Oleh: Sahrul Hidayat*
Kecamatan Sukaluyu, adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Cianjur, dengan jarak hanya 9 kilometer dari pusat Kabupaten Cianjur. Kecamatan Sukaluyu terasa begitu terpencil, perjalanan yang sesungguhnya bisa ditempuh dalam waktu 40 menit dari pusat kabupaten menggunakan roda empat, menjadi hampir dua jam karena akses jalan yang sangat buruk. Tapi siapa sangka, di lokasi ini ada seorang tokoh yang sangat berjasa dalam bidang pendidikan.
Di usia yang telah senja, KH. Enoh Suherman, BA, tampak sedang terduduk di mesjid kompleks pendidikan sekolah Muhammadiyah sambil menunggu kumandang adzan dzuhur. Siapa sangka, sosok tua inilah yang berperan besar dalam memajukan pendidikan di kampung yang ia rintis bersama keluarganya.
Sambil merangkai kembali ingatannya, dengan fasih ia menceritakan bagaimana semuanya dulu dimulai. Pria kelahiran Garut 75 Tahun silam yang juga mantan ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab. Cianjur ini, adalah saksi hidup perjuangan di era Orde Baru dan Orde Lama di bidang pendidikan. Pahit-getirnya telah ia rasakan, terlihat dari garis wajahnya yang menua seolah menceritakan apa yang telah ia lalui.
Semua berawal ketika tahun 1967, ketia ia diajak kakaknya yang berada di Bandung untuk ikut mengisi pengajian di salah satu desa di Cianjur. Selesai acara, ia dan kakaknya datang mengunjungi pamannya yang tinggal di Cianjur yang berada di kampung bojongsari Kecamatan Sukaluyu. Sampai di lokasi tempat tinggal pamannya, di sana ia terkejut melihat angka anak muda yang buta huruf masih sangat tinggi, mayoritas anak berusia 14-16 tahun termasuk anak-anak pamannya.
Melihat itu, ada dorongan dari rasa kemanusiaan, sosial serta jiwanya sebagai seorang aktivis yang telah ditempa di Bandung. Selain itu, banyak permintaan warga untuk membukakan sekolah. Dorongan itu juga muncul dari spirit teologi surah Al-Maun. Ia pun mulai mengumpulkan warga dan mencari jalan keluar untuk menghadapi permintaan itu.
Sebagai salah saorang pemuda yang lahir dari rahim Muhammadiyah serta sebagai aktivis pemuda Muhammadiyah periode 65, tentu Enoh sangat memahami teologi Al-Maun sebagai teologi utama yang menumbuh-kembangkan Muhammadiyah. Teologi yang di dasarkan pada Al-Qur’an ini sering di terjemahkan kedalam tiga pilar kerja, yaitu healing, schooling and feeding (Tuhuleley, 2003).
Bentuk refleksi enoh dalam memahami teologi Al-Maun ini adalah dengan keputusannya untuk hijrah dan menetap di Desa Bojongsari untuk berjihad di bidang pendidikan, sesuai dengan disiplin ilmunya. Meskipun ia sudah menyandang status PNS Departemen Agama, tapi ia rela berhijrah ke tempat baru untuk berdakwah di bidang pendidikan.
Strategi Enoh sangat sesuai dengan apa yang ditulis Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Najib Hamidi, dalam bukunya yang berjudul Muhammadiyah Era Milenial. Najib menjelaskan tentang hijrah dan dakwah kultular. Menurut Najib, bahwa spirit gerakan Muhammadiyah adalah perubahan, yang sejalan dengan watak muhajirin atau perantau, yang dituntut untuk kerja keras dan serius demi perubahan. Tidak diragukan lagi, strategi hijrah terbukti manjur untuk pembangunan dakwah dan membangun bangsa. Strategi ini pula yang Enoh pakai sehingga dapat membangun desa ini.
Enoh adalah lulusan pendidikan tinggi Islam Bandung, atau yang sekarang lebih di kenal dengan Universitas Islam Bandung (Unisba). Setelah memutuskan berhijrah dan mempersunting perempuan asli Bojongsari, Enoh pun mulai fokus dengan apa yang warga cita-citakan. Berbekal relasinya yang seorang PNS Depag (Departemen Agama), dan dengan kemauan yang kuat serta semangat teologi Al-Ma’un, Enoh pun mendatangi Depag Kab. Cianjur. Di sana ia membicarakan ihwal keinginan warga Bojongsari agar memiliki akses pendidikan di sekitaran lingkungannya. Atas seizin Allah, akhirnya di tahun 1969 berdirilah MI Darul Arqam Sukaluyu di bawah bimbingan Depag Kab. Cianjur.
Perjalannanya belum selesai sampai disini. Muncul permasalahan baru setelah sekolah ini berdiri; yaitu tanah yang dipakai dalam mendirikan bangunan sekolah digugat oleh ahli waris yang memiliki tanah itu. Dengan sabar dan kepala dingin akhirnya pertolongan Allah pun datang kembali. Mertuanya yang memiliki beberapa petak sawah mewakafkan sawahnya itu untuk dibangun menjadi lokasi baru gedung sekolah. Lokasi inilah yang sampai sekarang berdiri kokoh. Di sana berdiri bangunan sekolah MI Darul Arqam, SMP Muhammadiyah Sukaluyu serta sebuah Masjid yang menjadi pusat peribadatan.
Hari ini, 49 tahun telah berlalu, Enoh bisa tersenyum melihat pohon yang ia tanam telah berbuah dan bisa dinikmati warga Bojongsari Kec. Sukaluyu Kab. Cianjur, Jawa Barat. Ia bisa bahagia melihat anak-anak yang setiap pagi tidak perlu jauh untuk berangkat sekolah dan melihat masjid yang selalu penuh oleh anak-anak dan warga sekitar ketika waktu adzan berkumandang. Semangat KH. Enoh Suhermah, BA, bisa kita teladani dalam ber-taawun untuk negeri yang sudah ia praktikan saat masih muda, juga dalam berhijrah, berdakwah serta berjihad dalam bidang pendidikan. Ia tidak ragu meninggalkan kampung halamannya di Garut, serta meninggalkan kesempatan untuk berkarir di Bandung, di mana ia berproses. Karena, ia meyakini bahwa ia lebih dibutuhkan dan lebih bermanfaat di tempatnya berhijrah saat ini.
*) Kakak Cerdas asal Bandung, Mengabdi di Cianjur