhab Ahl- Hadits….
Kalam

Lima Doktrin Pokok Teologi Mu’tazilah

4 Mins read
Mu’tazilah sebagai salah satu teologi Islam memiliki lima doktrin pokok (Al-Ushul al-Khamsah) yaitu; at-Tauhid (Pengesaan Tuhan), al-Adl (Keadilan Tuhan), al-Wa’d wa al-Wa’id…
Kalam

Asal Usul Ahlussunnah Wal Jama'ah

2 Mins read
Ahlussunnah Wal Jama’ah merupakan pemahaman tentang aqidah yang berpedoman pada Sunnah Rasulullah Saw dan para sahabatnya. Ahlussunnah Wal Jama’ah berasal dari tiga…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds